29.4 C
Jakarta
Tuesday, October 8, 2024

Euro 2024

Inggris vs Swiss: Ujian Three Lions

PROKALTENG.CO-Inggris dipaksa mengubah pola bermain kala menghadapi Swiss yang tengah percaya diri tinggi ketika kedua tim bertemu dalam perempat final Euro 2024 di Dusseldorf Arena, Jerman, Sabtu (6/7) pukul 23.00 WIB.

Lolos ke perempat final berkat dua gol setelah waktu normal 90 menit habis yang dibuat Jude Bellingham dan Harry Kane, Three Lions tetap disorot karena barisan serang yang tumpul. Tapi kali ini, pelatih Gareth Southgate tidak akan sekeras kepala seperti biasanya.

Dia mesti menemukan formula untuk menajamkan lagi para operator departemen serangannya setajam kala mereka bersama klub-klubnya. Three Lions perlu tajam di depan tapi juga perlu kuat di belakang, mengingat Swiss adalah lawan yang jauh lebih kuat dibandingkan lawan-lawannya terdahulu.

Inggris punya alasan untuk ekstra waspada terhadap Swiss yang membunuh raksasa dan juara bertahan Italia, dengan dua gol tanpa balas. Tim asuhan Murat Yakin menyingkirkan Azzurri dengan hampir unggul dalam segala hal. Mulai akurasi umpan, efektivitas tekel di daerah pertahanan, dan penciptaan peluang.

Swiss kuat dalam bertahan tapi menyengat kala menyerang. Mereka juga tim yang solid yang bermain dalam kerja tim yang kuat.

Bandingkan performa mereka dalam empat laga terdahulu, dengan Inggris pada periode yang sama. Jika Inggris mencetak empat gol, Swiss memasukkan tujuh gol. Swiss juga lebih superior dalam menciptakan peluang, dengan 46 peluang yang 18 di antaranya tepat sasaran. Sedangkan Inggris membuat 12 peluang on target dari total 44 peluang.

Itu salah satu alasan Three Lions tak boleh menyepelekan lini depan Swiss. Media menyiratkan Southgate bakal mengambil langkah drastis dengan memasang tiga bek tengah.

43 tahun tak terkalahkan

Tapi dalam kurun 43 tahun terakhir, Swiss tak pernah bisa mengalahkan Inggris. Pertemuan terakhir mereka dalam laga persahabatan 2022 pun dimenangkan Inggris dengan 2-1. Swiss juga tak pernah berhasil mencapai empat besar turnamen internasional yang diikutinya.

Tetapi itu tak membuat pasukan Murat Yakin patah hati. Mereka justru semakin yakin bisa melanjutkan proyek membunuh raksasa-raksasa sepak bola Eropa, setelah menyingkirkan juara bertahan Italia dan hampir mempermalukan Jerman pada pertandingan fase grup.

Baca Juga :  20 Klub Minta Setop, Sisanya Beri Syarat

Kemenangan atas Italia membuat Swiss semakin yakin bahwa mereka tak akan berhenti hanya pada babak perempat final. Yakin sesumbar bahwa sukses menjegal Italia memberi pesan kepada lawan-lawan Swiss, termasuk Inggris, bahwa Swiss tak saja kompak dan tangguh dalam bertahan, tapi juga maut kala menyerang.

Mereka tim padu karena telah bersama selama 10 sampai 15 tahun, yang dimulai sejak mereka bermain untuk timnas junior. Situasi itu membantu Yakin dalam meramu tim kuat yang hanya sekali kalah dalam 19 pertandingan sejak awal 2023.

Mereka tim yang mengandalkan kesatuan dan kebersamaan yang miskin bintang tak seperti Inggris. Hanya gelandang Bayer Leverkusen Granit Xhaka dan bek Manchester City Manuel Akanji yang namanya mendunia.

Tapi Swiss lebih dari sekadar tim sepak bola karena mereka juga sekumpulan teman yang sering bareng dan mengenal betul satu sama lain, termasuk trio Dan Ndoye, Michel Aebischer, dan Remo Freuler yang sama-sama memperkuat Bologna di Liga Italia dan menjadi tiga pemain kunci Swiss selama Euro 2024.

Sebaliknya, kekompakan menjadi barang mewah untuk Three Lions. Mereka terdiri dari pemain-pemain bintang yang bermain cemerlang bersama klub-klub mereka tapi di bawah standar bersama timnas.

Three Lions hanya sekali memenangkan laga normal 90 menit selama Euro 2024. Herannya, Southgate enggan merombak sebelas pemain pertamanya. Kini dia dipaksa merombak timnya setelah tak bisa menurunkan bek Marc Guehi akibat akumulasi kartu.

Southgate harus berhitung ulang di lini pertahanan, apalagi Swiss memiliki tim serang yang kuat yang dua kali menjebol gawang Italia yang terkenal memiliki pertahanan yang tangguh. Perubahan itu juga untuk mengakomodasi Phil Foden untuk bermain sebagai penyerang tengah seperti dia perankan di Manchester City.

Southgate menaruh Foden di sayap kiri agar bisa mengoptimalkan peran Jude Bellingham yang sejak di Real Madrid terbiasa menjadi gelandang serang. Padahal posisi alamiah pemain tersebut adalah posisi seperti Declan Rice sebagai gelandang tengah.

Southgate mungkin memasang Foden dan Bellingham lebih ke tengah, untuk melapis Harry Kane. Dengan cara itu, dia bisa menjawab pertanyaan mengenai lini serang yang mandul.

Baca Juga :  TC Timnas U-19 dan Senior Tanda Tanya, PSSI Berharap Stadion Madya

Rombak lini belakang

Jika Southgate memasang formasi bek tengah yang pada Euro 2020 menjadi fondasi sukses Three Lions, dia harus memanggil bek tengah tambahan pengganti Marc Guehi yang tak bisa dimainkan karena akumulasi kartu. Bek tengah ekstra itu adalah Ezri Konsa. Dia akan menyempurnakan triumvirat pertahanan bersama John Stones dan Kyle Walker yang kali ini ditarik ke belakang dari posisi asli bek kanan.

Southgate bisa memasang varian-varian tiga bek tengah dengan pola 3-4-2-1 atau 3-5-2. Tapi jika melihat penampilan cemerlang Ivan Toney kala melawan Slovenia, formasi lima gelandang dan dua penyerang mungkin yang dipilih Southgate.

Jika itu yang dipakai, Toney akan membentuk ujung tombak kembar bersama Kane, yang dibeking lima gelandang. Declan Rice berada paling tengah dengan tugas utama melapis pertahanan, sedangkan Bellingham dan Foden berdiri sejajar di tengah melapis Toney-Kane.

Akan halnya dua sayap permainan Inggris, akan ditutup Saka di kanan. Sedangkan sayap kiri diisi bek sayap Kieran Trippier.

Murat Yakin sudah mengatakan akan merespons apa pun yang diambil Gareth Southgate. Apalagi dia memiliki skuad yang siap diturunkan, termasuk gelandang Silvan Widmer yang sudah terbebas dari hukuman larangan bermain karena akumulasi kartu.

Sewaktu melawan Italia, Murat Yakin sukses memasang pola bermain yang memanfaatkan betul ketidakhadiran pemain terpenting Italia, bek tengah Riccardo Calafiori. Ketidakhadiran Calafiori sama dengan ketidakhadiran Marc Guehi di Inggris, yang pasti akan dimanfaatkan betul oleh Swiss seperti mereka memperdaya Italia.

Swiss mungkin akan ketat menjaga pemain-pemain Inggris seperti mereka lakukan terhadap Italia. Silvan Widmer akan sejajar bersama Granit Xhaka, Remo Freuler, dan Michel Aebischer, sebagai empat gelandang tengah dalam formasi 3-4-2-1.

Mereka melapis trio pertahanan Fabian Schar, Ricardo Rodriguez, dan Manuel Akanji, dan sekaligus memasok umpan dan membantu serangan kepada duet Dan Ndoye dan Ruben Vargas yang tepat di belakang Breel Embolo.

Pemenang pertandingan ini akan menghadapi Turki atau Belanda dalam semifinal Kamis (11/7) di Signal Iduna Park, Dortmund. (jpc)

PROKALTENG.CO-Inggris dipaksa mengubah pola bermain kala menghadapi Swiss yang tengah percaya diri tinggi ketika kedua tim bertemu dalam perempat final Euro 2024 di Dusseldorf Arena, Jerman, Sabtu (6/7) pukul 23.00 WIB.

Lolos ke perempat final berkat dua gol setelah waktu normal 90 menit habis yang dibuat Jude Bellingham dan Harry Kane, Three Lions tetap disorot karena barisan serang yang tumpul. Tapi kali ini, pelatih Gareth Southgate tidak akan sekeras kepala seperti biasanya.

Dia mesti menemukan formula untuk menajamkan lagi para operator departemen serangannya setajam kala mereka bersama klub-klubnya. Three Lions perlu tajam di depan tapi juga perlu kuat di belakang, mengingat Swiss adalah lawan yang jauh lebih kuat dibandingkan lawan-lawannya terdahulu.

Inggris punya alasan untuk ekstra waspada terhadap Swiss yang membunuh raksasa dan juara bertahan Italia, dengan dua gol tanpa balas. Tim asuhan Murat Yakin menyingkirkan Azzurri dengan hampir unggul dalam segala hal. Mulai akurasi umpan, efektivitas tekel di daerah pertahanan, dan penciptaan peluang.

Swiss kuat dalam bertahan tapi menyengat kala menyerang. Mereka juga tim yang solid yang bermain dalam kerja tim yang kuat.

Bandingkan performa mereka dalam empat laga terdahulu, dengan Inggris pada periode yang sama. Jika Inggris mencetak empat gol, Swiss memasukkan tujuh gol. Swiss juga lebih superior dalam menciptakan peluang, dengan 46 peluang yang 18 di antaranya tepat sasaran. Sedangkan Inggris membuat 12 peluang on target dari total 44 peluang.

Itu salah satu alasan Three Lions tak boleh menyepelekan lini depan Swiss. Media menyiratkan Southgate bakal mengambil langkah drastis dengan memasang tiga bek tengah.

43 tahun tak terkalahkan

Tapi dalam kurun 43 tahun terakhir, Swiss tak pernah bisa mengalahkan Inggris. Pertemuan terakhir mereka dalam laga persahabatan 2022 pun dimenangkan Inggris dengan 2-1. Swiss juga tak pernah berhasil mencapai empat besar turnamen internasional yang diikutinya.

Tetapi itu tak membuat pasukan Murat Yakin patah hati. Mereka justru semakin yakin bisa melanjutkan proyek membunuh raksasa-raksasa sepak bola Eropa, setelah menyingkirkan juara bertahan Italia dan hampir mempermalukan Jerman pada pertandingan fase grup.

Baca Juga :  20 Klub Minta Setop, Sisanya Beri Syarat

Kemenangan atas Italia membuat Swiss semakin yakin bahwa mereka tak akan berhenti hanya pada babak perempat final. Yakin sesumbar bahwa sukses menjegal Italia memberi pesan kepada lawan-lawan Swiss, termasuk Inggris, bahwa Swiss tak saja kompak dan tangguh dalam bertahan, tapi juga maut kala menyerang.

Mereka tim padu karena telah bersama selama 10 sampai 15 tahun, yang dimulai sejak mereka bermain untuk timnas junior. Situasi itu membantu Yakin dalam meramu tim kuat yang hanya sekali kalah dalam 19 pertandingan sejak awal 2023.

Mereka tim yang mengandalkan kesatuan dan kebersamaan yang miskin bintang tak seperti Inggris. Hanya gelandang Bayer Leverkusen Granit Xhaka dan bek Manchester City Manuel Akanji yang namanya mendunia.

Tapi Swiss lebih dari sekadar tim sepak bola karena mereka juga sekumpulan teman yang sering bareng dan mengenal betul satu sama lain, termasuk trio Dan Ndoye, Michel Aebischer, dan Remo Freuler yang sama-sama memperkuat Bologna di Liga Italia dan menjadi tiga pemain kunci Swiss selama Euro 2024.

Sebaliknya, kekompakan menjadi barang mewah untuk Three Lions. Mereka terdiri dari pemain-pemain bintang yang bermain cemerlang bersama klub-klub mereka tapi di bawah standar bersama timnas.

Three Lions hanya sekali memenangkan laga normal 90 menit selama Euro 2024. Herannya, Southgate enggan merombak sebelas pemain pertamanya. Kini dia dipaksa merombak timnya setelah tak bisa menurunkan bek Marc Guehi akibat akumulasi kartu.

Southgate harus berhitung ulang di lini pertahanan, apalagi Swiss memiliki tim serang yang kuat yang dua kali menjebol gawang Italia yang terkenal memiliki pertahanan yang tangguh. Perubahan itu juga untuk mengakomodasi Phil Foden untuk bermain sebagai penyerang tengah seperti dia perankan di Manchester City.

Southgate menaruh Foden di sayap kiri agar bisa mengoptimalkan peran Jude Bellingham yang sejak di Real Madrid terbiasa menjadi gelandang serang. Padahal posisi alamiah pemain tersebut adalah posisi seperti Declan Rice sebagai gelandang tengah.

Southgate mungkin memasang Foden dan Bellingham lebih ke tengah, untuk melapis Harry Kane. Dengan cara itu, dia bisa menjawab pertanyaan mengenai lini serang yang mandul.

Baca Juga :  TC Timnas U-19 dan Senior Tanda Tanya, PSSI Berharap Stadion Madya

Rombak lini belakang

Jika Southgate memasang formasi bek tengah yang pada Euro 2020 menjadi fondasi sukses Three Lions, dia harus memanggil bek tengah tambahan pengganti Marc Guehi yang tak bisa dimainkan karena akumulasi kartu. Bek tengah ekstra itu adalah Ezri Konsa. Dia akan menyempurnakan triumvirat pertahanan bersama John Stones dan Kyle Walker yang kali ini ditarik ke belakang dari posisi asli bek kanan.

Southgate bisa memasang varian-varian tiga bek tengah dengan pola 3-4-2-1 atau 3-5-2. Tapi jika melihat penampilan cemerlang Ivan Toney kala melawan Slovenia, formasi lima gelandang dan dua penyerang mungkin yang dipilih Southgate.

Jika itu yang dipakai, Toney akan membentuk ujung tombak kembar bersama Kane, yang dibeking lima gelandang. Declan Rice berada paling tengah dengan tugas utama melapis pertahanan, sedangkan Bellingham dan Foden berdiri sejajar di tengah melapis Toney-Kane.

Akan halnya dua sayap permainan Inggris, akan ditutup Saka di kanan. Sedangkan sayap kiri diisi bek sayap Kieran Trippier.

Murat Yakin sudah mengatakan akan merespons apa pun yang diambil Gareth Southgate. Apalagi dia memiliki skuad yang siap diturunkan, termasuk gelandang Silvan Widmer yang sudah terbebas dari hukuman larangan bermain karena akumulasi kartu.

Sewaktu melawan Italia, Murat Yakin sukses memasang pola bermain yang memanfaatkan betul ketidakhadiran pemain terpenting Italia, bek tengah Riccardo Calafiori. Ketidakhadiran Calafiori sama dengan ketidakhadiran Marc Guehi di Inggris, yang pasti akan dimanfaatkan betul oleh Swiss seperti mereka memperdaya Italia.

Swiss mungkin akan ketat menjaga pemain-pemain Inggris seperti mereka lakukan terhadap Italia. Silvan Widmer akan sejajar bersama Granit Xhaka, Remo Freuler, dan Michel Aebischer, sebagai empat gelandang tengah dalam formasi 3-4-2-1.

Mereka melapis trio pertahanan Fabian Schar, Ricardo Rodriguez, dan Manuel Akanji, dan sekaligus memasok umpan dan membantu serangan kepada duet Dan Ndoye dan Ruben Vargas yang tepat di belakang Breel Embolo.

Pemenang pertandingan ini akan menghadapi Turki atau Belanda dalam semifinal Kamis (11/7) di Signal Iduna Park, Dortmund. (jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru