25.2 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Tas Murah Disulap Menjadi Elegan, Peminat Hingga Luar Daerah

Pandemi Covid-19
memaksa peserta didik belajar di rumah saja. Memanfaatkan daring agar tetap
mendapatkan pembelajaran. Tapi, kondisi di rumah saja juga membuat anak-anak
semakin lengket dengan gawai, bukan hanya untuk belajar tetapi juga nge-game.
Perlu cara cerdik orang tua alihkan kebiasaan tersebut.

 

ANISA B WAHDAH,
Palangka Raya

 

DI tengah menurunnya
perekonimian masyarakat sebagai dampak dari Covid-19, menjadi salah satu alasan
orang tua Soultan Mohammad Agnar dan Musafa Dhirrar Al Akhtar untuk
mengembangkan bakat anak. Mereka (aqan dan atar,red) dibimbing orang tua agar
pada masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan seluruh aktivitas di rumah saja
tidak menimbulkan kebiasaan buruk, seperti doyan game.

Aqan yang memiliki hobi
menggambar, juga menjadi salah satu ide orang tuanya agar dapat menelurkan hobi
bernilai ekonomi, di kembangkan sejak saat ini. Terlebih, dua anak laki-laki
yang masih berada di bangku kelas satu tingkatan SMA ini selama pandemi Covid-19
sibuk dengan gawainya, nge-game.

Meski tidak
meninggalkan pembelajaran melalui daring, tetapi mereka lebih memiliki waktu
luang untuk bermain. Namun, sejak pertengahan pandemi Covid-19, sekitar bulan
Juni lalu, dua anak ini memiliki kesibukan baru. Kesibukan yang menghasilkan
pundi-pundi rupiah. Dapat membantu orang tua untuk uang jajan.

Kedua anak laki-laki
ini menyulap tas berbahan baku purun yang sangat sederhana menjadi tas elegan.
Dengan sentuhan gambar hasil karya tangan Aqan dan dipoles dengan bermacam
warna yang dilakukan Atar.

Baca Juga :  Mendidik Manusia Setengah Cyborg

“Awalnya yang
memiliki ide mama saya, di pertengahan pandemi Covid-19 pada Juni lalu. Apalagi
kondisi perekonimian lesu, jadi terpikir bagaimana cara memanfaatkan waktu luas
usai sekolah daring,” kata Aqan saat dibincangi di Jalan Kinibalu, belum
lama ini.

 

Hal pertama yang
dilakukan untuk memulai kreasi ini yakni membeli tas berbahan kurun yang banyak
dijual di pasar. Menyiapkan peralatan menggambar dan mewarnai seperti bakul,
kuas dan cat minyak. Selanjutnya digambar sesuai keinginan atau pesanan dari
pelanggan. Setelah itu diwarnai. Tas ini dinamakan bakul lukis.

“Untuk saat ini
kami masih membeli bakul dari pasar, harapan kami ke depan langsung membeli tas
tersebut ke pengrajin,” katanya kepada Kalteng Pos

(Grup Kaltengpos.co)
.

Diungkapkan pria
kelahiran Maumere ini, dari pertengahan Juni hingga saat ini sudah puluhan
bakul lukis yang mereka hasilkan. Dipasarkan di Kota Cantik hingga ke luar
pulau. Pria berusia 15 tahun ini mengakui, hasil karyanya yang baru berjalan
belum genap dua bulan ini sudah keluar mulai dari Kota Malang, Bali hingga
Kupang.

“Sudah lumayan
banyak yang kami jual, sekitar puluhan. Untuk di Kalteng hingga saat ini masih
di kota saja, belum ke kabupaten lainnya,” ucapnya.

Baca Juga :  MUI Dukung Pemko Tutup Lokalisasi

Sementara itu, Atar
yang berperan memberi warna menyebutkan, setiap produk bakul lukis yang mereka
hasilkan masing-masing mendapat upah Rp10 ribu. Ke depan, mereka ingin
mengembangkan produknya tidak hanya sekedar bakul lukis dengan model bakul
jinjing saja, tetapi lebih berinovasi sepertk tas ransel dan selempang.

“Untuk saat ini
masih melukis di tas jinjing, ke depan akan lebih bervariasi, baik model tas
hingga desain,” tegasnya.

Menurut Atar, dalam
sehari mereka dapat menghasilkan bakul lukis hingga empat buah. Tergantung
desain gambar yang diminta pelanggan. Apabila desain yang diminta terlalu rumit
mereka hanya mampu menyelesaikan dua buah tas lukis saja.

“Sementara ini
kami membuat produk sesuai pesanan, kami menerima pesanan dari seluruh kalangan
usia, baik gambaran untuk orang dewasa hingga anak-anak, tetapi rata-rata
pemesan tingkatan remaja,” beber pria kelahiran Kota Palangka Raya pada 27
Desember 2004 ini.

Dijelaskan Atar, ia
berasama saudaranya ini tidak serumah. Dalam mengerjakan produknya mereka
selalu bertemu dan mengerjakan bersama. Sedanhkan untuk promosi yang dilakukan
saat ini melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook.

“Kalu mengerjakan berdua, tapi untuk
promosi di media sosial dibantu orang tua,” pungkasnya.

Pandemi Covid-19
memaksa peserta didik belajar di rumah saja. Memanfaatkan daring agar tetap
mendapatkan pembelajaran. Tapi, kondisi di rumah saja juga membuat anak-anak
semakin lengket dengan gawai, bukan hanya untuk belajar tetapi juga nge-game.
Perlu cara cerdik orang tua alihkan kebiasaan tersebut.

 

ANISA B WAHDAH,
Palangka Raya

 

DI tengah menurunnya
perekonimian masyarakat sebagai dampak dari Covid-19, menjadi salah satu alasan
orang tua Soultan Mohammad Agnar dan Musafa Dhirrar Al Akhtar untuk
mengembangkan bakat anak. Mereka (aqan dan atar,red) dibimbing orang tua agar
pada masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan seluruh aktivitas di rumah saja
tidak menimbulkan kebiasaan buruk, seperti doyan game.

Aqan yang memiliki hobi
menggambar, juga menjadi salah satu ide orang tuanya agar dapat menelurkan hobi
bernilai ekonomi, di kembangkan sejak saat ini. Terlebih, dua anak laki-laki
yang masih berada di bangku kelas satu tingkatan SMA ini selama pandemi Covid-19
sibuk dengan gawainya, nge-game.

Meski tidak
meninggalkan pembelajaran melalui daring, tetapi mereka lebih memiliki waktu
luang untuk bermain. Namun, sejak pertengahan pandemi Covid-19, sekitar bulan
Juni lalu, dua anak ini memiliki kesibukan baru. Kesibukan yang menghasilkan
pundi-pundi rupiah. Dapat membantu orang tua untuk uang jajan.

Kedua anak laki-laki
ini menyulap tas berbahan baku purun yang sangat sederhana menjadi tas elegan.
Dengan sentuhan gambar hasil karya tangan Aqan dan dipoles dengan bermacam
warna yang dilakukan Atar.

Baca Juga :  Mendidik Manusia Setengah Cyborg

“Awalnya yang
memiliki ide mama saya, di pertengahan pandemi Covid-19 pada Juni lalu. Apalagi
kondisi perekonimian lesu, jadi terpikir bagaimana cara memanfaatkan waktu luas
usai sekolah daring,” kata Aqan saat dibincangi di Jalan Kinibalu, belum
lama ini.

 

Hal pertama yang
dilakukan untuk memulai kreasi ini yakni membeli tas berbahan kurun yang banyak
dijual di pasar. Menyiapkan peralatan menggambar dan mewarnai seperti bakul,
kuas dan cat minyak. Selanjutnya digambar sesuai keinginan atau pesanan dari
pelanggan. Setelah itu diwarnai. Tas ini dinamakan bakul lukis.

“Untuk saat ini
kami masih membeli bakul dari pasar, harapan kami ke depan langsung membeli tas
tersebut ke pengrajin,” katanya kepada Kalteng Pos

(Grup Kaltengpos.co)
.

Diungkapkan pria
kelahiran Maumere ini, dari pertengahan Juni hingga saat ini sudah puluhan
bakul lukis yang mereka hasilkan. Dipasarkan di Kota Cantik hingga ke luar
pulau. Pria berusia 15 tahun ini mengakui, hasil karyanya yang baru berjalan
belum genap dua bulan ini sudah keluar mulai dari Kota Malang, Bali hingga
Kupang.

“Sudah lumayan
banyak yang kami jual, sekitar puluhan. Untuk di Kalteng hingga saat ini masih
di kota saja, belum ke kabupaten lainnya,” ucapnya.

Baca Juga :  MUI Dukung Pemko Tutup Lokalisasi

Sementara itu, Atar
yang berperan memberi warna menyebutkan, setiap produk bakul lukis yang mereka
hasilkan masing-masing mendapat upah Rp10 ribu. Ke depan, mereka ingin
mengembangkan produknya tidak hanya sekedar bakul lukis dengan model bakul
jinjing saja, tetapi lebih berinovasi sepertk tas ransel dan selempang.

“Untuk saat ini
masih melukis di tas jinjing, ke depan akan lebih bervariasi, baik model tas
hingga desain,” tegasnya.

Menurut Atar, dalam
sehari mereka dapat menghasilkan bakul lukis hingga empat buah. Tergantung
desain gambar yang diminta pelanggan. Apabila desain yang diminta terlalu rumit
mereka hanya mampu menyelesaikan dua buah tas lukis saja.

“Sementara ini
kami membuat produk sesuai pesanan, kami menerima pesanan dari seluruh kalangan
usia, baik gambaran untuk orang dewasa hingga anak-anak, tetapi rata-rata
pemesan tingkatan remaja,” beber pria kelahiran Kota Palangka Raya pada 27
Desember 2004 ini.

Dijelaskan Atar, ia
berasama saudaranya ini tidak serumah. Dalam mengerjakan produknya mereka
selalu bertemu dan mengerjakan bersama. Sedanhkan untuk promosi yang dilakukan
saat ini melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook.

“Kalu mengerjakan berdua, tapi untuk
promosi di media sosial dibantu orang tua,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru