33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Berhasil Membuktikan Kekayaan Alam Kalteng, Dua Putri Dayak Raih Emas

PALANGKA
RAYA-
Putra-putri Dayak satu persatu torehkan prestasi
membanggakan dan menjadi perhatian di mata dunia. Dua putri cantik dari tanah
Dayak meraih prestasi membanggakan bagi bangsa. Medali emas di Seoul, Korea
Selatan.

Prestasi yang diukir
generasi emas di Kalteng membuktikannya. Dua siswi SMAN 2 Kota Palangka Raya
berhasil membuktikan kekayaan alam Kalteng. Juga membuktikan bahwa generasi
muda Kalteng memiliki kualitas. Bersaing dengan anak-anak dunia. Membawa nama
harum Indonesia, terkhusus nama Bumi Tambun Bungai.

Mereka berdua, berhasil
meraih Gold Medals pada ajang World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea
Selatan. Dua siswi ini berhasil mengalihkan perhatian 22 negara dan fokus pada
presentasi yang dibeberkan Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri. Keduanya
mengenalkan akar bajakah tunggal yang tumbuh di tanah Kalteng, obat tradisional
yang mampu sembuhkan tumor ganas yakni kanker payudara.

“Akar bajakah
tunggal ini ada di tanah Kalteng, bisa menyembuhkan kanker payudara yang tidak
diketahui banyak mayarakat secara luas,” Aysa, membuka pembicaraan saat
dibincangi Kalteng Pos, Kamis (1/8).

Hal ini sudah
dibuktikan dengan melakukan uji laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat
(ULM) Kota Banjarmasin. Hasil lab membuktikan kandungan akar bajakah antara
lain saponin, alkoloid,steroid, terpenoid, flavonoid, tanin, dan phenolic yang
dapat menyembuhkan tumor ganas.

“Kandungan dalam
akar bajakah tersebut membuktikan bahwa akar bajakah ini dapat menyembuhkan
kanker payudara,” kata Aysa.

Kisah awal dua siswi
menemukan inovasi ini yakni berawal dari kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
setiap satu minggu sekali di SMAN 2 Palangka Raya. Siswa yang mengikuti yakni
jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dengan tujuan menerapkan ilmu yang
dipelajari sehari-hari.

“Waktu itu kami
sedang mencari ide, bahan apa yang bisa diteliti untuk ekstrakurikuler,
kemudian nenek teman saya terkena kanker payudara dan sembuh dengan mengonsumsi
akar bajakah selama tiga bulan,” kata perempuan yang lahir pada 15 Januari
2002 ini.

Mendengar hal itu,
membuat anak-anak yang tergabung dalam tim ekstrakulikuler ini mencari tahu.
Mencari sampel di Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Menemui nenek
pengonsumsi akar bajakah hingga menemui orang-orang pedalaman yang turut
mengonsumsi akar bajakah tersebut.

Baca Juga :  Rapid Tes Reaktif, Dua Peserta Ijtima Ulama Asal Pangkoh Dirujuk ke Do

“Orang-orang
pedalaman ini meyakinkan bahwa akar bajakah bisa menyembuhkan kanker payudara,
banyak orang-orang terdahulu membuktikan,” tegasnya meyakinkan.

Siswa-siswi SMAN 2 yang
tergabung dalam tim ini akhirnya mengambil contoh akar dan mengirimkan ke ULM.
Terbukti memiliki kandungan berlimpah yang mampu sembuhkan kanker payudara,
akhirnya anak-anak ini memproses menjadi bubuk dan dikemas dalam bentuk teh.

“Produk ini kami
kemas menjadi produk teh sehingga mengonsumsinya diseduh layaknya minum teh
dengan takaran satu gram bubuk akar bajakah dan 500 mili liter air,”
ucapnya.

Proses pembuatannya pun
sangat mudah. Akar bajakah dikeringkan terlebih dahulu. Dapat secara manual
dengan sinar matahari ataupun dikeringkan melalui oven. Selanjutnta ditumbuk
menggunakan alat tumbuk manual atau dengan blender.

“Kami menggunakan
alat manual karena belum memiliki alat,” singkat gadis berkulit cerah ini.

Penelitian tim ini
dilakukan selama kurang lebih tiga bulan. Mereka melakukan uji coba dengan
memberikan akar bajakah ini pada tikus putih. Ternyata, selama sekitar dua
minggu sel tumor yang ada ada tikus putih menghilang.

“Bahkan tikus
tersebut dapat bertumbuh besar dan berkembang biak, sel tumor yang sebelumnya
positif menjadi nol sentimeter,” cerita Anggi, yang saat itu juga
dibincangi bersama Aysa.

Hasil inilah yang
akhirnya dikemas menjadi sebuah karya ilmiah dan mendaftar mengikuti lomba pada
ajang Youth National Science Fair 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) di Bandung. Yang menang atau meraih gold medals akan dikirim ke
Korea mewakili Indonesia.

“Di UPI kami
mempresentasikan hasil karya ilmiah kami bersamaan dengan beberapa sekolah
seluruh Indonesia, jangankan berfikiran untuk lanjut ke Korea, berfikir menang
melawan sekolah-sekolah se-Indonesia saja belum tentu,” lanjut perempuan
yang lahir di Kota Palangka Raya pada 16 Desember 2002 ini.

Baca Juga :  Menyemarakkan Safari Dakwah Habib Umar bin Hafidz

Optimis memang. Tetapi,
melihat berbagai sekolah se-Indonesia membuat mereka sedikit minder. Tetap
semangat dan berdoa yang bisa dilakukan. Memaksa percaya diri dan menampilkan
karya terbaik.

“Tak disangka,
kami menjadi perhatian dan tidak menyangka di UPI mendapatkan juara dengan
meraih medali emas, terbaik se-Indonesia,” kisahnya menyenangkan.

Tidak bangga di sini
saja. Mereka harus kembali bertarung melawan 22 negara se-Dunia. Yang awalnya
hanya membawa nama Kalteng ditingkat nasional, kini bebean baru dipundak
keduanya dengan membawa nama tanah air Indonesia.

“Rasa was-was
kembali terasa, malah lebih dari sebelumnya. Lantaran yang kami lawan 22
negara,” sahutnya sembari mempraktekan kekhawatirannya saat itu.

Tapi kembali lagi.
Mereka harus memaksakan diri untuk percaya diri. Menampilkan karya terbaik anak
bangsa. Mereka ingin membuktikan bahwa anak-anak Kalteng mampu bersaing tingkat
internasional. Anak-anak Kalteng dapat dikenal masyarakat dunia.

“Kami hanya
menampilkan yang terbaik, kami sudah berusaha. Kami pasrahkan kepada Tuhan,
menang atau kalah iti sudah wajar,” ceritanya.

Lagi-lagi, hal
mengejutkan mereka rasakan ke dua kalinya. Karya sederhana namun bermanfaat
luar biasa ini akhirnya menjadi juara tingkat dunia. Kembali raih medali emas
di Seoul, Korea Selatan.

“Tidak menyangka,
kami bisa mengalahkan 22 negara. Tapi kami senang karena bisa membuktikan bahwa
anak-anak Kalteng bisa berkreasi dan inovasi, mampu bersaing dengan anak-anak
di luar Kalteng bahkan di luar negeri,” bebernya.

Kedua siswi SMAN 2
Palangka Raya ini berharap, agar SDA yang ada di tanah Dayak dapat dilestarikan
dengan baik. Bila perlu, lanjutnya, dibudidaya dan dikembangkan menjadi obat
yang diketahui masyarakat luas.

“Kami inginnya
penemuan ini dikembangkan dan bisa diketahui masyarakat luas,” pungkasnya.

Melihat kandungan
yang ada di dalam bajakah tunggal ini ternyata selain dapat menyembuhkan kanker
tumor juga dapat digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan tumor ganas,
mengurangi radikal bebas dalam tubuh, menangkal radikal bebas, meningkatkan
kesehatan tubuh dan meningkatkan sistem imun. (anisa b. wahdah)

PALANGKA
RAYA-
Putra-putri Dayak satu persatu torehkan prestasi
membanggakan dan menjadi perhatian di mata dunia. Dua putri cantik dari tanah
Dayak meraih prestasi membanggakan bagi bangsa. Medali emas di Seoul, Korea
Selatan.

Prestasi yang diukir
generasi emas di Kalteng membuktikannya. Dua siswi SMAN 2 Kota Palangka Raya
berhasil membuktikan kekayaan alam Kalteng. Juga membuktikan bahwa generasi
muda Kalteng memiliki kualitas. Bersaing dengan anak-anak dunia. Membawa nama
harum Indonesia, terkhusus nama Bumi Tambun Bungai.

Mereka berdua, berhasil
meraih Gold Medals pada ajang World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea
Selatan. Dua siswi ini berhasil mengalihkan perhatian 22 negara dan fokus pada
presentasi yang dibeberkan Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri. Keduanya
mengenalkan akar bajakah tunggal yang tumbuh di tanah Kalteng, obat tradisional
yang mampu sembuhkan tumor ganas yakni kanker payudara.

“Akar bajakah
tunggal ini ada di tanah Kalteng, bisa menyembuhkan kanker payudara yang tidak
diketahui banyak mayarakat secara luas,” Aysa, membuka pembicaraan saat
dibincangi Kalteng Pos, Kamis (1/8).

Hal ini sudah
dibuktikan dengan melakukan uji laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat
(ULM) Kota Banjarmasin. Hasil lab membuktikan kandungan akar bajakah antara
lain saponin, alkoloid,steroid, terpenoid, flavonoid, tanin, dan phenolic yang
dapat menyembuhkan tumor ganas.

“Kandungan dalam
akar bajakah tersebut membuktikan bahwa akar bajakah ini dapat menyembuhkan
kanker payudara,” kata Aysa.

Kisah awal dua siswi
menemukan inovasi ini yakni berawal dari kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
setiap satu minggu sekali di SMAN 2 Palangka Raya. Siswa yang mengikuti yakni
jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dengan tujuan menerapkan ilmu yang
dipelajari sehari-hari.

“Waktu itu kami
sedang mencari ide, bahan apa yang bisa diteliti untuk ekstrakurikuler,
kemudian nenek teman saya terkena kanker payudara dan sembuh dengan mengonsumsi
akar bajakah selama tiga bulan,” kata perempuan yang lahir pada 15 Januari
2002 ini.

Mendengar hal itu,
membuat anak-anak yang tergabung dalam tim ekstrakulikuler ini mencari tahu.
Mencari sampel di Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Menemui nenek
pengonsumsi akar bajakah hingga menemui orang-orang pedalaman yang turut
mengonsumsi akar bajakah tersebut.

Baca Juga :  Rapid Tes Reaktif, Dua Peserta Ijtima Ulama Asal Pangkoh Dirujuk ke Do

“Orang-orang
pedalaman ini meyakinkan bahwa akar bajakah bisa menyembuhkan kanker payudara,
banyak orang-orang terdahulu membuktikan,” tegasnya meyakinkan.

Siswa-siswi SMAN 2 yang
tergabung dalam tim ini akhirnya mengambil contoh akar dan mengirimkan ke ULM.
Terbukti memiliki kandungan berlimpah yang mampu sembuhkan kanker payudara,
akhirnya anak-anak ini memproses menjadi bubuk dan dikemas dalam bentuk teh.

“Produk ini kami
kemas menjadi produk teh sehingga mengonsumsinya diseduh layaknya minum teh
dengan takaran satu gram bubuk akar bajakah dan 500 mili liter air,”
ucapnya.

Proses pembuatannya pun
sangat mudah. Akar bajakah dikeringkan terlebih dahulu. Dapat secara manual
dengan sinar matahari ataupun dikeringkan melalui oven. Selanjutnta ditumbuk
menggunakan alat tumbuk manual atau dengan blender.

“Kami menggunakan
alat manual karena belum memiliki alat,” singkat gadis berkulit cerah ini.

Penelitian tim ini
dilakukan selama kurang lebih tiga bulan. Mereka melakukan uji coba dengan
memberikan akar bajakah ini pada tikus putih. Ternyata, selama sekitar dua
minggu sel tumor yang ada ada tikus putih menghilang.

“Bahkan tikus
tersebut dapat bertumbuh besar dan berkembang biak, sel tumor yang sebelumnya
positif menjadi nol sentimeter,” cerita Anggi, yang saat itu juga
dibincangi bersama Aysa.

Hasil inilah yang
akhirnya dikemas menjadi sebuah karya ilmiah dan mendaftar mengikuti lomba pada
ajang Youth National Science Fair 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) di Bandung. Yang menang atau meraih gold medals akan dikirim ke
Korea mewakili Indonesia.

“Di UPI kami
mempresentasikan hasil karya ilmiah kami bersamaan dengan beberapa sekolah
seluruh Indonesia, jangankan berfikiran untuk lanjut ke Korea, berfikir menang
melawan sekolah-sekolah se-Indonesia saja belum tentu,” lanjut perempuan
yang lahir di Kota Palangka Raya pada 16 Desember 2002 ini.

Baca Juga :  Menyemarakkan Safari Dakwah Habib Umar bin Hafidz

Optimis memang. Tetapi,
melihat berbagai sekolah se-Indonesia membuat mereka sedikit minder. Tetap
semangat dan berdoa yang bisa dilakukan. Memaksa percaya diri dan menampilkan
karya terbaik.

“Tak disangka,
kami menjadi perhatian dan tidak menyangka di UPI mendapatkan juara dengan
meraih medali emas, terbaik se-Indonesia,” kisahnya menyenangkan.

Tidak bangga di sini
saja. Mereka harus kembali bertarung melawan 22 negara se-Dunia. Yang awalnya
hanya membawa nama Kalteng ditingkat nasional, kini bebean baru dipundak
keduanya dengan membawa nama tanah air Indonesia.

“Rasa was-was
kembali terasa, malah lebih dari sebelumnya. Lantaran yang kami lawan 22
negara,” sahutnya sembari mempraktekan kekhawatirannya saat itu.

Tapi kembali lagi.
Mereka harus memaksakan diri untuk percaya diri. Menampilkan karya terbaik anak
bangsa. Mereka ingin membuktikan bahwa anak-anak Kalteng mampu bersaing tingkat
internasional. Anak-anak Kalteng dapat dikenal masyarakat dunia.

“Kami hanya
menampilkan yang terbaik, kami sudah berusaha. Kami pasrahkan kepada Tuhan,
menang atau kalah iti sudah wajar,” ceritanya.

Lagi-lagi, hal
mengejutkan mereka rasakan ke dua kalinya. Karya sederhana namun bermanfaat
luar biasa ini akhirnya menjadi juara tingkat dunia. Kembali raih medali emas
di Seoul, Korea Selatan.

“Tidak menyangka,
kami bisa mengalahkan 22 negara. Tapi kami senang karena bisa membuktikan bahwa
anak-anak Kalteng bisa berkreasi dan inovasi, mampu bersaing dengan anak-anak
di luar Kalteng bahkan di luar negeri,” bebernya.

Kedua siswi SMAN 2
Palangka Raya ini berharap, agar SDA yang ada di tanah Dayak dapat dilestarikan
dengan baik. Bila perlu, lanjutnya, dibudidaya dan dikembangkan menjadi obat
yang diketahui masyarakat luas.

“Kami inginnya
penemuan ini dikembangkan dan bisa diketahui masyarakat luas,” pungkasnya.

Melihat kandungan
yang ada di dalam bajakah tunggal ini ternyata selain dapat menyembuhkan kanker
tumor juga dapat digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan tumor ganas,
mengurangi radikal bebas dalam tubuh, menangkal radikal bebas, meningkatkan
kesehatan tubuh dan meningkatkan sistem imun. (anisa b. wahdah)

Terpopuler

Artikel Terbaru