25.6 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024
- Advertisement -spot_img

TAG

Sajak

Sajak Upaya Mengenangmu

Upaya Mengenangmu Aku teringat lagu tidur yang kau nyanyikan di tepi ranjangku

Sajak Ambigu

aku melihat merah-putih penuh air mata dan itu karena kemurungannya tidak lagi terbendung apakah puisi harus berkemas diri dari pergulatan hidup, yang tidak pernah tuntas

Malam Tak Diberi Angka

jendela tidak bersedih ketika angin mengempas hujan tepat di dadanya. sesuatu mengkristal ketika langit sore berusaha menelan gemuruh yang lekat di utara.

Suksesi-Suksesi

Kekuasaan –yang sebenarnya tak kokoh dan gampang terusik– sedang dibangun! Artinya, perang baru dimulai:

Sajak: Robusta

Pahit dan kuat Robusta mengeja malam pekat Cangkir-cangkir memanas Menahan tempias Hujan yang merupa bingkisan dalam kerumunan Gigil merangkak menuju sunyi Menusuk hingga hati

Doa di Hari Pemilu

Di hari pemilu ini, mari kita nyanyikan lagu kebangsaan agar kebersamaan tumbuh agar damai di hati Segala gaduh akan runtuh segala dengki akan teratasi Duduk bersama saling mengayuh berjabatan tanda persahabatan senyum dan tawa bersama memakmurkan bumi pertiwi

Di Halaman Taman Kanak-Kanak

di halaman taman kanak-kanak di antara dua kampung gemar berseteru kau rapalkan doa-doa yang diajarkan sekolah minggu

Yang Lahir di Musim Rindu

Yang Lahir di Musim Rindu : siapakah yang lahir di musim rindu bersama pekat malam dan embun yang mendekap pagi yang menetes satu per satu dari daun-daun di beranda rumah itu

Sajak: Perahu dari Tulang Rusukku

Waktu memecah. Ruang berpendar. Kasih sayang betapa telah serupa Bukit Cahaya tempat segala doa dilangitkan setulus hati. Tetapi air mata berguguran dari kelopak malam paling nyeri. Sembilu dua sisi mengiris-iris setiap api cemburu mengapung atas laut

Distopia

tentang wajah ruang dan waktu yang terbidik dari sudut yang berbeda-beda dan potret-potretnya akan dipamerkan pada galeri tanpa nyawa

Latest news

- Advertisement -spot_img