Di Halaman Taman Kanak-Kanak
di halaman taman kanak-kanak
di antara dua kampung gemar berseteru
kau rapalkan doa-doa yang diajarkan sekolah minggu
untuk mengusir rasa malu yang selalu di sisimu
bagai hantu yang mengitari makam
tak banyak mainan bisa kau mainkan
kau selalu mendapatkan urutan terakhir
tepat ketika bel masuk kelas segera menyalak
halaman bermain kian menyepi
tetap saja kau tak berani memainkan
timbangan atau ayunan
rasa takut dan malu gemar menggelitik
perutmu yang buncit
meski bapakmu bekas serdadu di medan tempur
siaga menjagamu di halaman taman kanak-kanak
rasa takut tak juga kabur dari pundak
bagimu, segala alat permainan bagai ranjau siap meledak
teman-teman yang tak kau akrabi itu bagai musuh
kapan saja diam-diam menikam
ketika erat memegang tangan
(2023)
—————————
Cengkeraman
awan hitam jatuh di kota M
mencengkeram gedung-gedung kerdil
tempat para bayi dipersembahkan
dalam waktu sekian detik
cengkeraman awan hitam menguat
gedung-gedung remuk redam
tersisa bayi-bayi mungil
mereka merengek
serupa cericit burung pipit kelaparan
menanti potongan roti pertama mereka
yang telah lenyap bersama retaknya cawan
saat tabernakel terbelah
(2023)
———————-
Taman
ular yang picik itu gemar melata di taman
eden yang suci dan mayura yang bersahaja
tempat orang bermadu kasih dan merapatkan
tubuh manusiawi yang bergetah hasrat kuasa
seperti lalat terjebak di luka tubuh pohon nangka
eden yang suci kembali bersih
seusai ular merayu hawa
dan melontarkannya keluar taman
seperti selongsong peluru dimuntahkan mulut pistol
mayura kian ramah untuk musyawarah
setelah prajurit mengusir ular
agar para raja dan penasihat
mudah bertukar cemas memikirkan istana
ular kerap jadi tokoh utama
sebagai pesakitan
atau seseorang yang menaiki takhta
dengan segala cara
(2023)
—
RONY FERNANDEZ, Lahir di Mataram, Pulau Lombok. Bergiat di Komunitas Akarpohon. Buku puisinya berjudul Homili (2021).