28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Distopia

Sajak: Distopia 1

tentang wajah ruang dan

waktu yang terbidik dari sudut

yang berbeda-beda dan

potret-potretnya akan dipamerkan

pada galeri tanpa nyawa

Karanganyar, 2023

———

Distopia 2

Ketika aku menjadi lensa bagi

matahari yang semakin

dekat dengan bumi, setiap lelaku

yang muncul tak lagi memercikkan

bias warna-warni yang selaras

dengan perasaan kekasih,

yang dulu selalu bisa menciptakan

gejolak untuk beramai-ramai

mengambil peran pada

hidup yang pendek, karena sejauh

cahaya yang tertuju saat itu hanya

menyisakan tiga warna:

hitam, putih, dan merah

Karanganyar, 2023

——–

Distopia 3

Sesekali aku meluncur ke bawah,

menelusup pada rekahan tanah

yang menganga, tembus pada

jantung-jantung kering, menimbuni

kenangan yang tak bisa lagi

Baca Juga :  Sajak: Kepada Anakku

dipakai sebagai pembangkit rindu

karena jarak yang dulu berperan

sebagai pagar ayu dihapus oleh

satu sentuhan umpat

ketika kaki-kaki malas bergerak

Karanganyar, 2023

Distopia 4

Aku berdiri di tiang paling tinggi,

terlihat pabrik-pabrik pencari

kebahagiaan berhenti pada titik

yang dianggap sebagai kesempurnaan

layanan, yang sesungguhnya telah

membuat jalan-jalan tak layak

mendapat hak cipta, karena semua

hanya mengacu pada satu kemegahan,

ingin berada di puncak tanpa perlu

penangkal petir hingga orang-orang latah

berlomba-lomba menapak pada awan

Karanganyar, 2023

Distopia 5

Pada akhirnya semua orang akan

hadir pada pameran potret

paling akbar dengan membawa

jatah dosa yang

kemudian dikumpulkan sebagai

bukti atas kesalahan paling menjijikkan,

Baca Juga :  Sajak Angga Trio Sanjaya

karena mereka telah sembrono melupakan

cucu-cucu yang tidak

pernah sempat dilahirkan

Karanganyar, 2023

YUDITEHA, Penulis dan tinggal di Karanganyar. Buku puisinya, Dolanan, menjadi nomine Prasidatama Jawa Tengah 2019. Buku puisi terbaru Kamus Kecil untuk Pendosa.

Sajak: Distopia 1

tentang wajah ruang dan

waktu yang terbidik dari sudut

yang berbeda-beda dan

potret-potretnya akan dipamerkan

pada galeri tanpa nyawa

Karanganyar, 2023

———

Distopia 2

Ketika aku menjadi lensa bagi

matahari yang semakin

dekat dengan bumi, setiap lelaku

yang muncul tak lagi memercikkan

bias warna-warni yang selaras

dengan perasaan kekasih,

yang dulu selalu bisa menciptakan

gejolak untuk beramai-ramai

mengambil peran pada

hidup yang pendek, karena sejauh

cahaya yang tertuju saat itu hanya

menyisakan tiga warna:

hitam, putih, dan merah

Karanganyar, 2023

——–

Distopia 3

Sesekali aku meluncur ke bawah,

menelusup pada rekahan tanah

yang menganga, tembus pada

jantung-jantung kering, menimbuni

kenangan yang tak bisa lagi

Baca Juga :  Sajak: Kepada Anakku

dipakai sebagai pembangkit rindu

karena jarak yang dulu berperan

sebagai pagar ayu dihapus oleh

satu sentuhan umpat

ketika kaki-kaki malas bergerak

Karanganyar, 2023

Distopia 4

Aku berdiri di tiang paling tinggi,

terlihat pabrik-pabrik pencari

kebahagiaan berhenti pada titik

yang dianggap sebagai kesempurnaan

layanan, yang sesungguhnya telah

membuat jalan-jalan tak layak

mendapat hak cipta, karena semua

hanya mengacu pada satu kemegahan,

ingin berada di puncak tanpa perlu

penangkal petir hingga orang-orang latah

berlomba-lomba menapak pada awan

Karanganyar, 2023

Distopia 5

Pada akhirnya semua orang akan

hadir pada pameran potret

paling akbar dengan membawa

jatah dosa yang

kemudian dikumpulkan sebagai

bukti atas kesalahan paling menjijikkan,

Baca Juga :  Sajak Angga Trio Sanjaya

karena mereka telah sembrono melupakan

cucu-cucu yang tidak

pernah sempat dilahirkan

Karanganyar, 2023

YUDITEHA, Penulis dan tinggal di Karanganyar. Buku puisinya, Dolanan, menjadi nomine Prasidatama Jawa Tengah 2019. Buku puisi terbaru Kamus Kecil untuk Pendosa.

Terpopuler

Artikel Terbaru