28.8 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Transaksi Virus

“Saya beralih pendekatan ke
komunitas”.

Yang mengucapkan itu Tri
Rismaharini, Wali Kota Surabaya.

Itulah cara barunyi. Untuk
menahan ledakan Covid-19 di Surabaya. Yang kapan itu sudah sempat dinyatakan
sebagai zona merah –agak hitam.

“Berhasil,” kata Risma.
“Angkanya turun lagi,” katanyi.

Yang dimaksud pendekatan
komunitas itu adalah pembentukan kampung tangguh. Berbasis RT dan RW. Merekalah
yang lebih harus menjaga diri.

Ada juga pasar tangguh. Dan
seterusnya.

Rapid
test
 akan lebih difokuskan ke kampung-kampung tangguh itu.
Tentu berdasar permintaan dari bawah.

Ternyata itu juga terjadi di
kampung-kampung di kota/kabupaten lain. Banyak orang kota yang tidak bisa
pulang ke desa –karena desanya, untuk sementara, menolak kedatangan mereka.

Tentu Risma sangat benar.
Penularan terbanyak adalah di komunitas-komunitas. Bahkan masuknya Covid-19
pertama ke Indonesia, Anda masih ingat, juga terjadi di situ: komunitas dansa.

Pun heboh Covid-19 di Semarang.
Terjadinya di komunitas karaoke dan arisan orang kaya. Demikian juga komunitas
agama. Baik Islam maupun Kristen.

Saya juga punya komunitas senam
dansa. Berarti juga harus ekstra hati-hati.

Komunitas pasar termasuk yang
paling berat. Itulah sebabnya di Padang tes untuk pedagang di Pasar Raya
diprioritaskan.

Bukan sekedar rapid
test
 tapi tes swab. Pun biayanya bisa lebih murah dari tes
cepat. Itu karena ada metode baru sistem 5-1 seperti yang ditemukan dokter
Andani di sana. (DI’s Way: Nangis Tes).

Sudah banyak berita penutupan
pasar di Indonesia. Di Jakarta maupun Surabaya. Itu setelah ditemukan penularan
Covid-19 di pasar.

Baca Juga :  Kejar Atas

Ingat awal Covid-19 di Wuhan?
Juga dari pasar.

Belakangan ini kejadian yang sama
berulang di Beijing. Minggu lalu. Di Pasar Xinfadi. Di pinggiran barat daya
Kota Beijing. Juga di bagian pasar basah. Tempat dijualnya ikan dan daging
beku.

Tiba-tiba saja Beijing panik.
Sangat mengkhawatirkan. Angka penderita baru di Beijing menjadi 227 orang.

Padahal sudah lebih 3 bulan
Beijing nyaris bebas Covid-19. Kalau toh ada hanya sekitar 10 sampai 20
penderita per hari. Itu pun penderita dari luar negeri.

Juga sudah hampir dua bulan tidak
ada lagi orang mati karena Covid-19 di Tiongkok.

Maka munculnya angka 227 itu
dianggap serius.

Setelah ditelusuri ketemulah
sumbernya: Pasar Xinfadi itu. Semua disebabkan oleh penularan lokal. Tidak ada
hubungan dengan luar negeri.

Pertanyaannya: dari mana virus
itu. Bukankah sudah lama hilang dari Beijing?

Ketahuanlah: dari ikan beku.

Beijing tidak punya laut. Ikan di
sana hampir semuanya impor. Terutama seperti tuna dan salmon.

Berarti sumber 227 itu dari ikan
beku. Tentu sumber awalnya dari tempat pengolahan dan pengepakan ikan itu –di
negara asal. 

Virus itu bisa bertahan tiga
bulan di ikan beku. Demikian juga di daging beku.

Selama ini tidak pernah ada
kehebohan penularan Covid-19 di pabrik-pabrik pengolahan ikan. Yang ada justru
di pabrik-pabrik pengolahan daging di Amerika. Di beberapa tempat sekaligus.
Sampai pabrik itu harus ditutup –sambil tetap merahasiakan jumlah
penderitanya.

Baca Juga :  Keprihatinan Idulfitri

Beijing segera ambil tiga
langkah: Pasar Xinfadi ditutup. Tes masal dilakukan: sehari 1 juta orang
–seperti di Wuhan.

Langkah ketiga, yang bikin heboh,
impor ikan dan daging dari Amerika dihentikan. Yang sudah telanjur tiba pun
dikarantina keras.

Padahal Tiongkok baru kembali
mengizinkan impor itu tahun lalu. Enam tahun sebelumnya (2015) Tiongkok sudah
menghentikan impor itu. Yakni ketika terjangkit wabah flu burung di Amerika
Serikat. 

Setelah flu burung lewat pun
tidak otomatis impor dibuka. Tunggu sampai bertahun-tahun. Akhirnya ijin itu
diberikan tahun lalu. Sebanyak 172 pabrik pengolahan daging Amerika diizinkan
kembali ekspor ke Tiongkok. Sebulan 177 pengapalan.

Gegara kejadian di Pasar Xinfadi
itu izin dicabut lagi. Pun 37 pabrik daging di Amerika gigit jari lagi. 

Gerakan memeriksa ikan dan daging
beku pun dilancarkan. Anehnya, hasilnya negatif. Tidak ditemukan virus di
gudang-gudang ikan dan daging beku.

Para peneliti kembali mencari
sumber yang sebenarnya. Yang jelas, ditemukan virus di pasar itu. Yakni di
telenan kayu –kayu yang dipakai alas memotong ikan atau daging beku.

Kini dampak 227 itu sudah hilang.
Tidak ada yang mati. Tidak ada juga penderita terbaru dari pasar itu.

Pasar memang harus jadi pusat
perhatian. Transaksi virus ternyata juga terjadi di situ –tanpa proses
tawar-menawar.(Dahlan Iskan)

 

“Saya beralih pendekatan ke
komunitas”.

Yang mengucapkan itu Tri
Rismaharini, Wali Kota Surabaya.

Itulah cara barunyi. Untuk
menahan ledakan Covid-19 di Surabaya. Yang kapan itu sudah sempat dinyatakan
sebagai zona merah –agak hitam.

“Berhasil,” kata Risma.
“Angkanya turun lagi,” katanyi.

Yang dimaksud pendekatan
komunitas itu adalah pembentukan kampung tangguh. Berbasis RT dan RW. Merekalah
yang lebih harus menjaga diri.

Ada juga pasar tangguh. Dan
seterusnya.

Rapid
test
 akan lebih difokuskan ke kampung-kampung tangguh itu.
Tentu berdasar permintaan dari bawah.

Ternyata itu juga terjadi di
kampung-kampung di kota/kabupaten lain. Banyak orang kota yang tidak bisa
pulang ke desa –karena desanya, untuk sementara, menolak kedatangan mereka.

Tentu Risma sangat benar.
Penularan terbanyak adalah di komunitas-komunitas. Bahkan masuknya Covid-19
pertama ke Indonesia, Anda masih ingat, juga terjadi di situ: komunitas dansa.

Pun heboh Covid-19 di Semarang.
Terjadinya di komunitas karaoke dan arisan orang kaya. Demikian juga komunitas
agama. Baik Islam maupun Kristen.

Saya juga punya komunitas senam
dansa. Berarti juga harus ekstra hati-hati.

Komunitas pasar termasuk yang
paling berat. Itulah sebabnya di Padang tes untuk pedagang di Pasar Raya
diprioritaskan.

Bukan sekedar rapid
test
 tapi tes swab. Pun biayanya bisa lebih murah dari tes
cepat. Itu karena ada metode baru sistem 5-1 seperti yang ditemukan dokter
Andani di sana. (DI’s Way: Nangis Tes).

Sudah banyak berita penutupan
pasar di Indonesia. Di Jakarta maupun Surabaya. Itu setelah ditemukan penularan
Covid-19 di pasar.

Baca Juga :  Kejar Atas

Ingat awal Covid-19 di Wuhan?
Juga dari pasar.

Belakangan ini kejadian yang sama
berulang di Beijing. Minggu lalu. Di Pasar Xinfadi. Di pinggiran barat daya
Kota Beijing. Juga di bagian pasar basah. Tempat dijualnya ikan dan daging
beku.

Tiba-tiba saja Beijing panik.
Sangat mengkhawatirkan. Angka penderita baru di Beijing menjadi 227 orang.

Padahal sudah lebih 3 bulan
Beijing nyaris bebas Covid-19. Kalau toh ada hanya sekitar 10 sampai 20
penderita per hari. Itu pun penderita dari luar negeri.

Juga sudah hampir dua bulan tidak
ada lagi orang mati karena Covid-19 di Tiongkok.

Maka munculnya angka 227 itu
dianggap serius.

Setelah ditelusuri ketemulah
sumbernya: Pasar Xinfadi itu. Semua disebabkan oleh penularan lokal. Tidak ada
hubungan dengan luar negeri.

Pertanyaannya: dari mana virus
itu. Bukankah sudah lama hilang dari Beijing?

Ketahuanlah: dari ikan beku.

Beijing tidak punya laut. Ikan di
sana hampir semuanya impor. Terutama seperti tuna dan salmon.

Berarti sumber 227 itu dari ikan
beku. Tentu sumber awalnya dari tempat pengolahan dan pengepakan ikan itu –di
negara asal. 

Virus itu bisa bertahan tiga
bulan di ikan beku. Demikian juga di daging beku.

Selama ini tidak pernah ada
kehebohan penularan Covid-19 di pabrik-pabrik pengolahan ikan. Yang ada justru
di pabrik-pabrik pengolahan daging di Amerika. Di beberapa tempat sekaligus.
Sampai pabrik itu harus ditutup –sambil tetap merahasiakan jumlah
penderitanya.

Baca Juga :  Keprihatinan Idulfitri

Beijing segera ambil tiga
langkah: Pasar Xinfadi ditutup. Tes masal dilakukan: sehari 1 juta orang
–seperti di Wuhan.

Langkah ketiga, yang bikin heboh,
impor ikan dan daging dari Amerika dihentikan. Yang sudah telanjur tiba pun
dikarantina keras.

Padahal Tiongkok baru kembali
mengizinkan impor itu tahun lalu. Enam tahun sebelumnya (2015) Tiongkok sudah
menghentikan impor itu. Yakni ketika terjangkit wabah flu burung di Amerika
Serikat. 

Setelah flu burung lewat pun
tidak otomatis impor dibuka. Tunggu sampai bertahun-tahun. Akhirnya ijin itu
diberikan tahun lalu. Sebanyak 172 pabrik pengolahan daging Amerika diizinkan
kembali ekspor ke Tiongkok. Sebulan 177 pengapalan.

Gegara kejadian di Pasar Xinfadi
itu izin dicabut lagi. Pun 37 pabrik daging di Amerika gigit jari lagi. 

Gerakan memeriksa ikan dan daging
beku pun dilancarkan. Anehnya, hasilnya negatif. Tidak ditemukan virus di
gudang-gudang ikan dan daging beku.

Para peneliti kembali mencari
sumber yang sebenarnya. Yang jelas, ditemukan virus di pasar itu. Yakni di
telenan kayu –kayu yang dipakai alas memotong ikan atau daging beku.

Kini dampak 227 itu sudah hilang.
Tidak ada yang mati. Tidak ada juga penderita terbaru dari pasar itu.

Pasar memang harus jadi pusat
perhatian. Transaksi virus ternyata juga terjadi di situ –tanpa proses
tawar-menawar.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru