30.7 C
Jakarta
Tuesday, April 23, 2024

Misteri Tetap

Caleg muda pun banyak terpilih. Pun yang foto kampanyenya hanya pakai kaus
suporter sepak bola. Mengalahkan yang lebih tua. Yang fotonya pakai jas dan
dasi.

Selebaran kampanye mereka pun hanya ditulis tangan. Mengalahkan yang
didesain sangat profesional. 

Hongkong mendadak berubah. Masuk ke dalam suasana pesta. Bergeloralah di
dalam hati mereka. Gerakan pro-demokrasi menang mutlak. Dalam Pemilu distrik
Minggu lalu.

Memang mereka masih tetap memaki polisi dan pemerintah. Tapi dengan hati
gembira.

Mereka juga masih tetap demo. Tiap hari. Tapi lebih banyak sambil menyanyi:
lagu Glory of Hongkong. 

Di Pemilu hari itu pro-demokrasi benar-benar menang hampir mutlak. Nyaris
sikat habis. Dari 18 distrik menang di 17 distrik.

Pemerintah Hongkong kian terdesak.

Kemenangan partai-partai pro-demokrasi itu mutlak merupakan hasil lain dari
demo mereka. 

Bayangkan dari total 452 kursi yang diperebutkan pro-demokrasi memenangkan
392.

Partai-partai yang pro-pemerintah hanya mendapat 60 kursi.

Dulu-dulu yang pro-demokrasi mustahil pun untuk mendapat seperempatnya.

Keesokan harinya pendemo langsung kembali turun ke jalan. Pola demonya
baru: demo makan siang. Demo itu hanya berlangsung satu jam. Memanfaatkan waktu
istirahat makan siang.

Begitulah tiap hari. Sampai kemarin. Dan kelihatannya masih akan terus
seperti itu.

Masih akan terus menyanyikan calon lagu kebangsaan Hongkong itu.

Mereka juga terus berteriak: lima, tidak satu pun tertinggal. Lima tuntutan
harus dipenuhi semua. Sejauh ini baru satu  yang dikabulkan: pencabutan
RUU ekstradisi.

‘Demo makan siang’ itu juga terus memberi dukungan pada teman mereka. Yang
masih terus bersembunyi di kampus Politeknik Hongkong.

Sampai tiga hari lalu kira-kira masih 60-an pendemo di kampus itu.
Bersembunyi di berbagai gedung fakultas. Tidak mau menyerah. Sudah 15 hari
mereka bermalam di situ. Polisi juga masih mengepung kampus itu. Tanpa batas
waktu.

Usaha merayu mereka pun terus dilakukan. Delegasi demi delegasi diizinkan
masuk kampus. Misalnya yang terdiri 50 orang: dosen, psikolog, perawat, dokter
dan politisi. Termasuk politisi yang baru menang Pemilu.

Baca Juga :  Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah SAW

Mereka menyebar ke dalam kampus. Yang luasnya lebih 7 hektar itu. Satu
persatu gedung perkuliahan dimasuki.

Mereka tetap tidak mau pergi.

Universitas tidak bisa segera melakukan perbaikan. Banyak fasilitas yang
dirusak di 10 hari terakhir demo lima bulan itu.

Tiga hari kemudian masuk lagi tim yang lebih besar. Juga dari berbagai
unsur. Kali ini tidak menemukan siapa pun. Tidak ada lagi mahasiswa atau
aktivis yang ada di kampus itu.

Ups, ada.

Satu orang. 

Wanita, mahasiswi. 

Usia 22 tahun. Sendirian.

Tim itu pun dialog dengan mahasiswi itu. Mengajaknyi meninggalkan kampus.

Yang dirayu tidak mau. 

Ke mana sisanya?

Inilah yang menimbulkan misteri. Adakah mereka menemukan tempat
persembunyian yang begitu tersembunyi? Ataukah sudah berhasil meloloskan diri
dengan cara mereka sendiri?

Misteri.

Mereka memang menyebut kampus itu sudah sebagai Shaolin Temple. Di situlah
pusat perlawanan pada polisi. Tapi apakah mereka juga sudah menguasai ilmu
menghilang?

Akhirnya polisi sendiri yang masuk ke kampus itu. Kamis lalu. Awalnya 100
orang. Polisi menemukan ribuan bom botol. Berserakan. Juga bahan-bahan kimia.
Berhamburan. Bersama bekas makanan, minuman dan sampah lainnya.

Polisi juga menemukan lantai-lantai yang dibuat licin. Mungkin sebagai
jebakan. Kalau polisi tiba-tiba menyerbu mereka.

Di hari-hari pertama, ketika yang di kampus itu masih sekitar 2000 orang,
memang deras isu beredar: polisi akan menyerbu ke dalam.

Membuat seperti Tian An Men kedua.

Sorenya polisi masuk lagi. Dengan jumlah jauh lebih besar. Tapi juga tidak
menemukan mereka. Tidak juga mahasiswi satu-satunya tadi.

Tapi polisi menyimpulkan terlalu bahaya masuk lebih dalam ke kampus itu.
Mungkin saja tiba-tiba ada ledakan. Atau  ada kimia yang sudah
matang. 

Baca Juga :  Pemko Terus Genjot Penanganan Infrastruktur

Di hari kedua jumlah polisi dilipatkan empat: 400 orang. Disertai banyak
ahli: psikologi, bahan kimia, ahli bom, dan ahli persuasi. Tidak sedikit pun
ada niat untuk langsung menangkap mereka. Sepanjang tidak ada perlawanan.

Drama politeknik ini pasti berakhir. Jumat sore kemarin polisi sudah
menarik diri. Tidak mengepung kampus itu lagi. Juga sudah akan membuka jalan di
dekat situ.

Dengan misteri yang belum juga terungkap.

Drama Hongkong lima bulan pun berakhir sudah.

Yang belum berakhir adalah dampak pemilu.

Kegembiraan kemenangan itu bisa saja tidak ada artinya. Itu baru pemilu
tingkat distrik. Belum bisa berpengaruh langsung pada tingkat nasional
Hongkong.

Yang menentukan Hongkong adalah pemilu tahun depan. Yakni pemilu untuk
memilih anggota DPR Hongkong. Di bulan September.

Jumlah anggota DPR Hongkong 70 orang. Yang 35 orang tidak ditentukan lewat
Pemilu. Mereka dipilih oleh organisasi masing-masing: asosiasi restoran dan
hotel, asosiasi pabrik dan industri, asosiasi keuangan dan bank, asosiasi
dagang, asosiasi pengacara, asosiasi akuntan, asosiasi dokter, dan banyak lagi.

Yang mewakili pedagang, industri dan keuangan tidak hanya satu. Ada yang
dapat jatah 2 atau 3.

Begitulah UUD Hongkong. 

Agar siapa pun yang menang pemilu tidak merusak ideologi ekonomi.

Yang benar-benar dipilih hanya 35 orang. Itu pun yang lima harus lewat
kursi ‘super 5’.

Yang berhak jadi caleg ‘super 5’ adakah mereka yang mendapat kursi di
Pemilu Minggu lalu. 

Masih ada syarat tambahan: harus didukung 15 kursi hasil pemilu
barusan. 

Lima caleg tersebut kemudian bersaing dengan caleg lain di Pemilu tahun
depan. 

Itulah yang dikhawatirkan oleh pendukung pro-demokrasi. Caleg-caleg yang
barusan terpilih kemarin sangat masih minim pengalaman.

Terutama pengalaman legislasi. 

Ada yang latar belakangnya pegawai lift di hotel.

Tahun depanlah ujian Hongkong yang sebenarnya.(Dahlan Iskan) 

Caleg muda pun banyak terpilih. Pun yang foto kampanyenya hanya pakai kaus
suporter sepak bola. Mengalahkan yang lebih tua. Yang fotonya pakai jas dan
dasi.

Selebaran kampanye mereka pun hanya ditulis tangan. Mengalahkan yang
didesain sangat profesional. 

Hongkong mendadak berubah. Masuk ke dalam suasana pesta. Bergeloralah di
dalam hati mereka. Gerakan pro-demokrasi menang mutlak. Dalam Pemilu distrik
Minggu lalu.

Memang mereka masih tetap memaki polisi dan pemerintah. Tapi dengan hati
gembira.

Mereka juga masih tetap demo. Tiap hari. Tapi lebih banyak sambil menyanyi:
lagu Glory of Hongkong. 

Di Pemilu hari itu pro-demokrasi benar-benar menang hampir mutlak. Nyaris
sikat habis. Dari 18 distrik menang di 17 distrik.

Pemerintah Hongkong kian terdesak.

Kemenangan partai-partai pro-demokrasi itu mutlak merupakan hasil lain dari
demo mereka. 

Bayangkan dari total 452 kursi yang diperebutkan pro-demokrasi memenangkan
392.

Partai-partai yang pro-pemerintah hanya mendapat 60 kursi.

Dulu-dulu yang pro-demokrasi mustahil pun untuk mendapat seperempatnya.

Keesokan harinya pendemo langsung kembali turun ke jalan. Pola demonya
baru: demo makan siang. Demo itu hanya berlangsung satu jam. Memanfaatkan waktu
istirahat makan siang.

Begitulah tiap hari. Sampai kemarin. Dan kelihatannya masih akan terus
seperti itu.

Masih akan terus menyanyikan calon lagu kebangsaan Hongkong itu.

Mereka juga terus berteriak: lima, tidak satu pun tertinggal. Lima tuntutan
harus dipenuhi semua. Sejauh ini baru satu  yang dikabulkan: pencabutan
RUU ekstradisi.

‘Demo makan siang’ itu juga terus memberi dukungan pada teman mereka. Yang
masih terus bersembunyi di kampus Politeknik Hongkong.

Sampai tiga hari lalu kira-kira masih 60-an pendemo di kampus itu.
Bersembunyi di berbagai gedung fakultas. Tidak mau menyerah. Sudah 15 hari
mereka bermalam di situ. Polisi juga masih mengepung kampus itu. Tanpa batas
waktu.

Usaha merayu mereka pun terus dilakukan. Delegasi demi delegasi diizinkan
masuk kampus. Misalnya yang terdiri 50 orang: dosen, psikolog, perawat, dokter
dan politisi. Termasuk politisi yang baru menang Pemilu.

Baca Juga :  Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah SAW

Mereka menyebar ke dalam kampus. Yang luasnya lebih 7 hektar itu. Satu
persatu gedung perkuliahan dimasuki.

Mereka tetap tidak mau pergi.

Universitas tidak bisa segera melakukan perbaikan. Banyak fasilitas yang
dirusak di 10 hari terakhir demo lima bulan itu.

Tiga hari kemudian masuk lagi tim yang lebih besar. Juga dari berbagai
unsur. Kali ini tidak menemukan siapa pun. Tidak ada lagi mahasiswa atau
aktivis yang ada di kampus itu.

Ups, ada.

Satu orang. 

Wanita, mahasiswi. 

Usia 22 tahun. Sendirian.

Tim itu pun dialog dengan mahasiswi itu. Mengajaknyi meninggalkan kampus.

Yang dirayu tidak mau. 

Ke mana sisanya?

Inilah yang menimbulkan misteri. Adakah mereka menemukan tempat
persembunyian yang begitu tersembunyi? Ataukah sudah berhasil meloloskan diri
dengan cara mereka sendiri?

Misteri.

Mereka memang menyebut kampus itu sudah sebagai Shaolin Temple. Di situlah
pusat perlawanan pada polisi. Tapi apakah mereka juga sudah menguasai ilmu
menghilang?

Akhirnya polisi sendiri yang masuk ke kampus itu. Kamis lalu. Awalnya 100
orang. Polisi menemukan ribuan bom botol. Berserakan. Juga bahan-bahan kimia.
Berhamburan. Bersama bekas makanan, minuman dan sampah lainnya.

Polisi juga menemukan lantai-lantai yang dibuat licin. Mungkin sebagai
jebakan. Kalau polisi tiba-tiba menyerbu mereka.

Di hari-hari pertama, ketika yang di kampus itu masih sekitar 2000 orang,
memang deras isu beredar: polisi akan menyerbu ke dalam.

Membuat seperti Tian An Men kedua.

Sorenya polisi masuk lagi. Dengan jumlah jauh lebih besar. Tapi juga tidak
menemukan mereka. Tidak juga mahasiswi satu-satunya tadi.

Tapi polisi menyimpulkan terlalu bahaya masuk lebih dalam ke kampus itu.
Mungkin saja tiba-tiba ada ledakan. Atau  ada kimia yang sudah
matang. 

Baca Juga :  Pemko Terus Genjot Penanganan Infrastruktur

Di hari kedua jumlah polisi dilipatkan empat: 400 orang. Disertai banyak
ahli: psikologi, bahan kimia, ahli bom, dan ahli persuasi. Tidak sedikit pun
ada niat untuk langsung menangkap mereka. Sepanjang tidak ada perlawanan.

Drama politeknik ini pasti berakhir. Jumat sore kemarin polisi sudah
menarik diri. Tidak mengepung kampus itu lagi. Juga sudah akan membuka jalan di
dekat situ.

Dengan misteri yang belum juga terungkap.

Drama Hongkong lima bulan pun berakhir sudah.

Yang belum berakhir adalah dampak pemilu.

Kegembiraan kemenangan itu bisa saja tidak ada artinya. Itu baru pemilu
tingkat distrik. Belum bisa berpengaruh langsung pada tingkat nasional
Hongkong.

Yang menentukan Hongkong adalah pemilu tahun depan. Yakni pemilu untuk
memilih anggota DPR Hongkong. Di bulan September.

Jumlah anggota DPR Hongkong 70 orang. Yang 35 orang tidak ditentukan lewat
Pemilu. Mereka dipilih oleh organisasi masing-masing: asosiasi restoran dan
hotel, asosiasi pabrik dan industri, asosiasi keuangan dan bank, asosiasi
dagang, asosiasi pengacara, asosiasi akuntan, asosiasi dokter, dan banyak lagi.

Yang mewakili pedagang, industri dan keuangan tidak hanya satu. Ada yang
dapat jatah 2 atau 3.

Begitulah UUD Hongkong. 

Agar siapa pun yang menang pemilu tidak merusak ideologi ekonomi.

Yang benar-benar dipilih hanya 35 orang. Itu pun yang lima harus lewat
kursi ‘super 5’.

Yang berhak jadi caleg ‘super 5’ adakah mereka yang mendapat kursi di
Pemilu Minggu lalu. 

Masih ada syarat tambahan: harus didukung 15 kursi hasil pemilu
barusan. 

Lima caleg tersebut kemudian bersaing dengan caleg lain di Pemilu tahun
depan. 

Itulah yang dikhawatirkan oleh pendukung pro-demokrasi. Caleg-caleg yang
barusan terpilih kemarin sangat masih minim pengalaman.

Terutama pengalaman legislasi. 

Ada yang latar belakangnya pegawai lift di hotel.

Tahun depanlah ujian Hongkong yang sebenarnya.(Dahlan Iskan) 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru