27.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Sumbang Pelindung Wajah dan Donasikan Royalti Lagu

Ada yang bikin lagu yang
royaltinya akan disumbangkan untuk pembelian alat pelindung diri. Ada pula yang
membuat alat pelindung wajah. Sama-sama tergerak oleh perjuangan mereka yang
berada di garis depan.


ZALZILATUL HIKMIA, Jakarta,

SEPTINDA A.P, Surabaya,
Jawa Pos

 

MEMPERTARUHKAN nyawa
hingga rela meninggalkan keluarga. Sepenggal cerita perjuangan tenaga medis
dalam perang melawan Covid-19 itu, menginspirasi musisi dan komposer Eka
Gustiwana bersama sang istri, Yessiel Trivena.

Keduanya pun tergerak
menciptakan sebuah lagu untuk mereka, Demi Raga Yang Lain. Bait demi baitnya
dengan jelas menggambarkan pengorbanan besar para tenaga medis yang tengah
berperang melawan pandemi Covid-19.

“Kau berkorban tanpa
suara, demi senyum yang lain.” Demikian penggalan lirik dalam lagu tersebut.

Yessiel mengaku, ide
menciptakan lagu tersebut mucul begitu saja. Waktu itu, dirinya dan Eka
bersantai di rumah. Ya, seperti yang lain, sedang melaksanakan social
distancing. Namun, tiba-tiba dia dibuat terenyuh ketika membaca kisah-kisah
tenaga medis di media sosial.

“Aku tiba-tiba ngeide,
yuk kita buat lagu untuk tenaga medis,” ujar perempuan yang akrab disapa El
tersebut.

Awalnya, sang suami
ragu atas ajakan itu. Alasannya, dia tak mau dinilai aji mumpung. Memanfaatkan
kondisi pandemik ini untuk mencari ketenaran. Mengingat sudah ada beberapa
kasus di mana muncul lagu Covid-19 dalam versi dangdut dan lainnya. “Aku pun
gak mau begitu,” tutur El, menirukan sang suami.

Di tengah perang batin
tersebut, muncul ide baru bahwa lagu yang dibuat nanti digunakan sebagai sarana
untuk mengajak orang berdonasi. Donasi untuk tenaga kesehatan yang tengah
kesulitan mendapat alat pelindung diri (APD) yang tiba-tiba langka dan harganya
selangit.

Selain itu, hasil
royalti dari platform musik akan turut disumbangkan untuk membeli APD ini. ”Ini
juga jadi cara kami ngajakin donasi yang kita banget. Lewat lagu,” ungkap
perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat.

Keduanya pun langsung
bergegas menulis lagu berdurasi 2,36 menit itu. Semuanya berjalan mulus. Tak
ada cekcok sama sekali antara mereka berdua. Baik soal aransemen maupun lirik.

Lagu selesai digarap
dalam waktu satu jam. Lirik pun sama, hanya sekitar dua jam.

”Aku juga gak ngerti,
lirik juga hanya menuangkan semua isi hati kami tentang perjuangan mereka yang
benar-benar bekerja dengan hati. Sepertinya memang sudah rencana Tuhan lagu ini
ada,” ungkap fans berat Taylor Swift itu.

Baca Juga :  Dari Video Suka Teh, Dapat Teh Ha Er dari Ganjar

Namun, untuk
memperdalam lagi liriknya, keduanya mencoba berpikir dari sudut pandang para
tenaga kesehatan. ”Yang mana mungkin mereka belum pulang, capek, dan sesak
napas karena pakai masker seharian. Saya aja pakai masker baru sebentar udah
nggak kuat,” sambungnya.

Begitu juga dengan
proses rekaman dan pembuatan video. Eka yang kebetulan memiliki studio mini di
kamar langsung memproses semuanya. El yang didapuk untuk menyanyikan lagu itu,
hanya sekali take suara.

Rekaman video pun
dilakukan tanpa berbelit. Hanya bermodal kamera ponsel. Semuanya selesai dalam
kurun waktu tiga jam sebelum video akhirnya di-upload ke akun YouTube milik Eka
pada 19 Maret 2020. Sekitar pukul 23.00 WIB.

”Syutingnya di kamar
aja. Paling matiin lampu dan Eka yang syuting menggunakan handphone,”
kenangnya, lantas tertawa.

Diakui, banyak harapan
yang juga ingin mereka sampaikan melalui lagu yang telah dilihat lebih dari 584.609
kali. Bukan hanya rasa terima kasih yang terdalam untuk para pahlawan dalam
perang melawan Covid-19 ini, atau ajakan donasi untuk mereka, tapi juga
mengingatkan masyarakat agar bisa mematuhi imbauan untuk #dirumahaja. ”Sehingga
perjuangan para tenaga medis ini tidak sia-sia,” kata El.

Dukungan untuk para
tenaga medis dalam bentuk lain datang dari Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) dan Asosiasi Printer Tridi Indonesia bekerja sama membuat
gerakan nasional donasi alat pelindung diri (APD) face shield, untuk mencukupi
kebutuhan rumah sakit di Indonesia.

Kepala Laboratorium
Integrated Digital Design Departemen Desain Produk Djoko Kuswanto ST MBiotech
mengatakan, ide tersebut bermula dari percakapan di grup WhatsApp Asosiasi
Printer Tridi Indonesia.

Awalnya, seluruh
anggota grup ingin membuat gerakan sosial yang dapat membantu dalam mengatasi
Covid-19. Khususnya adalah APD untuk paramedis yang tengah berjuang di garda
terdepan.

”Awalnya, kami masih
bingung mau bikin pompa alat pernapasan, masker N95, atau face shield,”
katanya.

 

Djoko menceritakan,
kebetulan saat itu Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) meminta untuk
dibuatkan face shield (alat pelindung wajah). Akhirnya, Asosiasi Printer Tridi
Indonesia Jawa Timur membuat gerakan nasional donasi face shield.

Baca Juga :  Dikerjakan dengan Iklas dan Tulus, Semua Kasus Bisa Diselesaikan

Djoko pun membuat model
face shield yang bisa membantu melindungi paramedis saat bertugas menangani
pasien Covid-19. Model yang telah dibuat itu akan dikembangkan untuk produksi
massal.

“Lalu, kami buka
permintaan melalui Google Form. Syaratnya, permintaan itu harus resmi dengan
kop surat dari lembaga atau rumah sakit,” imbuhnya.

Ternyata kebutuhan
secara nasional sangat besar. Data yang dihimpun, kebutuhan face shield secara
nasional sekitar 270 ribu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, akhirnya dibagi
per wilayah. “Saya memegang wilayah Indonesia Timur,” ujarnya.

Awalnya, pembuatan face
shield hanya menggunakan 3D printer. Pembuatannya membutuhkan waktu dua jam
untuk satu face shield. Akhirnya, dikembangkan dengan menggunakan mesin
computer numerical control (CnC).

“Sabtu (21/3), kami
beli bahan dan produksi. Ternyata lebih cepat,” katanya.

Hasil percobaan pembuatan
face shield itu pun diunggah ke media sosial. Respons masyarakat begitu bagus.
Hingga akhirnya ide tersebut didukung ITS.

 â€œKebetulan ITS juga punya program donasi.
Jadi, gerakan nasional ini juga menjadi program donasi ITS,” jelasnya.

Djoko menuturkan,
rencana awal hanya memproduksi 500 face shield per hari. Ternyata, permintaan
dari rumah sakit dan lembaga sangat besar. Kini, targetnya ditambah dalam seminggu
5.000 buah. Jadi, rata-rata per hari setidaknya 1.000 yang diproduksi.

“Ada banyak relawan yang
ingin membantu memproduksi,” tuturnya.

Saat ini, yang
mendaftar sebagai relawan sebanyak 40 orang. Akan ditambah lagi 20 orang dari
badan eksekutif mahasiswa (BEM).”Namun, kami tetap memperhatikan keselamatan.
Social distancing tetap diterapkan,” ujarnya. 

Hingga saat ini, sudah
ada permintaan 7.000 face shield. Menyebar di seluruh wilayah Jawa Timur hingga
Indonesia bagian timur. Face shield tersebut akan didistribusikan ke rumah
sakit dan puskesmas atau lembaga yang telah mengirimkan permintaan resmi.

Gerakan nasional itu
juga direspons positif oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim. ITS dan
Asosiasi Printer Tridi Indonesia diminta memproduksi face shield untuk
kebutuhan Jatim. Sebab, saat ini rumah sakit dan puskesmas darurat APD.

“Jika bisa menggunakan mesin plong, face shield
bisa diproduksi massal. Tinggal disesuaikan dengan desain yang sudah kami buat
dan diduplikasi,” pungkasnya.

Ada yang bikin lagu yang
royaltinya akan disumbangkan untuk pembelian alat pelindung diri. Ada pula yang
membuat alat pelindung wajah. Sama-sama tergerak oleh perjuangan mereka yang
berada di garis depan.


ZALZILATUL HIKMIA, Jakarta,

SEPTINDA A.P, Surabaya,
Jawa Pos

 

MEMPERTARUHKAN nyawa
hingga rela meninggalkan keluarga. Sepenggal cerita perjuangan tenaga medis
dalam perang melawan Covid-19 itu, menginspirasi musisi dan komposer Eka
Gustiwana bersama sang istri, Yessiel Trivena.

Keduanya pun tergerak
menciptakan sebuah lagu untuk mereka, Demi Raga Yang Lain. Bait demi baitnya
dengan jelas menggambarkan pengorbanan besar para tenaga medis yang tengah
berperang melawan pandemi Covid-19.

“Kau berkorban tanpa
suara, demi senyum yang lain.” Demikian penggalan lirik dalam lagu tersebut.

Yessiel mengaku, ide
menciptakan lagu tersebut mucul begitu saja. Waktu itu, dirinya dan Eka
bersantai di rumah. Ya, seperti yang lain, sedang melaksanakan social
distancing. Namun, tiba-tiba dia dibuat terenyuh ketika membaca kisah-kisah
tenaga medis di media sosial.

“Aku tiba-tiba ngeide,
yuk kita buat lagu untuk tenaga medis,” ujar perempuan yang akrab disapa El
tersebut.

Awalnya, sang suami
ragu atas ajakan itu. Alasannya, dia tak mau dinilai aji mumpung. Memanfaatkan
kondisi pandemik ini untuk mencari ketenaran. Mengingat sudah ada beberapa
kasus di mana muncul lagu Covid-19 dalam versi dangdut dan lainnya. “Aku pun
gak mau begitu,” tutur El, menirukan sang suami.

Di tengah perang batin
tersebut, muncul ide baru bahwa lagu yang dibuat nanti digunakan sebagai sarana
untuk mengajak orang berdonasi. Donasi untuk tenaga kesehatan yang tengah
kesulitan mendapat alat pelindung diri (APD) yang tiba-tiba langka dan harganya
selangit.

Selain itu, hasil
royalti dari platform musik akan turut disumbangkan untuk membeli APD ini. ”Ini
juga jadi cara kami ngajakin donasi yang kita banget. Lewat lagu,” ungkap
perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat.

Keduanya pun langsung
bergegas menulis lagu berdurasi 2,36 menit itu. Semuanya berjalan mulus. Tak
ada cekcok sama sekali antara mereka berdua. Baik soal aransemen maupun lirik.

Lagu selesai digarap
dalam waktu satu jam. Lirik pun sama, hanya sekitar dua jam.

”Aku juga gak ngerti,
lirik juga hanya menuangkan semua isi hati kami tentang perjuangan mereka yang
benar-benar bekerja dengan hati. Sepertinya memang sudah rencana Tuhan lagu ini
ada,” ungkap fans berat Taylor Swift itu.

Baca Juga :  Dari Video Suka Teh, Dapat Teh Ha Er dari Ganjar

Namun, untuk
memperdalam lagi liriknya, keduanya mencoba berpikir dari sudut pandang para
tenaga kesehatan. ”Yang mana mungkin mereka belum pulang, capek, dan sesak
napas karena pakai masker seharian. Saya aja pakai masker baru sebentar udah
nggak kuat,” sambungnya.

Begitu juga dengan
proses rekaman dan pembuatan video. Eka yang kebetulan memiliki studio mini di
kamar langsung memproses semuanya. El yang didapuk untuk menyanyikan lagu itu,
hanya sekali take suara.

Rekaman video pun
dilakukan tanpa berbelit. Hanya bermodal kamera ponsel. Semuanya selesai dalam
kurun waktu tiga jam sebelum video akhirnya di-upload ke akun YouTube milik Eka
pada 19 Maret 2020. Sekitar pukul 23.00 WIB.

”Syutingnya di kamar
aja. Paling matiin lampu dan Eka yang syuting menggunakan handphone,”
kenangnya, lantas tertawa.

Diakui, banyak harapan
yang juga ingin mereka sampaikan melalui lagu yang telah dilihat lebih dari 584.609
kali. Bukan hanya rasa terima kasih yang terdalam untuk para pahlawan dalam
perang melawan Covid-19 ini, atau ajakan donasi untuk mereka, tapi juga
mengingatkan masyarakat agar bisa mematuhi imbauan untuk #dirumahaja. ”Sehingga
perjuangan para tenaga medis ini tidak sia-sia,” kata El.

Dukungan untuk para
tenaga medis dalam bentuk lain datang dari Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) dan Asosiasi Printer Tridi Indonesia bekerja sama membuat
gerakan nasional donasi alat pelindung diri (APD) face shield, untuk mencukupi
kebutuhan rumah sakit di Indonesia.

Kepala Laboratorium
Integrated Digital Design Departemen Desain Produk Djoko Kuswanto ST MBiotech
mengatakan, ide tersebut bermula dari percakapan di grup WhatsApp Asosiasi
Printer Tridi Indonesia.

Awalnya, seluruh
anggota grup ingin membuat gerakan sosial yang dapat membantu dalam mengatasi
Covid-19. Khususnya adalah APD untuk paramedis yang tengah berjuang di garda
terdepan.

”Awalnya, kami masih
bingung mau bikin pompa alat pernapasan, masker N95, atau face shield,”
katanya.

 

Djoko menceritakan,
kebetulan saat itu Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) meminta untuk
dibuatkan face shield (alat pelindung wajah). Akhirnya, Asosiasi Printer Tridi
Indonesia Jawa Timur membuat gerakan nasional donasi face shield.

Baca Juga :  Dikerjakan dengan Iklas dan Tulus, Semua Kasus Bisa Diselesaikan

Djoko pun membuat model
face shield yang bisa membantu melindungi paramedis saat bertugas menangani
pasien Covid-19. Model yang telah dibuat itu akan dikembangkan untuk produksi
massal.

“Lalu, kami buka
permintaan melalui Google Form. Syaratnya, permintaan itu harus resmi dengan
kop surat dari lembaga atau rumah sakit,” imbuhnya.

Ternyata kebutuhan
secara nasional sangat besar. Data yang dihimpun, kebutuhan face shield secara
nasional sekitar 270 ribu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, akhirnya dibagi
per wilayah. “Saya memegang wilayah Indonesia Timur,” ujarnya.

Awalnya, pembuatan face
shield hanya menggunakan 3D printer. Pembuatannya membutuhkan waktu dua jam
untuk satu face shield. Akhirnya, dikembangkan dengan menggunakan mesin
computer numerical control (CnC).

“Sabtu (21/3), kami
beli bahan dan produksi. Ternyata lebih cepat,” katanya.

Hasil percobaan pembuatan
face shield itu pun diunggah ke media sosial. Respons masyarakat begitu bagus.
Hingga akhirnya ide tersebut didukung ITS.

 â€œKebetulan ITS juga punya program donasi.
Jadi, gerakan nasional ini juga menjadi program donasi ITS,” jelasnya.

Djoko menuturkan,
rencana awal hanya memproduksi 500 face shield per hari. Ternyata, permintaan
dari rumah sakit dan lembaga sangat besar. Kini, targetnya ditambah dalam seminggu
5.000 buah. Jadi, rata-rata per hari setidaknya 1.000 yang diproduksi.

“Ada banyak relawan yang
ingin membantu memproduksi,” tuturnya.

Saat ini, yang
mendaftar sebagai relawan sebanyak 40 orang. Akan ditambah lagi 20 orang dari
badan eksekutif mahasiswa (BEM).”Namun, kami tetap memperhatikan keselamatan.
Social distancing tetap diterapkan,” ujarnya. 

Hingga saat ini, sudah
ada permintaan 7.000 face shield. Menyebar di seluruh wilayah Jawa Timur hingga
Indonesia bagian timur. Face shield tersebut akan didistribusikan ke rumah
sakit dan puskesmas atau lembaga yang telah mengirimkan permintaan resmi.

Gerakan nasional itu
juga direspons positif oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim. ITS dan
Asosiasi Printer Tridi Indonesia diminta memproduksi face shield untuk
kebutuhan Jatim. Sebab, saat ini rumah sakit dan puskesmas darurat APD.

“Jika bisa menggunakan mesin plong, face shield
bisa diproduksi massal. Tinggal disesuaikan dengan desain yang sudah kami buat
dan diduplikasi,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru