33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kisah Isra Mikraj, Penguji Keimanan Seorang Muslim

ISRA MIRAJ merupakan peristiwa maha dahsyat yang dialami Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebelumnya, tak ada satu pun manusia yang
mengalaminya. Rasulullah Menempuh perjalanan superkilat lalu naik ke langit
hingga sidratul muntaha.

Isra atau sara (سرى)
artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah
perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari
Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Peristiwa ini disebutkan oleh
Allah ta’ala di dalam Al-Isra‘ ayat 1, yang artinya: “Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Sementara itu, Mikraj secara bahasa artinya adalah
naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke
sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, Mikraj ini disinggung dalam surat An Najm.

“Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat
tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu
yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:
13-18)

Kisah Singkat Isra Mikraj

Malam itu, usai salat isya’ dan
beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu
berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.

“Lalu
hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke
tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda Rasulullah dalam
riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan
beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.

Baca Juga :  Hari Raya Bertepan Hari Jumat, Masih Wajibkan Jumatan? Ini Pendapat Em

“Didatangkan
kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi
dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh
pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau salat
dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai salat dan keluar dari Masjid Al Aqsa,
Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu
lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih
kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadis tersebut.

Mikraj pun dimulai. Rasulullah
naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah
beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari
Malik bin Sha’sha’ah di atas.

“Lalu aku
dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku
sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit”.

Hingga Rasulullah melewat
pintu-pintu langi yang dihuni oleh arwah para Nabi.

Di langit ke tuju, Rasulullah
bertemu dengan Nabi Ibrahim

Rasulullah bertemu dengan Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di
mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak
kembali lagi sesudahnya.

“Kemudian
Buraq tersebut pergi bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya
seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala
perintah Allah memenuhi sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak
ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul
Muntaha karena keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku
salat 50 kali dalam sehari semalam.

Setelah mendapat tugas salat 50
kali dalam sehari, Rasulullah turun dan bertemu dengan Nabi Musa.

Baca Juga :  Gegara Pekerjaan, Risiko Bunuh Diri Dokter dan Wartawan Tinggi

“Apa yang
diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?” tanya Nabi Musa.

Aku menjawab, “Salat 50 kali.”

Musa berkata, “Kembalilah kepada
Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu
melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah
mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”

“Aku akan
kembali kepada Rabbku.”

Lalu aku memohon, “Ya Rabb,
berilah keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima salat. Lalu aku
kembali kepada Musa ‘alaihis salam.

Aku berkata kepadanya, “Allah
telah memberikan keringanan lima kali.”

Musa mengatakan, “Sesungguhnya
umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan
minta keringanan.”

Aku terus bolak-balik antara
Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya
kewajiban salat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap salat mendapat
pahala 10 kali lipat, maka 5 kali salat sama dengan 50 kali salat. Barangsiapa
berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat
untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya
sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak
melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia
melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu
Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada
Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.”

Aku menjawab, “Aku telah berulang
kali kembali kepada Rabb ku hingga aku merasa malu kepadaNya.”

Perjalanan Isra Mikraj ini,
mungkin tidak terpikir oleh logika dan nalar manusia biasa. Tetapi, sebagai
ummat Islam, wajib mengimani dan meyakini akan kebenaran perjalan itu. Isra
Mikraj menjadi penguji keimana seorang muslim akan kekuasaan Allah SWT dan
keagungan Rasulullah. Sebab telah disebutkan di dalam Alquran dan sejumlah
hadis-hadis sahih. (**)

ISRA MIRAJ merupakan peristiwa maha dahsyat yang dialami Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebelumnya, tak ada satu pun manusia yang
mengalaminya. Rasulullah Menempuh perjalanan superkilat lalu naik ke langit
hingga sidratul muntaha.

Isra atau sara (سرى)
artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah
perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari
Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Peristiwa ini disebutkan oleh
Allah ta’ala di dalam Al-Isra‘ ayat 1, yang artinya: “Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Sementara itu, Mikraj secara bahasa artinya adalah
naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke
sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, Mikraj ini disinggung dalam surat An Najm.

“Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat
tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu
yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:
13-18)

Kisah Singkat Isra Mikraj

Malam itu, usai salat isya’ dan
beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu
berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.

“Lalu
hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke
tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda Rasulullah dalam
riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan
beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.

Baca Juga :  Hari Raya Bertepan Hari Jumat, Masih Wajibkan Jumatan? Ini Pendapat Em

“Didatangkan
kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi
dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh
pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau salat
dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai salat dan keluar dari Masjid Al Aqsa,
Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu
lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih
kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadis tersebut.

Mikraj pun dimulai. Rasulullah
naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah
beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari
Malik bin Sha’sha’ah di atas.

“Lalu aku
dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku
sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit”.

Hingga Rasulullah melewat
pintu-pintu langi yang dihuni oleh arwah para Nabi.

Di langit ke tuju, Rasulullah
bertemu dengan Nabi Ibrahim

Rasulullah bertemu dengan Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di
mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak
kembali lagi sesudahnya.

“Kemudian
Buraq tersebut pergi bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya
seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala
perintah Allah memenuhi sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak
ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul
Muntaha karena keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku
salat 50 kali dalam sehari semalam.

Setelah mendapat tugas salat 50
kali dalam sehari, Rasulullah turun dan bertemu dengan Nabi Musa.

Baca Juga :  Gegara Pekerjaan, Risiko Bunuh Diri Dokter dan Wartawan Tinggi

“Apa yang
diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?” tanya Nabi Musa.

Aku menjawab, “Salat 50 kali.”

Musa berkata, “Kembalilah kepada
Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu
melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah
mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”

“Aku akan
kembali kepada Rabbku.”

Lalu aku memohon, “Ya Rabb,
berilah keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima salat. Lalu aku
kembali kepada Musa ‘alaihis salam.

Aku berkata kepadanya, “Allah
telah memberikan keringanan lima kali.”

Musa mengatakan, “Sesungguhnya
umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan
minta keringanan.”

Aku terus bolak-balik antara
Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya
kewajiban salat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap salat mendapat
pahala 10 kali lipat, maka 5 kali salat sama dengan 50 kali salat. Barangsiapa
berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat
untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya
sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak
melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia
melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu
Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada
Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.”

Aku menjawab, “Aku telah berulang
kali kembali kepada Rabb ku hingga aku merasa malu kepadaNya.”

Perjalanan Isra Mikraj ini,
mungkin tidak terpikir oleh logika dan nalar manusia biasa. Tetapi, sebagai
ummat Islam, wajib mengimani dan meyakini akan kebenaran perjalan itu. Isra
Mikraj menjadi penguji keimana seorang muslim akan kekuasaan Allah SWT dan
keagungan Rasulullah. Sebab telah disebutkan di dalam Alquran dan sejumlah
hadis-hadis sahih. (**)

Terpopuler

Artikel Terbaru