MAKANAN yang digoreng memang selalu menggoda selera. Rasanya gurih, teksturnya renyah, dan aromanya menggugah. Namun di balik kelezatan tersebut, terdapat risiko besar terhadap kesehatan yang tidak bisa diabaikan. Terutama bagi mereka yang sering mengonsumsi gorengan dari minyak jelantah, seperti di warung pinggir jalan atau makanan cepat saji.
Gorengan mengandung kalori tinggi, lemak trans, serta zat berbahaya seperti akrilamida yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis. Mulai dari obesitas, diabetes tipe 2, hingga penyakit jantung. Fakta-fakta ini membuat gorengan termasuk dalam daftar makanan yang paling sering dicari informasi bahayanya oleh masyarakat yang peduli akan pola hidup sehat.
Dilansir dari laman Healthline, Selasa (15/04), berikut adalah bahaya konsumsi gorengan secara berlebihan:
- Mengandung Kalori dan Lemak Lebih Tinggi dari Makanan Biasa
Dibanding metode memasak lain seperti kukus atau panggang, menggoreng membuat makanan lebih tinggi kalori. Saat makanan digoreng, air di dalamnya menguap dan digantikan oleh minyak. Selain itu, tepung atau adonan pelapis yang digunakan juga menyumbang banyak kalori.
Sebagai contoh, kentang panggang 138 gram hanya mengandung 128 kalori, sementara kentang goreng dengan berat yang sama bisa mencapai 431 kalori. Begitu pula dengan ikan panggang yang hanya mengandung 105 kalori, tapi jika digoreng jumlahnya melonjak jadi 200 kalori.
- Tinggi Lemak Trans yang Berbahaya
Lemak trans terbentuk saat minyak mengalami proses pemanasan tinggi. Lemak jenis ini sulit diurai oleh tubuh dan dapat meningkatkan risiko penyakit serius. Penelitian menunjukkan bahwa lemak trans berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit jantung, kanker, diabetes, dan obesitas.
Minyak goreng yang sering digunakan ulang di restoran cepat saji terbukti meningkatkan kandungan lemak trans. Bahkan, minyak nabati seperti minyak kedelai, jagung, dan kanola bisa membentuk lemak trans dalam jumlah tinggi saat dipanaskan.
- Meningkatkan Risiko Penyakit Kronis
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan kuat antara konsumsi makanan yang digoreng dengan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan obesitas. Misalnya, orang yang makan gorengan lebih dari dua kali seminggu memiliki risiko dua kali lipat terkena resistensi insulin dibandingkan yang jarang makan gorengan.
Sebuah studi selama empat tahun juga menemukan bahwa konsumsi ikan goreng dua kali seminggu meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Sementara mereka yang rutin makan buah dan sayur memiliki risiko jauh lebih rendah.
- Mengandung Zat Akrilamida Pemicu Kanker
Akrilamida adalah zat kimia berbahaya yang terbentuk saat makanan kaya pati seperti kentang digoreng dalam suhu tinggi. Studi pada hewan menunjukkan bahwa akrilamida bisa menyebabkan berbagai jenis kanker. Walau bukti pada manusia belum cukup kuat, konsumsi dalam jangka panjang tetap perlu diwaspadai.
Untuk mengurangi risiko, gunakan minyak dengan titik asap tinggi seperti minyak kelapa, zaitun, dan alpukat. Ketiganya lebih stabil saat dipanaskan. Hindari minyak tak sehat seperti minyak jagung, kanola, atau minyak biji kapas yang umum digunakan di restoran karena lebih murah.
Selain itu, cobalah metode oven-fry atau air-fryer yang bisa menghasilkan makanan renyah dengan sedikit minyak. Metode ini bisa memangkas hingga 80% penggunaan minyak tanpa mengurangi kenikmatan rasa. (jpg)