33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Ahli Gizi: Waspadai Potensi Obesitas saat Pandemi Covid-19

Dosen
Politeknik Kesehatan Denpasar, Jurusan Gizi Ni Made Yuni Gumala mengajak
masyarakat dari semua golongan untuk mewaspadai potensi munculnya obesitas di
masa pandemi Covid-19.

“Saat
masyarakat terfokus dalam mencegah penyebaran Covid-19, kewaspadaan terhadap
penyakit lainnya juga menjadi wabah tetap harus di tingkatkan,” kata Ni Made
Yuni Gumala, saat dihubungi di Denpasar.

Salah
satu penyakit yang berpotensi muncul karena anjuran di rumah saja selama pademi
Covid-19 adalah obesitas. Sebenarnya obesitas sudah menjadi wabah dan sudah
banyak sekali orang di dunia terkena obesitas, tambahnya.

Ia
menjelaskan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) persentase
orang-orang yang mengalami kelebihan berat badan lebih 13,6 persen dari jumlah
penduduk. Sementara itu, untuk persentase orang-orang yang mengalami obesitas
mencapai 28,1 persen dari jumlah penduduk. “Artinya bila dijumlahkan ada
sekitar 30 persen lebih penduduk Indonesia mengalami berat badan lebih, jika
dilihat berdasarkan data tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  Benarkah Operasi Caesar Bikin Miss V Tetap Rapat? Ini Faktanya

Yuni
mengatakan jika dilihat dari trennya semakin banyak orang Indonesia yang
memiliki resiko berat badan berlebihan. Apabila dilihat tren lima tahun ke
depan diprediksi angka kejadian obesitas akan meningkat.

Selain
itu, berdasarkan Penelitian terbaru dari Univ.of North Caroline di Chapel Hill
Amerika Serikat yang menemukan obesitas meningkat risiko kematian akibat
Covid-19 hingga 48 persen. Kata dia, obesitas juga dikhawatirkan berdampak pada
efikasi vaksin Covid-19 yang tidak optimal.

“Semua
golongan bisa terkena obesitas baik dari keturunan dan gaya hidup. Kalau
sekarang cenderung gaya hidup, banyak memilih makanan cepat saji tapi makanan
itu bahan makanannya kurang. Jadi harus kembali lagi ke gizi seimbang. Kalau
lebih banyak konsumsi karbo, lemak akan bersembunyi. Banyak sekali makanan
kekinian yang gulanya tinggi, itu apalagi yang ada susunya dan ada lemaknya,
bisa jadi dominan gula itu yang menumpuk,” jelasnya.

Baca Juga :  7 Kiat Mengatasi Radang Tenggorokan Tanpa Obat

Ia
menjelaskan bahwa pemilihan jenis makanan siap saji, atau makanan dan minuman
kekinian cenderung tinggi lemak, karbo dan gula.

Selain
itu, pengaturan pola makan sangat diperlukan mulai dengan mengurangi jumlah
lemak dan gula serta meningkatkan konsumsi sayur, buah dan olahraga. Kata dia,
wajib mengacu pada gizi seimbang dan mengurangi porsi dari jumlah lemaknya.
“Aktivitas yang ditingkatkan, karena risikonya kalau obesitas lama terakumulasi
mudah terkena penyakit degeneratif termasuk diabetes melitus atau kencing
manis,” jelas Yuni. (*)

Dosen
Politeknik Kesehatan Denpasar, Jurusan Gizi Ni Made Yuni Gumala mengajak
masyarakat dari semua golongan untuk mewaspadai potensi munculnya obesitas di
masa pandemi Covid-19.

“Saat
masyarakat terfokus dalam mencegah penyebaran Covid-19, kewaspadaan terhadap
penyakit lainnya juga menjadi wabah tetap harus di tingkatkan,” kata Ni Made
Yuni Gumala, saat dihubungi di Denpasar.

Salah
satu penyakit yang berpotensi muncul karena anjuran di rumah saja selama pademi
Covid-19 adalah obesitas. Sebenarnya obesitas sudah menjadi wabah dan sudah
banyak sekali orang di dunia terkena obesitas, tambahnya.

Ia
menjelaskan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) persentase
orang-orang yang mengalami kelebihan berat badan lebih 13,6 persen dari jumlah
penduduk. Sementara itu, untuk persentase orang-orang yang mengalami obesitas
mencapai 28,1 persen dari jumlah penduduk. “Artinya bila dijumlahkan ada
sekitar 30 persen lebih penduduk Indonesia mengalami berat badan lebih, jika
dilihat berdasarkan data tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  Benarkah Operasi Caesar Bikin Miss V Tetap Rapat? Ini Faktanya

Yuni
mengatakan jika dilihat dari trennya semakin banyak orang Indonesia yang
memiliki resiko berat badan berlebihan. Apabila dilihat tren lima tahun ke
depan diprediksi angka kejadian obesitas akan meningkat.

Selain
itu, berdasarkan Penelitian terbaru dari Univ.of North Caroline di Chapel Hill
Amerika Serikat yang menemukan obesitas meningkat risiko kematian akibat
Covid-19 hingga 48 persen. Kata dia, obesitas juga dikhawatirkan berdampak pada
efikasi vaksin Covid-19 yang tidak optimal.

“Semua
golongan bisa terkena obesitas baik dari keturunan dan gaya hidup. Kalau
sekarang cenderung gaya hidup, banyak memilih makanan cepat saji tapi makanan
itu bahan makanannya kurang. Jadi harus kembali lagi ke gizi seimbang. Kalau
lebih banyak konsumsi karbo, lemak akan bersembunyi. Banyak sekali makanan
kekinian yang gulanya tinggi, itu apalagi yang ada susunya dan ada lemaknya,
bisa jadi dominan gula itu yang menumpuk,” jelasnya.

Baca Juga :  7 Kiat Mengatasi Radang Tenggorokan Tanpa Obat

Ia
menjelaskan bahwa pemilihan jenis makanan siap saji, atau makanan dan minuman
kekinian cenderung tinggi lemak, karbo dan gula.

Selain
itu, pengaturan pola makan sangat diperlukan mulai dengan mengurangi jumlah
lemak dan gula serta meningkatkan konsumsi sayur, buah dan olahraga. Kata dia,
wajib mengacu pada gizi seimbang dan mengurangi porsi dari jumlah lemaknya.
“Aktivitas yang ditingkatkan, karena risikonya kalau obesitas lama terakumulasi
mudah terkena penyakit degeneratif termasuk diabetes melitus atau kencing
manis,” jelas Yuni. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru