30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Lolos Uji Klinis Fase 3, Simak Pedoman WHO Soal Obat Herbal Covid-19

Pandemi
Covid-19 telah mendorong penggunaan obat-obatan herbal untuk melawan penyakit
tersebut. Pada 19 September lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru
ini mengesahkan protokol untuk menguji pengobatan herbal yang mungkin untuk
melawan Covid-19 dan penyakit lainnya.

Dilansir
dari Science Times, Kamis (24/9), pengesahan itu mendorong terapi pengujian
tradisional dengan kriteria yang sama yang digunakan untuk molekul yang
dikembangkan oleh laboratorium di Asia, Amerika, dan Eropa. Ide untuk
menggunakan obat-obatan herbal muncul beberapa bulan lalu setelah ada tawaran
kontroversial dari Presiden Madagaskar yang mempromosikan minuman berbasis Artemisia,
yaitu tanaman yang dikenal dengan kemampuan mengobati yang terbukti melawan
malaria.

WHO
bermitra dengan Komisi Uni Afrika untuk Urusan Sosial dan Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit Afrika. Para ahli di WHO dan kolega dari kedua
organisasi ini telah mengesahkan protokol uji klinis jamu fase III untuk
Covid-19 serta piagam dan kerangka acuan untuk pembentukan data dan papan
pemantauan keamanan untuk uji klinis obat herbal.

Baca Juga :  4 Cara Agar Rambut Tetap Sehat saat Musim Kemarau

WHO
mencatat dalam pernyataan mereka bahwa uji klinis fase III sangat penting untuk
menilai sepenuhnya kemanjuran dan keamanan produk medis baru. Direktur Regional
WHO, Prosper Tumusiime mengatakan bahwa WHO akan merekomendasikan obat-obatan
herbal untuk diproduksi secara cepat dan berskala besar setelah terbukti aman
dan efektif untuk digunakan.

Serangan
Covid-19 dan wabah Ebola di Afrika Barat telah meningkatkan kebutuhan akan
sistem kesehatan yang kuat dan program penelitian dan pengembangan yang
dipercepat dalam penggunaan obat-obatan herbal. Namun, Tumusilime tidak
menyebut secara spesifik minuman yang dipromosikan oleh Presiden Madagaskar
Andry Rajoelina, yang disebut Covid-Organics atau CVO, sebagai obat untuk
Covid-19.

Minuman
tersebut sekarang didistribusikan secara luas di Madagaskar dan dijual ke
negara-negara Afrika lainnya. Direktur WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti
mengatakan bahwa pemerintah Afrika berkomitmen untuk menggunakan terapi
tradisional melalui uji klinis serupa yang dilakukan obat baru sebelum
mendapatkan persetujuan untuk menggunakannya.

Madagaskar
telah menarik banyak perhatian ketika presidennya mengumumkan akan menggunakan
tanaman lokal untuk memerangi virus Korona. Presiden Andry Rajoelina telah
mempromosikan minuman berdasarkan ekstrak tumbuhan Artemisia, meski WHO sejauh
ini tidak menemukan bukti tentang keamanan dan kemanjuran penggunaan tanaman
untuk obat Covid-19.

Baca Juga :  Bermain Sambil Belajar, Prokes Tetap Diutamakan

Tanaman
tersebut berasal dari Asia, tetapi umumnya tumbuh di banyak daerah yang cerah
dan hangat di dunia. Tanaman Artemisia telah digunakan selama lebih dari 2.000
tahun sebagai obat tradisional Tiongkok dalam mengobati sejumlah penyakit,
termasuk malaria, demam, dan digunakan sebagai pereda nyeri.

Para
ilmuwan sekarang menguji Artemisia untuk keamanan dan keefektifannya melawan
Covid-19. Ilmuwan Jerman dan Denmark mengklaim bahwa tanaman tersebut
menunjukkan efektivitas melawan virus Korona setelah mereka menguji ekstrak
tanaman tersebut. Mereka menemukan bahwa ketika digunakan dengan etanol murni
atau air suling, ekstrak ini menunjukkan sifat anti-virus, meskipun penelitian
tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat. Sementara itu, peneliti dari
University of Kentucky berencana untuk mengujinya pada manusia saat ini.

Pandemi
Covid-19 telah mendorong penggunaan obat-obatan herbal untuk melawan penyakit
tersebut. Pada 19 September lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru
ini mengesahkan protokol untuk menguji pengobatan herbal yang mungkin untuk
melawan Covid-19 dan penyakit lainnya.

Dilansir
dari Science Times, Kamis (24/9), pengesahan itu mendorong terapi pengujian
tradisional dengan kriteria yang sama yang digunakan untuk molekul yang
dikembangkan oleh laboratorium di Asia, Amerika, dan Eropa. Ide untuk
menggunakan obat-obatan herbal muncul beberapa bulan lalu setelah ada tawaran
kontroversial dari Presiden Madagaskar yang mempromosikan minuman berbasis Artemisia,
yaitu tanaman yang dikenal dengan kemampuan mengobati yang terbukti melawan
malaria.

WHO
bermitra dengan Komisi Uni Afrika untuk Urusan Sosial dan Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit Afrika. Para ahli di WHO dan kolega dari kedua
organisasi ini telah mengesahkan protokol uji klinis jamu fase III untuk
Covid-19 serta piagam dan kerangka acuan untuk pembentukan data dan papan
pemantauan keamanan untuk uji klinis obat herbal.

Baca Juga :  4 Cara Agar Rambut Tetap Sehat saat Musim Kemarau

WHO
mencatat dalam pernyataan mereka bahwa uji klinis fase III sangat penting untuk
menilai sepenuhnya kemanjuran dan keamanan produk medis baru. Direktur Regional
WHO, Prosper Tumusiime mengatakan bahwa WHO akan merekomendasikan obat-obatan
herbal untuk diproduksi secara cepat dan berskala besar setelah terbukti aman
dan efektif untuk digunakan.

Serangan
Covid-19 dan wabah Ebola di Afrika Barat telah meningkatkan kebutuhan akan
sistem kesehatan yang kuat dan program penelitian dan pengembangan yang
dipercepat dalam penggunaan obat-obatan herbal. Namun, Tumusilime tidak
menyebut secara spesifik minuman yang dipromosikan oleh Presiden Madagaskar
Andry Rajoelina, yang disebut Covid-Organics atau CVO, sebagai obat untuk
Covid-19.

Minuman
tersebut sekarang didistribusikan secara luas di Madagaskar dan dijual ke
negara-negara Afrika lainnya. Direktur WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti
mengatakan bahwa pemerintah Afrika berkomitmen untuk menggunakan terapi
tradisional melalui uji klinis serupa yang dilakukan obat baru sebelum
mendapatkan persetujuan untuk menggunakannya.

Madagaskar
telah menarik banyak perhatian ketika presidennya mengumumkan akan menggunakan
tanaman lokal untuk memerangi virus Korona. Presiden Andry Rajoelina telah
mempromosikan minuman berdasarkan ekstrak tumbuhan Artemisia, meski WHO sejauh
ini tidak menemukan bukti tentang keamanan dan kemanjuran penggunaan tanaman
untuk obat Covid-19.

Baca Juga :  Bermain Sambil Belajar, Prokes Tetap Diutamakan

Tanaman
tersebut berasal dari Asia, tetapi umumnya tumbuh di banyak daerah yang cerah
dan hangat di dunia. Tanaman Artemisia telah digunakan selama lebih dari 2.000
tahun sebagai obat tradisional Tiongkok dalam mengobati sejumlah penyakit,
termasuk malaria, demam, dan digunakan sebagai pereda nyeri.

Para
ilmuwan sekarang menguji Artemisia untuk keamanan dan keefektifannya melawan
Covid-19. Ilmuwan Jerman dan Denmark mengklaim bahwa tanaman tersebut
menunjukkan efektivitas melawan virus Korona setelah mereka menguji ekstrak
tanaman tersebut. Mereka menemukan bahwa ketika digunakan dengan etanol murni
atau air suling, ekstrak ini menunjukkan sifat anti-virus, meskipun penelitian
tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat. Sementara itu, peneliti dari
University of Kentucky berencana untuk mengujinya pada manusia saat ini.

Terpopuler

Artikel Terbaru