Namanya: Adrianto Setiawan. Orang asli Kudus, Jateng. Anaknya dua orang –umur mereka sama. Mereka lahir di Seoul. Laki-laki dan perempuan. Kini sudah TK. Dan sudah bisa bicara bahasa Korea.
Awalnya KPK mengumumkan: telah ditetapkan 12 tersangka baru dari kasus pokir di Jatim. Tidak sampai seminggu kemudian diumumkan lagi oleh KPK: tersangka barunya 21 orang.
Salah satu grup WA yang melibatkan saya memuat kisah di bawah ini. Saya hubungi yang mengunggahnya. Dia seorang doktor. Mengajar di universitas negeri.
Kita harus malu atau sebatas hanya bisa iri? Ataukah kita cukup mengaguminya saja?
Ini soal Pemilu. Dalam kaitannya dengan ekonomi. Pemilu sudah lama berlalu tapi ekonomi belum menentu. Pelaku ekonomi masih terus dalam status wait and see.
WAKTU itu saya kurang yakin apakah Ari bisa bertahan lama: Saya sudah meninjau proyeknya. Jauh di pelosok desa Wajak. Luar kota Malang. Sudah lebih dua tahun berlalu sejak kunjungan itu.
AHLI KANKER ini tidak menyangka ikut diundang Rektor Universitas Airlangga Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak. Undangannya mendadak. Dalam setengah jam sudah harus sampai rektorat. Acara makan siang Jumat lalu itu ia tinggalkan. Meski tanpa penjelasan mengapa diundang, ia memastikan: pasti soal pemecatan dekan fakultas kedokteran.
SAYA mati kutu. Sumber berita saya kali ini pandai mengelak.
Waktu saya tanya soal keputusannya memberhentikan dekan fakultas kedokteran, Rektor Unair Prof Dr Muhammad Nasih justru balik bertanya: "sebaiknya bagaimana? Mohon saran dan nasihatnya, Pak Dahlan".
MESKI Kediri sudah punya bandara besar, saya dari Kediri harus balik dulu ke Surabaya untuk ke Jakarta. Rabu kemarin dulu. KPK memanggil saya Rabu itu pukul 14.00.
Di antara bandara baru inilah yang paling hebat: Bandara Dhoho, Kediri.
Saya ke bandara itu kemarin. Tidak untuk terbang. Hanya ingin melihatnya --untuk pembaca Disway.