28.8 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Bahaya Glaukoma Picu Kebutaan, Penyebabnya Bisa Karena Diabetes

PROKALTENG.CO
– Seseeorang dengan penyakit diabetes bisa mengalami komplikasi. Salah satunya
adalah ancaman kebutaan atau glaukoma. Glaukoma membutuhkan penanganan
berkesinambungan secara disiplin. Bila tidak, glaukoma berpotensi menyempitkan
lapang pandang mata sehingga penderitanya hanya bisa melihat objek seolah dari
lubang kunci. Bahkan, sampai buta total, tanpa bisa disembuhkan.

Data
terakhir Kementerian Kesehatan RI yang tercantum melalui laporan ‘Situasi
Glaukoma di Indonesia’ (2019) memprediksi jumlah penderita glaukoma secara
global pada 2020 mencapai 76 juta, meningkat sekitar 25,6 persen dari angka
satu dekade lalu yang masih 60,5 juta orang. Sementara di Indonesia, data yang
sempat dirilis secara resmi barulah prevalensi glaukoma sebesar 0,46 persen
(setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk

Lalu
apa itu glaukoma? Menurut JEC Eye Hospitals & Clinics, glaukoma merupakan
penyakit mata yang disebabkan tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu
tinggi, sehingga dapat merusak serabut saraf mata pembawa sinyal penglihatan
dari mata ke otak. Penderita glaukoma umumnya mengalami ketidakseimbangan daur
cairan (terjadi masalah di saluran pengeluaran) yang mengakibatkan naiknya
tekanan pada bola mata – di atas 21 mmHg.

Glaukoma
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor risiko utama, tekanan
bola mata tinggi. Berusia 40 tahun ke atas. Memiliki riwayat keluarga yang
menderita glaukoma (9 kali lebih berpotensi). Penderita miopia/mata minus dan
plus/hipermetropia tinggi. Hingga pengidap penyakit degeneratif, seperti
diabetes melitus, hipertensi, dan kelainan kardiovaskular.

Baca Juga :  5 Cara Alami Hilangkan Efek Antibiotik dalam Tubuh

Glaukoma
karena diabetes masuk dalam kategori glaukoma sekunder dan masuk dalam glaukoma
neovaskular. Umumnya diakibatkan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

Dalam
World Glaucoma Week 2021 (7-13 Maret 2021), JEC Eye Hospitals and Clinics
mengajak masyarakat mendeteksi berbagai keluhan seputar glaukoma. Apalagi di
tengah pandemi Covid-19, kebutuhan pemeriksaan berkala tersebut tentunya
menjadi tantangan bagi penderita glaukoma.

“Penanganan
glaukoma tanpa pemeriksaan teratur pada dasarnya berbahaya. Kami mengkhawatirkan
pasien yang belum bisa melanjutkan pemeriksaan, terutama mereka yang kondisi
glaukomanya tergolong progresif. Sebelum pandemi, pada pasienyang berkunjung
rutin pun masih didapati adanya peningkatan tekanan bola mata atau kerusakan
saraf optik,” kata Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Dokter Subspesialis Glaukoma, dan Ketua Layanan Glaukoma JEC Eye Hospitals
& Clinics Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), dalam webinar, Rabu
(17/3).

Menurutnya,
glaukoma bisa asimtomati atau tanpa gejala sehingga sangat mungkin penderita
tidak menyadari terjadinya penurunan fungsi penglihatan mereka. Artinya,
menunda-nunda pemeriksaan berkala dalam jangka waktu yang panjang bisa
memperburuk glaukoma mereka.

Baca Juga :  7 Manfaat Air Lemon Bagi Kesehatan

“Ingat,
kerusakan saraf mata karena glaukoma tidak dapat disembuhkan, dan kebutaan
akibat penyakit ini berlangsung permanen,” paparnya.

Dokter
Subspesialis Glaukoma JEC dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), mengatakan glaukoma
menjadi penyebab utama kebutaan di seluruh dunia tertinggi kedua setelah
katarak. Bersifat kronis, glaukoma memberi dampak sangat besar terhadap
kualitas hidup penyandangnya.

Mulai
perasaan cemas sampai depresi karena adanya risiko kebutaan, aktivitas
sehari-hari penderita juga mengalami keterbatasan lantaran lapang pandang
mereka terganggu. Kehidupan sosial pun terkendala karena hilangnya penglihatan
yang berangsur-angsur, serta harus bergantung kepada orang lain sehingga
produktivitas penderita pun menurun.

“Sayangnya,
situasi glaukoma di Indonesia masih memprihatinkan lantaran penderita
seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut,” kata dr.
Iwan.

Karenanya,
penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin melalui pemeriksaan berkelanjutan dan
pengawasan dokter ahli secara konstan sangatlah penting. Tujuannya, agar
progresivitas penyakit ini dapat dikontrol dan kerusakan saraf mata bisa
diperlambat sehingga kebutaan pun bisa dicegah.

Gejala-gejala
Glaukoma Akut

Nyeri
hebat

Menyebabkan
pandangan kabur

PROKALTENG.CO
– Seseeorang dengan penyakit diabetes bisa mengalami komplikasi. Salah satunya
adalah ancaman kebutaan atau glaukoma. Glaukoma membutuhkan penanganan
berkesinambungan secara disiplin. Bila tidak, glaukoma berpotensi menyempitkan
lapang pandang mata sehingga penderitanya hanya bisa melihat objek seolah dari
lubang kunci. Bahkan, sampai buta total, tanpa bisa disembuhkan.

Data
terakhir Kementerian Kesehatan RI yang tercantum melalui laporan ‘Situasi
Glaukoma di Indonesia’ (2019) memprediksi jumlah penderita glaukoma secara
global pada 2020 mencapai 76 juta, meningkat sekitar 25,6 persen dari angka
satu dekade lalu yang masih 60,5 juta orang. Sementara di Indonesia, data yang
sempat dirilis secara resmi barulah prevalensi glaukoma sebesar 0,46 persen
(setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk

Lalu
apa itu glaukoma? Menurut JEC Eye Hospitals & Clinics, glaukoma merupakan
penyakit mata yang disebabkan tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu
tinggi, sehingga dapat merusak serabut saraf mata pembawa sinyal penglihatan
dari mata ke otak. Penderita glaukoma umumnya mengalami ketidakseimbangan daur
cairan (terjadi masalah di saluran pengeluaran) yang mengakibatkan naiknya
tekanan pada bola mata – di atas 21 mmHg.

Glaukoma
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor risiko utama, tekanan
bola mata tinggi. Berusia 40 tahun ke atas. Memiliki riwayat keluarga yang
menderita glaukoma (9 kali lebih berpotensi). Penderita miopia/mata minus dan
plus/hipermetropia tinggi. Hingga pengidap penyakit degeneratif, seperti
diabetes melitus, hipertensi, dan kelainan kardiovaskular.

Baca Juga :  5 Cara Alami Hilangkan Efek Antibiotik dalam Tubuh

Glaukoma
karena diabetes masuk dalam kategori glaukoma sekunder dan masuk dalam glaukoma
neovaskular. Umumnya diakibatkan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

Dalam
World Glaucoma Week 2021 (7-13 Maret 2021), JEC Eye Hospitals and Clinics
mengajak masyarakat mendeteksi berbagai keluhan seputar glaukoma. Apalagi di
tengah pandemi Covid-19, kebutuhan pemeriksaan berkala tersebut tentunya
menjadi tantangan bagi penderita glaukoma.

“Penanganan
glaukoma tanpa pemeriksaan teratur pada dasarnya berbahaya. Kami mengkhawatirkan
pasien yang belum bisa melanjutkan pemeriksaan, terutama mereka yang kondisi
glaukomanya tergolong progresif. Sebelum pandemi, pada pasienyang berkunjung
rutin pun masih didapati adanya peningkatan tekanan bola mata atau kerusakan
saraf optik,” kata Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Dokter Subspesialis Glaukoma, dan Ketua Layanan Glaukoma JEC Eye Hospitals
& Clinics Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), dalam webinar, Rabu
(17/3).

Menurutnya,
glaukoma bisa asimtomati atau tanpa gejala sehingga sangat mungkin penderita
tidak menyadari terjadinya penurunan fungsi penglihatan mereka. Artinya,
menunda-nunda pemeriksaan berkala dalam jangka waktu yang panjang bisa
memperburuk glaukoma mereka.

Baca Juga :  7 Manfaat Air Lemon Bagi Kesehatan

“Ingat,
kerusakan saraf mata karena glaukoma tidak dapat disembuhkan, dan kebutaan
akibat penyakit ini berlangsung permanen,” paparnya.

Dokter
Subspesialis Glaukoma JEC dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), mengatakan glaukoma
menjadi penyebab utama kebutaan di seluruh dunia tertinggi kedua setelah
katarak. Bersifat kronis, glaukoma memberi dampak sangat besar terhadap
kualitas hidup penyandangnya.

Mulai
perasaan cemas sampai depresi karena adanya risiko kebutaan, aktivitas
sehari-hari penderita juga mengalami keterbatasan lantaran lapang pandang
mereka terganggu. Kehidupan sosial pun terkendala karena hilangnya penglihatan
yang berangsur-angsur, serta harus bergantung kepada orang lain sehingga
produktivitas penderita pun menurun.

“Sayangnya,
situasi glaukoma di Indonesia masih memprihatinkan lantaran penderita
seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut,” kata dr.
Iwan.

Karenanya,
penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin melalui pemeriksaan berkelanjutan dan
pengawasan dokter ahli secara konstan sangatlah penting. Tujuannya, agar
progresivitas penyakit ini dapat dikontrol dan kerusakan saraf mata bisa
diperlambat sehingga kebutaan pun bisa dicegah.

Gejala-gejala
Glaukoma Akut

Nyeri
hebat

Menyebabkan
pandangan kabur

Terpopuler

Artikel Terbaru