30.8 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Ketergantungan Gadget saat Pandemi, Waspada Penyakit Ini

SELAMA pandemi Covid-19,
penggunaan media digital semakin bertambah. Dunia pendidikan, karir, hingga
kebutuhan sehari-hari saat ini memanfaatkan berbagai platform digital. Tidak
jarang kita berkutat dengan media digital dari pagi sampai malam begitu juga
saat rapat dan bertemu lewat virtual. Kondisi ini bisa memicu masalah kesehatan
yakni Kelelahan Digital atau Digital Fatigue.

Psikiater dan Kepala Instalasi Rehabilitasi
Psikososial RS.Jiwa.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor, RS Siloam Bogor, dr.Lahargo
Kembaren, SpKJ mengatakan ‘Digital Fatigue’ adalah suatu kondisi kelelahan
mental dan fisik yang disebabkan oleh pemakaian media digital secara berulang
dan terus menerus. Kelelahan ini dapat berujung pada masalah kesehatan fisik
dan masalah kesehatan jiwa.

“Mari kita menggunakan media digital dengan
bijak selama masa Pandemi Covid-19 ini dan tetap menjalankan pola hidup yang
sehat serta protokol kesehatan yang dianjurkan,” katanya kepada JawaPos.com
baru-baru ini.

Penyebabnya, kata dia, pertama karena adanya
interaksi virtual dan digital membutuhkan usaha yang besar bagi otak dan dapat
mengganggu fungsi dan kerja otak apabila berlebihan dan berkepanjangan karena
otak menjadi hyper-focused dan overstimulate. Lalu kedua, blue light dari media
digital yang digunakan secara langsung akan mempengaruhi mata dan saraf mata
(retina) yang langsung menuju otak sehingga paparan blue light berlebihan akan
membuat otak lelah. Ketiga, karena posisi duduk, berbaring dan kurang
pergerakan (sedentary life style) akan membuat peredaran darah tidak lancar,
gangguan otot dan persendian

Baca Juga :  Inilah Tiga Gangguan Mental Akut Millenial Pecandu Gawai

 

Ciri-ciri Kelelahan Digital

 

1. Perasaan lelah, bosan, malas, dengan
berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial dan
berbagai platform digital lain.

2. Mata terasa sakit, lelah dan perih

3. Sakit kepala dan migrain

4. Nyeri otot leher, bahu panggung

5. Sensitif terhadap cahaya

6. Gangguan pada fokus, konsentrasi dan
memori

7. Merasa putus asa dan tidak berdaya,
kewalahan menghadapi situasi yang berulang

8. Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga,
malas bergerak

9. Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar

 

Dampaknya

 

Gangguan pola tidur

Gangguan pola makan

Gangguan fokus, konsentrasi dan memori

Gangguan mental emosional, mudah marah,
sensitif, gampang emosi Gangguan cemas (ansietas)

Gangguan Depresi

Gangguan Psikotik (gangguan dalam menilai
realitas)

 

Cara mencegah dan mengatasi

 

Menurut dr. Lahargo, seseorang bisa membuat
jadwal yang seimbang antara aktivitas digital dan non digital, serta konsisten
melakukannya. Kemudian kurangi paparan blue light yang berlebihan dengan
menggunakan filter, kacamata dan pembatasan durasi melihat layar. Postur dan
posisi melihat layar perlu diperhatikan ergonomis dan kenyamanannya.

Baca Juga :  Waspada, Sleep Apnea Bisa Menyebabkan Kebutaan

Perlu ada break setiap beberapa waktu
aktivitas melihat layar, saat break lakukan aktivitas non digital seperti
peregangan, berjalan keluar ruangan, menghirup udara segar, melihat yang jauh
dan rilek. Lalu konsumsi asupan makanan atau snack yang sehat dan bergizi,
hindari penyedap, pewarna dan pengawet yang berlebihan.

Bahkan cobalah menulis dengan pensil dan
kertas untuk menggantikan menulis secara digital. Tetap lakukan interaksi
sosial dengan yang lain meski sedang mengerjakan aktivitas digital, pembicaraan
ringan atau saling menyapa akan membuat suasana menjadi lebih nyaman.

Apabila ditemukan gejala-gejala ‘Digital
Fatigue’ yang berkepanjangan dan mengganggu performa dan aktivitas sehari hari,
segeralah lakukan digital detox dan konsultasi ke profesional kesehatan jiwa
seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, konselor untuk mendapatkan
pertolongan.

“Melakukan digital detox berarti membatasi
akses ke dunia digital termasuk media sosial, game online, googling. Riset
menunjukkan mengurangi akses ke media sosial 30 menit sehari saja sudah
mengurangi risiko terjadinya depresi,” tutupnya.

SELAMA pandemi Covid-19,
penggunaan media digital semakin bertambah. Dunia pendidikan, karir, hingga
kebutuhan sehari-hari saat ini memanfaatkan berbagai platform digital. Tidak
jarang kita berkutat dengan media digital dari pagi sampai malam begitu juga
saat rapat dan bertemu lewat virtual. Kondisi ini bisa memicu masalah kesehatan
yakni Kelelahan Digital atau Digital Fatigue.

Psikiater dan Kepala Instalasi Rehabilitasi
Psikososial RS.Jiwa.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor, RS Siloam Bogor, dr.Lahargo
Kembaren, SpKJ mengatakan ‘Digital Fatigue’ adalah suatu kondisi kelelahan
mental dan fisik yang disebabkan oleh pemakaian media digital secara berulang
dan terus menerus. Kelelahan ini dapat berujung pada masalah kesehatan fisik
dan masalah kesehatan jiwa.

“Mari kita menggunakan media digital dengan
bijak selama masa Pandemi Covid-19 ini dan tetap menjalankan pola hidup yang
sehat serta protokol kesehatan yang dianjurkan,” katanya kepada JawaPos.com
baru-baru ini.

Penyebabnya, kata dia, pertama karena adanya
interaksi virtual dan digital membutuhkan usaha yang besar bagi otak dan dapat
mengganggu fungsi dan kerja otak apabila berlebihan dan berkepanjangan karena
otak menjadi hyper-focused dan overstimulate. Lalu kedua, blue light dari media
digital yang digunakan secara langsung akan mempengaruhi mata dan saraf mata
(retina) yang langsung menuju otak sehingga paparan blue light berlebihan akan
membuat otak lelah. Ketiga, karena posisi duduk, berbaring dan kurang
pergerakan (sedentary life style) akan membuat peredaran darah tidak lancar,
gangguan otot dan persendian

Baca Juga :  Inilah Tiga Gangguan Mental Akut Millenial Pecandu Gawai

 

Ciri-ciri Kelelahan Digital

 

1. Perasaan lelah, bosan, malas, dengan
berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial dan
berbagai platform digital lain.

2. Mata terasa sakit, lelah dan perih

3. Sakit kepala dan migrain

4. Nyeri otot leher, bahu panggung

5. Sensitif terhadap cahaya

6. Gangguan pada fokus, konsentrasi dan
memori

7. Merasa putus asa dan tidak berdaya,
kewalahan menghadapi situasi yang berulang

8. Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga,
malas bergerak

9. Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar

 

Dampaknya

 

Gangguan pola tidur

Gangguan pola makan

Gangguan fokus, konsentrasi dan memori

Gangguan mental emosional, mudah marah,
sensitif, gampang emosi Gangguan cemas (ansietas)

Gangguan Depresi

Gangguan Psikotik (gangguan dalam menilai
realitas)

 

Cara mencegah dan mengatasi

 

Menurut dr. Lahargo, seseorang bisa membuat
jadwal yang seimbang antara aktivitas digital dan non digital, serta konsisten
melakukannya. Kemudian kurangi paparan blue light yang berlebihan dengan
menggunakan filter, kacamata dan pembatasan durasi melihat layar. Postur dan
posisi melihat layar perlu diperhatikan ergonomis dan kenyamanannya.

Baca Juga :  Waspada, Sleep Apnea Bisa Menyebabkan Kebutaan

Perlu ada break setiap beberapa waktu
aktivitas melihat layar, saat break lakukan aktivitas non digital seperti
peregangan, berjalan keluar ruangan, menghirup udara segar, melihat yang jauh
dan rilek. Lalu konsumsi asupan makanan atau snack yang sehat dan bergizi,
hindari penyedap, pewarna dan pengawet yang berlebihan.

Bahkan cobalah menulis dengan pensil dan
kertas untuk menggantikan menulis secara digital. Tetap lakukan interaksi
sosial dengan yang lain meski sedang mengerjakan aktivitas digital, pembicaraan
ringan atau saling menyapa akan membuat suasana menjadi lebih nyaman.

Apabila ditemukan gejala-gejala ‘Digital
Fatigue’ yang berkepanjangan dan mengganggu performa dan aktivitas sehari hari,
segeralah lakukan digital detox dan konsultasi ke profesional kesehatan jiwa
seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, konselor untuk mendapatkan
pertolongan.

“Melakukan digital detox berarti membatasi
akses ke dunia digital termasuk media sosial, game online, googling. Riset
menunjukkan mengurangi akses ke media sosial 30 menit sehari saja sudah
mengurangi risiko terjadinya depresi,” tutupnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru