25.2 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Mayoritas Kematian Pasien Covid-19 Lansia Disertai Demensia

Lansia
memiliki tantangan berat dalam menjalani hidup di masa pandemi Covid-19 saat
ini. Sebab mereka merupakan kelompok rentan terserang virus Korona. Terlebih
jika memiliki penyakit penyerta bahkan demensia.

Bicara
soal demensia, dalam penelitian terbaru terungkap, kalau kematian pasien
Covid-19 terutama lansia disertai penyakit penyerta penurunan fungsi otak. Hal
ini diungkapkan Direktur Regional Alzheimer Asia Pasifik sekaligus Penggagas
ALZI DY Suharya dalam webinar ‘Let’s talk about Dementia’.

Suharya
memaparkan, berdasarkan penelitian kolaboratif antara London School of
Economics dan University College of London, secara global, sekitar 75 persen
kematian pasien yang terpapar Covid-19 adalah orang dengan demensia sebagai
penyakit penyerta (underlying condition). Usia merupakan faktor terbesar
terkait dengan demensia.

Baca Juga :  9 dari 10 Orang Terpapar Hoax Seputar Covid-19, Ini Kata Dokter Paru

“Golongan
lansia memiliki risiko paling tinggi terhadap paparan Covid-19,” katanya
baru-baru ini.

Sedangkan,
Ahli Syaraf dan Dekan UNIKA Atma Jaya Dr. dr. Yuda Turana SpS. mengakui, ada
masalah besar yang dihadapi rumah sakit dalam menghadapi pasien demensia di
tengah pandemi. Salah satunya tidak ada pendampingan saat berada di ruang
isolasi

“Dengan
jumlah tenaga kesehatan rumah sakit belum sepenuhnya memadai menjadi
permasalahan besar pasien lansia dengan demensia di rumah sakit,” jelas dr.
Yuda.

Demensia
merupakan gejala penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Sedangkan
demensia Alzheimer adalah gangguan penurunan fungsi otak yang memengaruhi
emosi, daya ingat, dan pengambilan keputusan seseorang dan biasa disebut pikun.

Lantas,
bagaimana pandemi Covid-19 memengaruhi kesehatan otak?

Baca Juga :  Bahan Makanan Keseharian Ini Punya Manfaat Esensial Untuk Tubuh

Lebih
lanjut, ia mengungkapkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat
ini juga membuat banyak orang rentan akan kesepian, kecemasan, dan depresi. Tak
terkecuali Orang Dengan Demensia (ODD) dan caregivers.

Penerapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah memengaruhi kondisi fisik dan
mental masyarakat. Perubahan-perubahan sikap atau behavior changes yang
diadopsi dalam situasi kebiasaan baru juga meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap kesehatan otak.

Menurutnya,
kondisi pandemi Covid-19 membuat masyarakat di antaranya merasa kesulitan dan
takut untuk datang ke rumah sakit dan berkonsultasi secara langsung. Meskipun
beberapa rumah sakit sudah menyediakan pelayanan konsultasi online, namun tidak
bisa menggantikan sepenuhnya pemeriksaan fisik saat kehadiran pasien di rumah
sakit.

Lansia
memiliki tantangan berat dalam menjalani hidup di masa pandemi Covid-19 saat
ini. Sebab mereka merupakan kelompok rentan terserang virus Korona. Terlebih
jika memiliki penyakit penyerta bahkan demensia.

Bicara
soal demensia, dalam penelitian terbaru terungkap, kalau kematian pasien
Covid-19 terutama lansia disertai penyakit penyerta penurunan fungsi otak. Hal
ini diungkapkan Direktur Regional Alzheimer Asia Pasifik sekaligus Penggagas
ALZI DY Suharya dalam webinar ‘Let’s talk about Dementia’.

Suharya
memaparkan, berdasarkan penelitian kolaboratif antara London School of
Economics dan University College of London, secara global, sekitar 75 persen
kematian pasien yang terpapar Covid-19 adalah orang dengan demensia sebagai
penyakit penyerta (underlying condition). Usia merupakan faktor terbesar
terkait dengan demensia.

Baca Juga :  9 dari 10 Orang Terpapar Hoax Seputar Covid-19, Ini Kata Dokter Paru

“Golongan
lansia memiliki risiko paling tinggi terhadap paparan Covid-19,” katanya
baru-baru ini.

Sedangkan,
Ahli Syaraf dan Dekan UNIKA Atma Jaya Dr. dr. Yuda Turana SpS. mengakui, ada
masalah besar yang dihadapi rumah sakit dalam menghadapi pasien demensia di
tengah pandemi. Salah satunya tidak ada pendampingan saat berada di ruang
isolasi

“Dengan
jumlah tenaga kesehatan rumah sakit belum sepenuhnya memadai menjadi
permasalahan besar pasien lansia dengan demensia di rumah sakit,” jelas dr.
Yuda.

Demensia
merupakan gejala penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Sedangkan
demensia Alzheimer adalah gangguan penurunan fungsi otak yang memengaruhi
emosi, daya ingat, dan pengambilan keputusan seseorang dan biasa disebut pikun.

Lantas,
bagaimana pandemi Covid-19 memengaruhi kesehatan otak?

Baca Juga :  Bahan Makanan Keseharian Ini Punya Manfaat Esensial Untuk Tubuh

Lebih
lanjut, ia mengungkapkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat
ini juga membuat banyak orang rentan akan kesepian, kecemasan, dan depresi. Tak
terkecuali Orang Dengan Demensia (ODD) dan caregivers.

Penerapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah memengaruhi kondisi fisik dan
mental masyarakat. Perubahan-perubahan sikap atau behavior changes yang
diadopsi dalam situasi kebiasaan baru juga meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap kesehatan otak.

Menurutnya,
kondisi pandemi Covid-19 membuat masyarakat di antaranya merasa kesulitan dan
takut untuk datang ke rumah sakit dan berkonsultasi secara langsung. Meskipun
beberapa rumah sakit sudah menyediakan pelayanan konsultasi online, namun tidak
bisa menggantikan sepenuhnya pemeriksaan fisik saat kehadiran pasien di rumah
sakit.

Terpopuler

Artikel Terbaru