33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Sayangi Lansia, Perlakuan yang Salah Bisa Perburuk Demensia

Secara
alamiah, seseorang akan mencapai fase menua pada usia lansia. Mereka
membutuhkan pendampingan dan ekstra perhatian untuk menunjang kondisi fisiknya.

Di
era pandemi ini, lansia merupakan kelompok yang rentan. Maka penting untuk
memberikan perhatian pada mereka agar daya tahan tubuh dan kesehatannya tetap
terjaga.

Dalam
rangka memperingati bulan Alzheimer sedunia ke 9, Yayasan Alzheimer Indonesia
(ALZI) melalui Direktur Regional Alzheimer Asia Pasifik sekaligus Penggagas
ALZI DY Suharya menjelaskan , berdasarkan penelitian kolaboratif antara London
School of Economics dan University College of London, secara global, usia
merupakan faktor berbesar terkait dengan demensia. Golongan lansia memiliki
risiko paling tinggi terhadap paparan Covid-19.

“Dengan
86 persen kematian terjadi pada golongan usia 65 tahun ke atas,” jelas DY dalam
webinar baru-baru ini.

Baca Juga :  Ibu Hamil ? Jangan Berlebihan Minum Kopi Ya, Ini Batasnya

Pada
2016, di Indonesia diperkirakan telah ada sekitar 1,2 juta ODD (Orang Dengan
Demensia). Angka ini berpotensi meningkat menjadi 2 juta orang di 2030 dan 4
juta orang pada 2050.

“Perlakuan
yang salah terhadap ODD dapat memperparah kondisi kejiwaan. Maka dari itu
diperlukan kolaborasi dan kontribusi seluruh pihak termasuk pemerintah untuk
meningkatkan kualitas hidup lintas generasi yang lebih sehat,” katanya.

Direktur
Eksekutif Alzheimer’s Indonesia Michael Dirk Roelof Maltimoe menilai salah satu
tantangan terbesar penyebarluasan informasi dan peningkatan kepedulian mengenai
demensia Alzheimer adalah kurangnya pemahaman hal tersebut sebagai gangguan
kesehatan otak. Berdasarkan laporan Alzheimer’s Disease International (ADI),
tiap 2 dari 3 orang masih berpikir bahwa demensia atau pikun adalah bagian
normal dari penuaan.

Baca Juga :  Mengangkat Beban Bisa Membantu Menurunkan Lemak Berbahaya di Sekitar J

Ia
menambahkan pentingnya masyarakat, khususnya anak muda, untuk memahami risiko
pemicu demensia. Sebab kebiasaan hidupnya sekarang dapat mempengaruhi kesehatan
otaknya di masa depan, maka sebaiknya dilakukan pencegahan dini.

“Kita
dapat mengurangi risiko demensia Alzheimer sejak usia muda dengan menerapkan
pola hidup sehat, rutin berolahraga, menjaga asupan gizi seimbang, berkegiatan
positif termasuk dengan memberi perhatian pada orang tua dan keluarga. Kita
jangan maklum dengan pikun,” tutup Michael.

Secara
alamiah, seseorang akan mencapai fase menua pada usia lansia. Mereka
membutuhkan pendampingan dan ekstra perhatian untuk menunjang kondisi fisiknya.

Di
era pandemi ini, lansia merupakan kelompok yang rentan. Maka penting untuk
memberikan perhatian pada mereka agar daya tahan tubuh dan kesehatannya tetap
terjaga.

Dalam
rangka memperingati bulan Alzheimer sedunia ke 9, Yayasan Alzheimer Indonesia
(ALZI) melalui Direktur Regional Alzheimer Asia Pasifik sekaligus Penggagas
ALZI DY Suharya menjelaskan , berdasarkan penelitian kolaboratif antara London
School of Economics dan University College of London, secara global, usia
merupakan faktor berbesar terkait dengan demensia. Golongan lansia memiliki
risiko paling tinggi terhadap paparan Covid-19.

“Dengan
86 persen kematian terjadi pada golongan usia 65 tahun ke atas,” jelas DY dalam
webinar baru-baru ini.

Baca Juga :  Ibu Hamil ? Jangan Berlebihan Minum Kopi Ya, Ini Batasnya

Pada
2016, di Indonesia diperkirakan telah ada sekitar 1,2 juta ODD (Orang Dengan
Demensia). Angka ini berpotensi meningkat menjadi 2 juta orang di 2030 dan 4
juta orang pada 2050.

“Perlakuan
yang salah terhadap ODD dapat memperparah kondisi kejiwaan. Maka dari itu
diperlukan kolaborasi dan kontribusi seluruh pihak termasuk pemerintah untuk
meningkatkan kualitas hidup lintas generasi yang lebih sehat,” katanya.

Direktur
Eksekutif Alzheimer’s Indonesia Michael Dirk Roelof Maltimoe menilai salah satu
tantangan terbesar penyebarluasan informasi dan peningkatan kepedulian mengenai
demensia Alzheimer adalah kurangnya pemahaman hal tersebut sebagai gangguan
kesehatan otak. Berdasarkan laporan Alzheimer’s Disease International (ADI),
tiap 2 dari 3 orang masih berpikir bahwa demensia atau pikun adalah bagian
normal dari penuaan.

Baca Juga :  Mengangkat Beban Bisa Membantu Menurunkan Lemak Berbahaya di Sekitar J

Ia
menambahkan pentingnya masyarakat, khususnya anak muda, untuk memahami risiko
pemicu demensia. Sebab kebiasaan hidupnya sekarang dapat mempengaruhi kesehatan
otaknya di masa depan, maka sebaiknya dilakukan pencegahan dini.

“Kita
dapat mengurangi risiko demensia Alzheimer sejak usia muda dengan menerapkan
pola hidup sehat, rutin berolahraga, menjaga asupan gizi seimbang, berkegiatan
positif termasuk dengan memberi perhatian pada orang tua dan keluarga. Kita
jangan maklum dengan pikun,” tutup Michael.

Terpopuler

Artikel Terbaru