Perbedaan antargenerasi seringkali menjadi sumber kesalahpahaman dalam kehidupan sehari-hari. Generasi yang lebih tua, khususnya Boomer, memiliki kebiasaan tertentu yang mungkin dianggap biasa saja. Namun, kebiasaan itu bisa sangat mengganggu bagi generasi yang lebih muda.
Melansir dari Geediting.com Minggu (29/6), memahami perbedaan ini dapat membantu menjembatani kesenjangan. Ada delapan hal spesifik yang dilakukan Boomer dan seringkali membuat frustrasi generasi muda. Mari kita telaah kebiasaan-kebiasaan ini agar kita bisa saling memahami lebih baik.
- Ketergantungan pada Panggilan Telepon Daripada Pesan Teks
Generasi Boomer cenderung lebih suka melakukan panggilan telepon untuk segala macam hal. Kebiasaan ini sangat berbeda dari generasi muda yang lebih memilih pesan teks atau aplikasi obrolan. Panggilan telepon sering terasa mengganggu kegiatan lainnya.
Generasi muda menganggap panggilan telepon memakan waktu terlalu banyak. Pesan teks dianggap lebih efisien untuk berkomunikasi cepat.
- Mengirim Rantai Pesan atau Hoaks di Media Sosial
Boomer sering mengirimkan pesan berantai atau informasi yang belum terverifikasi ke grup obrolan. Hal ini bisa berupa hoaks kesehatan atau teori konspirasi yang tidak akurat. Generasi muda menganggap ini menyebalkan dan tidak bertanggung jawab.
Informasi palsu ini dapat menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran yang tidak perlu. Ini juga menunjukkan kurangnya kemampuan Boomer dalam menyaring informasi daring.
- Tidak Memahami Batasan Privasi Digital
Generasi Boomer terkadang kurang memahami konsep privasi digital modern. Mereka mungkin membagikan foto anak cucu tanpa izin atau informasi pribadi orang lain. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan pelanggaran privasi.
Anak muda sangat menghargai privasi digital mereka. Perilaku ini sering menimbulkan konflik kecil antar generasi.
- Menggunakan Teknologi dengan Cara Kuno
Boomer sering kesulitan beradaptasi dengan teknologi baru dan cenderung menggunakan cara lama. Misalnya, mereka mungkin mencetak email penting atau bertanya cara kerja aplikasi sederhana. Hal ini bisa memperlambat proses dan membutuhkan kesabaran ekstra.
Anak muda tumbuh dengan teknologi dan mengharapkan kemudahan. Perbedaan ini menciptakan friksi dalam interaksi digital.
- Politisasi Setiap Percakapan
Satu di antara kebiasaan yang paling mengganggu adalah seringnya Boomer mempolitisasi hampir setiap topik diskusi. Mereka mungkin mengaitkan hal-hal biasa dengan pandangan politik mereka. Hal ini membuat percakapan terasa tegang dan tidak menyenangkan.
Generasi muda ingin berdiskusi santai tanpa harus selalu membahas isu-isu politik. Perilaku ini sering menghalangi terbentuknya percakapan yang lebih ringan.
- Mengeluh tentang Generasi Muda
Boomer sering mengeluh tentang “generasi sekarang” dan kebiasaan mereka yang dianggap aneh atau malas. Mereka cenderung membandingkan pengalaman hidup mereka dengan kesulitan yang dihadapi anak muda. Kritik ini sering dirasa tidak adil dan meremehkan.
Generasi muda merasa jengkel karena keluhan ini tidak membantu. Sebaliknya, hal itu hanya meningkatkan ketegangan antar generasi.
- Tidak Mampu Menerima Kritik Konstruktif
Ketika diberikan masukan atau kritik, Boomer seringkali sulit menerimanya. Mereka mungkin bersikap defensif atau menganggapnya sebagai serangan pribadi. Ini membuat komunikasi yang jujur menjadi sulit.
Generasi muda merasa frustrasi karena kurangnya keterbukaan ini. Kondisi ini menghambat perkembangan dan pemecahan masalah bersama.
- Ketergantungan Berlebihan pada Orang Lain
Boomer terkadang menunjukkan ketergantungan berlebihan pada generasi muda untuk tugas-tugas dasar. Misalnya, mereka meminta bantuan untuk hal yang bisa dilakukan sendiri. Ketergantungan ini dapat membebani anak muda.
Generasi muda merasa dimanfaatkan atau tidak dihargai waktunya. Ini menjadi sumber ketidaknyamanan dalam hubungan keluarga.
Perbedaan generasi memang tidak dapat dihindari, tetapi memahami kebiasaan ini penting. Dengan sedikit kesadaran dari kedua belah pihak, kita bisa mengurangi friksi dan membangun jembatan. Saling pengertian adalah kunci untuk hubungan yang lebih harmonis.
Generasi muda dapat mencoba lebih sabar, sementara Boomer bisa belajar beradaptasi lebih baik. Pada akhirnya, tujuannya adalah menciptakan lingkungan di mana setiap generasi merasa dihargai. Komunikasi yang terbuka akan selalu menjadi solusi terbaik untuk perbedaan ini.(jpc)