Site icon Prokalteng

Gelombang Panas Bakal Mengancam Sektor Pertanian

Aktivitas petani jagung di Kalampangan Kota Palangka Raya, beberapa waktu lalu. Cuaca panas tahun ini dinilai dapat mempengaruhi pertanian. (Foto Dok Hendry Prie/Prokalteng.co)

PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO-Sektor pertanian Indonesia khususnya di Kalteng dihadapkan dengan ancaman dampak cuaca panas yang terjadi secara global saat ini.

Perubahan iklim yang terjadi ini akan sangat memengaruhi ketahanan pangan nasional. Karena itu sistem pertanian Indonesia harus disiapkan secara baik. Salah satu dampak perubahan iklim adalah terjadinya kekeringan, yang dikhawatirkan dapat memengaruhi proses tanam dan hasil pertanian.

Sebagaimana dijelaskan Susilawati dari Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional. Menurutnya, saat ini Indonesia akan memasuki periode el nino (fenomena memanasnya suhu muka laut atau SML di atas kondisi normal) yang mengakibatkan terjadinya kekeringan. Tentunya tanaman pangan seperti padi yang sangat membutuhkan air akan terdampak.

Baca Juga: Panen Padi Food Estate di Pulang Pisau, Wagub Kalteng Tegaskan Ini

“Terutama di Kalteng, tanaman pangan seperti padi akan berisiko tinggi mengalami kekeringan, sangat disarankan untuk segera melakukan periode tanam ketika air masih tersedia, inilah yang harus dilakukan oleh petani di Pulang Pisau, Kapuas, hingga daerah perbatasan,” ucap Susilawati, Rabu (26/4).

Ia menambahkan, risiko kekeringan pada lahan rawa dapat mengakibatkan tanah pecah. Apabila petani terlambat menanam padi, maka dapat dipastikan tanaman tidak akan mendapat air yang cukup. Kalaupun tersedia, air yang ada sudah terkena intrusi air asin, khususnya di wilayah pasang surut.

Menurutnya, dengan melakukan penanaman saat masih tersedia air, maka saat periode pembungaan atau pengisian barulah memasuki kering puncak. Dengan demikian para petani bisa merasa lega.

“Kenapa mesti mengatur waktu tanam, agar para petani tidak menanam saat kondisi tanah sudah kering, itu artinya gagal tanam, kalau kondisi gagal panen itu di mana telat tanam dan saat waktu pertumbuhan tanaman tidak mampu lagi untuk beranak sehingga produktivitasnya menurun, mumpung pada bulan April minggu ketiga hingga keempat ini, segeralah menanam, jadi saat puncak panas atau kering sudah dilakukan panen,” jelasnya.

Baca Juga: Waspadai El-Nino, Semua Pemda Diminta Tetapkan Status Siaga

Untuk penyegeraan proses tanam, Susilawati menyarankan agar para petani menanam padi varietas unggul dan memilih bibit yang umur tumbuhnya lebih pendek. Jika ditatam sekarang ini, maka pada pertengahan Agustus nanti sudah bisa panen.

Saat terjadi kekeringan, petani disarankan untuk mengatur penggunaan air, terkhusus air-air yang digunakan tanaman. Pada lahan-lahan yang kering, sangat disarankan petani untuk membuat embung (bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian, perkebunan dan peternakan terutama pada saaat musim kemarau) sehingga pada saat turun hujan, air bisa tertampung untuk dialirkan ke sawah.

Selain itu, para petani juga disarankan untuk membuat lubang-lubang gravitasi, memanfaatkan gravitasi air tanah yang memacu air untuk ditampung. Sedangkan daerah-daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan rawa khususnya rawa pasang surut, ketika musim kering, maka berdampak pada saluran yang kering.

“Maka akan berpotensi terjadinya rembesan air laut, itu sangat berisiko terjadi intrusi air asin, apabila itu sampai terjadi maka tanaman tidak ada lagi,” sebutnya.

Karena itu para petani diimbau untuk memperhatikan hal-hal tersebut, sehingga dampak el nino tidak terlalu berpengaruh pada hasil panen.

“Pada puncak el nino nanti, para pertani bisa mengolah ulang tanah sambil menunggu hujan atau el nino berakhir, atau minimal tidak ada lahan yang ditanami, maka tidak terjadi potensi gagal panen,” tuturnya. (irj/ce/ala/kpg/hnd)

Exit mobile version