PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO โ Persepsi negatif tentang industri sawit tak dipungkiri masih bertebaran di kalangan masyarakat. Tudingan-tudingan itu dibongkar dengan data melalui bedah buku Mitos Vs Fakta Industri Sawit ke empat di Universitas Palangkaraya (UPR), Sabtu (9/3).
Diseminasi dan bedah buku tersebut lebih spesifik memiliki tema kecil, Industri Minyak Sawit Indonesia Dalam Isu Sosial Ekonomi dan Lingkungan Global. Dimoderatori oleh Pordamantra seorang akedemisi Fakultas pertanian UPR.
Hadir pula Direktur Eksekutif PalmOil Agribusiness Strategic Policy Institue (PASPI), Tungkot Sipayung dan penanggap lainya dari UPR, Betrixia Barbara, Ni Nyoman Sri Yuliani dan Suherman.
โPersoalan yang dihadapi, adalah persaingan internasional. Harga kompetitif dengan minyak nabati. Repeseed, sun flower dan kedelai tidak mampu berperang harga.Mencoba menyudutkan minyak sawit, melalui perpsepsi publik dengan minyak murahan,โ kata Tungkot Sipayung.
Dia pun membeberkan sejarah dahulu, komoditas yang semula unggul sekarang hilang ditelan zaman. Seperti Pala, cengkeh, rempah-rempah, gula dan lainnya.
Menurutnya, masalah yang dihadapi mengenai produktifitas yang bersinggungan dengan teknologi lalu ke kebijakan pemerintah dan salah urus.
Tungkot Sipayung juga menepis tudingan kampanye buruk mengenai sawit yang bersinggungan tentang lingkungan, boros air, berkolestrol serta tuduhan miring lainnya dengan menjawabnya melalui kajian empiris intelektual data berimbang.
โItu tidak benar. Menepis sawit itu boros air, merusak lingkungan dan lainnya. Mana lebih banyak emisi gas rumah kaca Indonesia dan Eropa. 4x lipat. Sawit kontribusinya kecil, 25 juta hektare. Menggunakan isu lingkungan dan sosial untuk menyudutkan industri sawit.Sawit ini belum sempurna, tapi lebih sempurna dari pesaingnya,โ tegasnya.
โDari 7 minyak nabati di dunia, yang punya sistem sertifikasi berkelanjutan hanya sawit. Indonesia produsen minya sawit terbesar, sustanable. Ingin sampai ke generasi mendatang,โ tambah Tungkot Sipayung.
Peananggap, Betrixia Barbara, Ni Nyoman Sri Yuliani dan Suherman memberikan catatan serta apresiasi atas buku tersebut. Misalnya Dokter Gizi Fakultas Kedokteran UPR, Ni Nyoman Sri Yuliani.
โPenulisan refrensi saya acungi jempol, bisa ditelusuri. Namun Ada refrensi bisa diupdate karena tahun 1900an,โ jelasnya.
Dia juga membenarkan jika minyak nabati sawit tidak meningkatkan kolestrol. Tak berhenti di sana, Ni Nyoman Sri Yuliani memberikan catatan tidak meningkatkan kolestrol jila sesuai kecukupan gizi tidak berlebihan.
โMinyak sawit, tidak meningkatkan kolestrol, dengan catatan sesuai kecukupan gizi. Kalau berlebihan bisa meningkatkan kolestrol. Penelitian kolestrol tidak gamblang, kolestrol yang mana yang meningkat,โ tambahnya.
Sementara itu, Betrixia Barbara memberikan catatan agar agar ekspor cpo sawit disinggung sedikit, harga, gender, gaji, sumber daya manusia, hingga tenaga kerja di pedesaan. Karena dinilainya, isu yang berkembang masyarakat lokal seolah-olah sedikit diakomodir.
Harapan juga digulirkan oleh Gubernur Bem Fakultas Pertanian UPR, E Kind Rezekinta Barus. Menurutnya kegiatan desiminasi dan bedah buku itu diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada seluruh peserta yang mengikuti, terkhusus nya mahasiswa fakultas pertanian upr tentang kelapa sawit.
Senada dengan Ketua Panitia, Dwi Sitorus. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Bem FP UPR berkolaborasi dengan PASPI dan BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit ) dalam mendiplomasikan industri sawit ke publik Indonesia guna menyebarkan informasi dan pengetahuan seputar industri yang sesuai dengan fakta-fakta ilmiah.
โHal ini menjadi kolaborasi luar biasa untuk menambah dan mempertajam pengetahuan tentang bagaimana sebetulnya pengaruh dan dampak yang ditimbulkan kelapa sawit, yang selama ini menjadi pro dan kontra di antar kalangan,โ kata Dwi Sitorus.
Kegiatan tersebut berjalan lancar dan di hadiri lebih dari 200 peserta. Selain Bedah buku yang menjadi kegiatan utama kegiatan ini juga mengadakan perlombaan yaitu, lomba vidio kelapa sawit dan infografis dengan teman kelapa sawit dan di buka untuk seluruh mahasiswa Kalimantan Tengah. (hfz)