26.3 C
Jakarta
Sunday, October 6, 2024

Riset di Amerika, 1 dari 3 Penyintas Covid-19 Alami Gangguan Mental

PROKALTENG.CO – Sebuah studi yang dilakukan ilmuwan di Amerika Serikat, menyebutkan 1 dari 3 penyintas COVID-19 alami gangguan mental. Dalam riset yang melibatkan 230.000 lebih mayoritas pasien Amerika terdiagnosis mengalami gangguan otak atau psikiatri dalam kurun waktu enam bulan.

“Hal ini menunjukkan pandemi menyebabkan gelombang gangguan mental dan saraf,” ungkap ilmuwan, dikutip dari Antara Rabu (7/4).

Para peneliti yang melakukan analisis menyebut belum mengetahui secara jelas bagaimana virus terkait dengan kondisi kejiwaan seperti kecemasan dan depresi. Namun, ini adalah diagnosa yang paling umum di antara 14 gangguan yang mereka temukan.

Kasus pascaCOVID struk, demensia dan gangguan saraf lainnya jarang terjadi. Namun masih signifikan, terutama bagi mereka yang mengalami COVID-19 parah.

“Hasil kami mengindikasikan bahwa penyakit otak dan gangguan kejiwaan lebih umum setelah COVID-19 dibanding setelah flu atau infeksi pernapasan lainnya,” ujar Max Taquet, psikiater di Universitas Oxford Inggris, yang memimpin riset tersebut.

Baca Juga :  Putin Akan Bertandang ke Indonesia

Dikatakannya, riset itu tidak dapat menentukan mekanisme biologis atau psikologis yang dilibatkan. Namun, menurutnya, penelitian harus dilakukan penelitian guna mengidentifikasi ini “dengan maksud untuk mencegah atau mengobati itu.”

Pakar kesehatan semakin prihatin dengan bukti risiko gangguan otak dan kesehatan mental yang lebih tinggi di kalangan penyintas COVID-19. Riset sebelumnya dari peneliti yang sama tahun lalu menemukan bahwa 20 persen dari penyintas COVID-19 terdiagnosis gangguan kejiwaan dalam waktu tiga bulan.

Temuan baru ini, yang dipublikasi di jurnal Lancet Psychiatry, menganalisis catat kesehatan 236.379 pasien COVID-19, yang mayoritas berasal dari Amerika Serikat, dan menemukan 34 persen di antaranya terdiagnosa penyakit kejiwaan atau saraf dalam waktu enam bulan.

Baca Juga :  Belanda Kembali Diteror Bom Surat

Gangguan ini secara signifikan lebih umum pada pasien COVID-19 dibanding dengan kelompok pembanding mereka yang sembuh dari flu atau infeksi pernapasan lainnya selama periode yang sama, kata peneliti, menunjukkan COVID-19 memiliki dampak yang spesifik.

Kecemasan,17 persen dan gangguan suasana hati (mood), 14 persen adalah yang paling umum, dan sepertinya tidak terkait dengan seberapa ringan atau parah COVID yang dialami si pasien.

Akan tetapi, pasien COVID-19 parah di ICU, 7 persen di antaranya mengalami stroke dalam waktu enam bulan, dan hampir 2 persen terdiagnosa demensia. “Meski risiko individu untuk sebagian besar gangguan kecil, efek terhadap seluruh populasi bisa jadi besar,” kata Paul Harrison, profesor kejiwaan Universitas Oxford yang juga memimpin riset tersebut.

PROKALTENG.CO – Sebuah studi yang dilakukan ilmuwan di Amerika Serikat, menyebutkan 1 dari 3 penyintas COVID-19 alami gangguan mental. Dalam riset yang melibatkan 230.000 lebih mayoritas pasien Amerika terdiagnosis mengalami gangguan otak atau psikiatri dalam kurun waktu enam bulan.

“Hal ini menunjukkan pandemi menyebabkan gelombang gangguan mental dan saraf,” ungkap ilmuwan, dikutip dari Antara Rabu (7/4).

Para peneliti yang melakukan analisis menyebut belum mengetahui secara jelas bagaimana virus terkait dengan kondisi kejiwaan seperti kecemasan dan depresi. Namun, ini adalah diagnosa yang paling umum di antara 14 gangguan yang mereka temukan.

Kasus pascaCOVID struk, demensia dan gangguan saraf lainnya jarang terjadi. Namun masih signifikan, terutama bagi mereka yang mengalami COVID-19 parah.

“Hasil kami mengindikasikan bahwa penyakit otak dan gangguan kejiwaan lebih umum setelah COVID-19 dibanding setelah flu atau infeksi pernapasan lainnya,” ujar Max Taquet, psikiater di Universitas Oxford Inggris, yang memimpin riset tersebut.

Baca Juga :  Putin Akan Bertandang ke Indonesia

Dikatakannya, riset itu tidak dapat menentukan mekanisme biologis atau psikologis yang dilibatkan. Namun, menurutnya, penelitian harus dilakukan penelitian guna mengidentifikasi ini “dengan maksud untuk mencegah atau mengobati itu.”

Pakar kesehatan semakin prihatin dengan bukti risiko gangguan otak dan kesehatan mental yang lebih tinggi di kalangan penyintas COVID-19. Riset sebelumnya dari peneliti yang sama tahun lalu menemukan bahwa 20 persen dari penyintas COVID-19 terdiagnosis gangguan kejiwaan dalam waktu tiga bulan.

Temuan baru ini, yang dipublikasi di jurnal Lancet Psychiatry, menganalisis catat kesehatan 236.379 pasien COVID-19, yang mayoritas berasal dari Amerika Serikat, dan menemukan 34 persen di antaranya terdiagnosa penyakit kejiwaan atau saraf dalam waktu enam bulan.

Baca Juga :  Belanda Kembali Diteror Bom Surat

Gangguan ini secara signifikan lebih umum pada pasien COVID-19 dibanding dengan kelompok pembanding mereka yang sembuh dari flu atau infeksi pernapasan lainnya selama periode yang sama, kata peneliti, menunjukkan COVID-19 memiliki dampak yang spesifik.

Kecemasan,17 persen dan gangguan suasana hati (mood), 14 persen adalah yang paling umum, dan sepertinya tidak terkait dengan seberapa ringan atau parah COVID yang dialami si pasien.

Akan tetapi, pasien COVID-19 parah di ICU, 7 persen di antaranya mengalami stroke dalam waktu enam bulan, dan hampir 2 persen terdiagnosa demensia. “Meski risiko individu untuk sebagian besar gangguan kecil, efek terhadap seluruh populasi bisa jadi besar,” kata Paul Harrison, profesor kejiwaan Universitas Oxford yang juga memimpin riset tersebut.

Terpopuler

Artikel Terbaru