33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Berkah Macau

Habislah harapan Xi Jinping
pada Hongkong. Sebagai masa depan keuangan dunia. Kini Presiden Tiongkok itu
melihat kemungkinan lain: Macau.

Ia berkunjung ke Macau. Tidak
tanggung-tanggung: tiga hari. Pekan lalu. Tepat menandai 20 tahun kembalinya
Macau ke Tiongkok. Tanggal 20 Desember 1999.

Atau lima bulan setelah
pengembalian Hongkong yang disewa Inggris. Selama 100 tahun.

Ekonomi Macau kini memang sudah
9 kali lebih besar. Dibanding waktu dikembalikan Portugal.

Pendapatan perkapita rakyatnya
juga sudah USD 80.000 per tahun. Tertinggi kedua di dunia. Hanya kalah dari
Qatar.

Tapi rakyat Macau memang
sedikit. Hanya 600.000.

Ketika Hongkong dilanda demo
tiada henti Macau jadi pilihan lain. Mana ada demo sepanjang di Hongkong
–panjang barisannya dan panjang waktunya.

Tidak pula mengenal Natal
maupun hari kemerdekaan. Sudah tujuh bulan lamanya.

Di Macau akan didirikan bursa
saham. Tahap awal hanya akan terbatas: untuk menarik modal dalam mata uang yuan
alias renminbi.

Sasaran pasarnya pun khusus:
Negara-negara yang berbahasa Portugis.

Bank Macau juga diizinkan buka
cabang di mana pun di Tiongkok. Agar perbankan Macau tumbuh cepat.

Sektor keuangan dan pasar modal
mulai dipacu di Macau.

Penduduk Macau yang kecil dan
hukum Macau yang ikut sistem Portugal jadi pertimbangan utama.

Kasus politik di Hongkong tidak
akan terjadi di Macau.

Tentu sambil melihat
perkembangan di Hongkong. Kalau pun Hongkong bisa pulih, bursa saham di Macau
tetap bisa berkembang. Toh sasarannya khusus: renminbi dan negara berbahasa
Portugal.

Ini sekalian sebagai langkah
lanjutan untuk menjadikan renminbi mata uang dunia.

Tapi bukankah Macau terlalu
kecil? Hanya bertumpu pada dua pulau yang sangat kecil? Jauh lebih kecil dari
pulau Bawean. Kurang dari separo pulau Tarakan.

Xi Jinping langsung putuskan:
gunakan pulau sebelahnya. Pulau Hengqing. Yang luasnya tiga kali Macau. Yang
sekarang nyaris tidak berpenghuni.

Letak pulau itu bahkan lebih
dekat dibanding dari pulau Macau 1 ke pulau Macau 2. Lebih dekat dibanding
Surabaya ke Madura. Atau Batam ke Bintan. Tidak sampai 1 km.

Saya beberapa kali ke Macau.
Terakhir awal Desember ini. Untuk merasakan jembatan baru. Agak telat. Mungkin
Anda sudah mencobanya duluan.

Baca Juga :  Ledakan Momentum

Itulah jembatan yang
menghubungkan Hongkong dan Macau. Yang terpanjang di dunia. Untuk kategori
jembatan di atas laut.

Saya sengaja naik bus. Bersama
istri. Juga bersama Robert Lai dan istrinya.

Di Hongkong saya mendapat hotel
dengan diskon 50 persen. Naik bus ini pun mendapat potongan separo harga.
Demonstran telah membantu saya mendapat hotel baik dengan tarif murah.

Saya naik bus dari pinggir
jalan. Di seberang tempat penjualan karcis bus di Wan Chai –di pusat kota
pulau Hongkong.

Itulah titik pertama
pemberangkatan bus ke Macau. Yang naik hanya lima orang. Di titik berikutnya
tiga orang lagi.

Bus pun meninggalkan pulau
Hongkong. Masuk terowongan bawah laut –menuju Kowloon. Di pemberhentian
Kowloon ini tiga orang lagi naik.

Saya pikir hanya kami
bersepuluh yang akan ke Macau. Alangkah ruginya bus itu.

Ups, salah.

Bus ini ternyata hanya
mengantar kami sampai ke pulau imigrasi. Yang letaknya di dekat bandara
Hongkong.

Ini pulau buatan. Khusus untuk
gedung imigrasi. Plus terminal bus.

Setelah menurunkan kami, bus
tersebut balik lagi ke Hongkong. Kami ditinggal di situ. Untuk urusan imigrasi
–pertanda kami sudah meninggalkan Hongkong.

Di belakang imigrasi itu ada
terminal bus lagi. Yang akan mengantar kami ke Macau. Lewat jembatan 53 Km itu.

Bus yang ini ternyata penuh.
Penumpangnya gabungan dari berbagai jurusan. Termasuk mereka yang baru turun
dari pesawat terbang.

Perjalanan di atas jembatan
laut dimulai dari pulau buatan ini.

Sepanjang jembatan hanya
terlihat satu-dua sedan. Ternyata kendaraan kecil memang dilarang lewat.
Kecuali yang mendapat izin khusus.

Itulah yang jadi topik terbaru
soal jembatan itu. Bagaimana bisa investasinya kembali.

Tahun depan kendaraan kecil
sudah diperbolehkan.

Ternyata jarak 53 km itu tidak
semuanya di atas laut. Jembatan ini tiba-tiba seperti Ontoseno –masuk ke dalam
laut. Selama 10 menit. Lalu muncul lagi ke permukaan –dalam bentuk jembatan
lagi.

Itu untuk lalu-lintas kapal
besar. Agar tidak terganggu jembatan.

Siapa tahu kelak –100 tahun
lagi? –ada kapal yang begitu besarnya – -sampai jembatan setinggi apa pun
tidak cukup.

Sepanjang jembatan saya
memperhatikan kanan kiri. Ketika mendekati Macau, jembatan itu memecah. Satu ke
arah Macau. Satunya lagi ke arah Zuhai.

Baca Juga :  Pemindahan Ibu Kota Harus Tetap Amankan Lingkungan

Zuhai adalah kota di Tiongkok
yang terdekat dari Macau. Hanya dibatasi sungai kecil –atau satu parit besar.

Bus kami menuju yang ke arah
Macau. Berhenti di gedung imigrasi. Yang juga dibangun di atas pulau buatan.

Gedung imigrasi ini besarnya
bukan main. Seperti disiapkan untuk menerima turis asing dalam jumlah jutaan
setahun.

Para penjudi.

Penumpang pun turun untuk
mengurus imigrasi. Tanpa visa. Di depan imigrasi inilah kami naik bus yang
berbeda lagi. Angkutan khusus dari imigrasi ke tujuan kami di Macau.

Sedang bus yang melewati
jembatan tadi balik ke Hongkong lagi. Untuk membawa pulang siapa pun yang sudah
selesai berjudi di Macau.

Perjalanan ini membuat saya
tahu: bus jurusan Macau adalah shuttle bus point to point.
Hanya dari imigrasi Hongkong ke imigrasi Macau.

Saya hanya beberapa jam di
Macau. Hanya untuk makan siang. Sambil melihat-lihat Macau di akhir 2019.

Saya pun balik lagi ke
Hongkong. Sore itu ada demo besar lagi di Kowloon. Saya harus melihatnya.

Kali ini saya tidak ke Zuhai.
Sudah terlalu sering ke sana. Saya sudah ke Zuhai sejak 25 tahun lalu.

Kota Zuhai menarik bagi saya.
Inilah kota modern yang dibangun tanpa anggaran negara.

Modalnya hanya semangat otonomi
daerah.

Waktu itu Wali Kota Zuhai iri.
Kota-kota di seluruh Tiongkok maju pesat. Zuhai masih seperti kampung nelayan.

Zuhai ketinggalan jauh dari
Shenzhen –tetangganya. Yang memang dibangun besar-besaran oleh pemerintah
pusat.

Maka Wali Kota Zuhai kirim
surat ke Pusat. Isinya: izinkanlah membangun Zuhai tanpa anggaran negara.
Dengan syarat Zuhai diizinkan mengundang modal dari luar yang pajaknya
dibolehkan langsung dipakai di daerah.

Sejak saat itu Zuhai menjadi
kota modern. Mengejar kota lain seperti Xiamen.

Kini Zuhai akan dimanfaatkan
untuk mendukung masa depan Macau. Terutama sebagian wilayah Zuhai yang masih
tertinggal. Seperti pulau Hengqin tadi.

Macau –yang 70 persen
pendapatan negaranya dari pajak 38 casino– akan berubah drastis.

Militansi demonstran di
Hongkong membawa berkah bagi Macau.(Dahlan Iskan) 

Habislah harapan Xi Jinping
pada Hongkong. Sebagai masa depan keuangan dunia. Kini Presiden Tiongkok itu
melihat kemungkinan lain: Macau.

Ia berkunjung ke Macau. Tidak
tanggung-tanggung: tiga hari. Pekan lalu. Tepat menandai 20 tahun kembalinya
Macau ke Tiongkok. Tanggal 20 Desember 1999.

Atau lima bulan setelah
pengembalian Hongkong yang disewa Inggris. Selama 100 tahun.

Ekonomi Macau kini memang sudah
9 kali lebih besar. Dibanding waktu dikembalikan Portugal.

Pendapatan perkapita rakyatnya
juga sudah USD 80.000 per tahun. Tertinggi kedua di dunia. Hanya kalah dari
Qatar.

Tapi rakyat Macau memang
sedikit. Hanya 600.000.

Ketika Hongkong dilanda demo
tiada henti Macau jadi pilihan lain. Mana ada demo sepanjang di Hongkong
–panjang barisannya dan panjang waktunya.

Tidak pula mengenal Natal
maupun hari kemerdekaan. Sudah tujuh bulan lamanya.

Di Macau akan didirikan bursa
saham. Tahap awal hanya akan terbatas: untuk menarik modal dalam mata uang yuan
alias renminbi.

Sasaran pasarnya pun khusus:
Negara-negara yang berbahasa Portugis.

Bank Macau juga diizinkan buka
cabang di mana pun di Tiongkok. Agar perbankan Macau tumbuh cepat.

Sektor keuangan dan pasar modal
mulai dipacu di Macau.

Penduduk Macau yang kecil dan
hukum Macau yang ikut sistem Portugal jadi pertimbangan utama.

Kasus politik di Hongkong tidak
akan terjadi di Macau.

Tentu sambil melihat
perkembangan di Hongkong. Kalau pun Hongkong bisa pulih, bursa saham di Macau
tetap bisa berkembang. Toh sasarannya khusus: renminbi dan negara berbahasa
Portugal.

Ini sekalian sebagai langkah
lanjutan untuk menjadikan renminbi mata uang dunia.

Tapi bukankah Macau terlalu
kecil? Hanya bertumpu pada dua pulau yang sangat kecil? Jauh lebih kecil dari
pulau Bawean. Kurang dari separo pulau Tarakan.

Xi Jinping langsung putuskan:
gunakan pulau sebelahnya. Pulau Hengqing. Yang luasnya tiga kali Macau. Yang
sekarang nyaris tidak berpenghuni.

Letak pulau itu bahkan lebih
dekat dibanding dari pulau Macau 1 ke pulau Macau 2. Lebih dekat dibanding
Surabaya ke Madura. Atau Batam ke Bintan. Tidak sampai 1 km.

Saya beberapa kali ke Macau.
Terakhir awal Desember ini. Untuk merasakan jembatan baru. Agak telat. Mungkin
Anda sudah mencobanya duluan.

Baca Juga :  Ledakan Momentum

Itulah jembatan yang
menghubungkan Hongkong dan Macau. Yang terpanjang di dunia. Untuk kategori
jembatan di atas laut.

Saya sengaja naik bus. Bersama
istri. Juga bersama Robert Lai dan istrinya.

Di Hongkong saya mendapat hotel
dengan diskon 50 persen. Naik bus ini pun mendapat potongan separo harga.
Demonstran telah membantu saya mendapat hotel baik dengan tarif murah.

Saya naik bus dari pinggir
jalan. Di seberang tempat penjualan karcis bus di Wan Chai –di pusat kota
pulau Hongkong.

Itulah titik pertama
pemberangkatan bus ke Macau. Yang naik hanya lima orang. Di titik berikutnya
tiga orang lagi.

Bus pun meninggalkan pulau
Hongkong. Masuk terowongan bawah laut –menuju Kowloon. Di pemberhentian
Kowloon ini tiga orang lagi naik.

Saya pikir hanya kami
bersepuluh yang akan ke Macau. Alangkah ruginya bus itu.

Ups, salah.

Bus ini ternyata hanya
mengantar kami sampai ke pulau imigrasi. Yang letaknya di dekat bandara
Hongkong.

Ini pulau buatan. Khusus untuk
gedung imigrasi. Plus terminal bus.

Setelah menurunkan kami, bus
tersebut balik lagi ke Hongkong. Kami ditinggal di situ. Untuk urusan imigrasi
–pertanda kami sudah meninggalkan Hongkong.

Di belakang imigrasi itu ada
terminal bus lagi. Yang akan mengantar kami ke Macau. Lewat jembatan 53 Km itu.

Bus yang ini ternyata penuh.
Penumpangnya gabungan dari berbagai jurusan. Termasuk mereka yang baru turun
dari pesawat terbang.

Perjalanan di atas jembatan
laut dimulai dari pulau buatan ini.

Sepanjang jembatan hanya
terlihat satu-dua sedan. Ternyata kendaraan kecil memang dilarang lewat.
Kecuali yang mendapat izin khusus.

Itulah yang jadi topik terbaru
soal jembatan itu. Bagaimana bisa investasinya kembali.

Tahun depan kendaraan kecil
sudah diperbolehkan.

Ternyata jarak 53 km itu tidak
semuanya di atas laut. Jembatan ini tiba-tiba seperti Ontoseno –masuk ke dalam
laut. Selama 10 menit. Lalu muncul lagi ke permukaan –dalam bentuk jembatan
lagi.

Itu untuk lalu-lintas kapal
besar. Agar tidak terganggu jembatan.

Siapa tahu kelak –100 tahun
lagi? –ada kapal yang begitu besarnya – -sampai jembatan setinggi apa pun
tidak cukup.

Sepanjang jembatan saya
memperhatikan kanan kiri. Ketika mendekati Macau, jembatan itu memecah. Satu ke
arah Macau. Satunya lagi ke arah Zuhai.

Baca Juga :  Pemindahan Ibu Kota Harus Tetap Amankan Lingkungan

Zuhai adalah kota di Tiongkok
yang terdekat dari Macau. Hanya dibatasi sungai kecil –atau satu parit besar.

Bus kami menuju yang ke arah
Macau. Berhenti di gedung imigrasi. Yang juga dibangun di atas pulau buatan.

Gedung imigrasi ini besarnya
bukan main. Seperti disiapkan untuk menerima turis asing dalam jumlah jutaan
setahun.

Para penjudi.

Penumpang pun turun untuk
mengurus imigrasi. Tanpa visa. Di depan imigrasi inilah kami naik bus yang
berbeda lagi. Angkutan khusus dari imigrasi ke tujuan kami di Macau.

Sedang bus yang melewati
jembatan tadi balik ke Hongkong lagi. Untuk membawa pulang siapa pun yang sudah
selesai berjudi di Macau.

Perjalanan ini membuat saya
tahu: bus jurusan Macau adalah shuttle bus point to point.
Hanya dari imigrasi Hongkong ke imigrasi Macau.

Saya hanya beberapa jam di
Macau. Hanya untuk makan siang. Sambil melihat-lihat Macau di akhir 2019.

Saya pun balik lagi ke
Hongkong. Sore itu ada demo besar lagi di Kowloon. Saya harus melihatnya.

Kali ini saya tidak ke Zuhai.
Sudah terlalu sering ke sana. Saya sudah ke Zuhai sejak 25 tahun lalu.

Kota Zuhai menarik bagi saya.
Inilah kota modern yang dibangun tanpa anggaran negara.

Modalnya hanya semangat otonomi
daerah.

Waktu itu Wali Kota Zuhai iri.
Kota-kota di seluruh Tiongkok maju pesat. Zuhai masih seperti kampung nelayan.

Zuhai ketinggalan jauh dari
Shenzhen –tetangganya. Yang memang dibangun besar-besaran oleh pemerintah
pusat.

Maka Wali Kota Zuhai kirim
surat ke Pusat. Isinya: izinkanlah membangun Zuhai tanpa anggaran negara.
Dengan syarat Zuhai diizinkan mengundang modal dari luar yang pajaknya
dibolehkan langsung dipakai di daerah.

Sejak saat itu Zuhai menjadi
kota modern. Mengejar kota lain seperti Xiamen.

Kini Zuhai akan dimanfaatkan
untuk mendukung masa depan Macau. Terutama sebagian wilayah Zuhai yang masih
tertinggal. Seperti pulau Hengqin tadi.

Macau –yang 70 persen
pendapatan negaranya dari pajak 38 casino– akan berubah drastis.

Militansi demonstran di
Hongkong membawa berkah bagi Macau.(Dahlan Iskan) 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru