25.6 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Sektor Transportasi, Urat Nadi Pertumbuhan Ekonomi

UPAYA pemerintah untuk menekan penyebaran virus Covid-19 dengan mengimplementasikan kebijakan pembatasan mobilitas/Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)praktis mengharuskan sejumlah wilayah terisolir dan menyebabkan berbagai aktivitas ekonomi nyaris membeku karena distribusi logistik yang terganggu. Hal ini tercermin jelas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 yang jauh lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan performa perekonomian terburuk sejak krisis moneter tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan II tahun 2020 di mana ekonomi tumbuh negatif hingga 5,32 persen dibandingkan triwulan II tahun 2019 (year on year).

Seiring dengan penanganan kesehatan yang lebih siap dan program vaksinasi yang masih terus digenjot oleh pemerintah, tren kasus Covid-19 di Indonesia mulai menunjukkan grafik yang menurun. Hal ini membuat pemerintah perlahan-lahan melonggarkan kebijakan pembatasan mobilitas dengan harapan agar perekonomian dapat segara pulih kembali. Walaupun belum mencapai titik terbaiknya, namun performa perekonomian hingga triwulan III tahun 2021 menunjukkan adanya perbaikan. Di sinilah sektor transportasi memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastrukturnya sebagai pembuka isolasi suatu wilayah menjamin adanya konektivitas antarwilayah guna memudahkan proses distribusi yang lebih jauh akan merangsang aktivitas perekonomian untuk kembali bergerak.

Provinsi Kalimantan Tengah sebagai wilayah terluas kedua di Indonesia tentu sangat membutuhkan infrastruktur transportasi yang memadai untuk menjembatani berbagai aktivitas perekonomian. Dengan infrastruktur yang memadai, maka proses distribusi, baik orang maupun barang, dapat berjalan lebih lancar sehingga menghemat waktu dan biaya yang diperlukan. Keterkaitannya yang sangat erat dengan sektor ekonomi lainnya pun menjadikannya sangat wajar untuk mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, terlebih hingga saat ini infrastruktur masih menjadi salah satu fokus dari pemerintah provinsi Kalimantan Tengah (dikutip dari kaltengtimes.co.id).

Baca Juga :  Perpanjangan

Performa Sektor Transportasi Kalteng

Sektor transportasi memang bukanlah sektor ekonomi unggulan di Kalimantan Tengah, terlihat dari proporsinya dalam penyusunan perekonomian Kalimantan Tengah yang hanya sebesar 7,24 persen saja pada tahun 2020 (BPS, angka sangat sementara).Kendati demikian, sektor ini menjadi salah satu penyebab terkontraksinya laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah selama tahun 2020 karena pertumbuhannya yang selalu negatif sepanjang tahun sebagai akibat dari kebijakan PSBB. Barulah sejak triwulan II tahun 2021, sektor transportasi mampu tumbuh positif seiring dengan pelonggaran kebijakan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah.

Pukulan berat yang diterima sektor transportasi di Kalimantan Tengah selama pandemi terlihat jelas dari frekuensi penerbangan dan kedatangan kapal yang terjun bebas pada tahun 2020. BPS mencatat frekuensi penerbangan di Kalimantan Tengah mengalami penurunan sebesar 50,27 persen sementara kedatangan kapal mengalami penurunan sebesar 7,20 persen dibandingkan tahun 2019. Bahkan secara kumulatif dari Januari hingga September 2021, frekuensi penerbangan masih lebih rendah sebesar 6,10 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. Namun begitu, secara keseluruhan sektor transportasi telah mampu tumbuh positif dalam dua triwulan terakhir dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2020 (year on year), salah satunya dikarenakan frekuensi kedatangan kapal pada periode Januari – September 2021 yang meningkat sebesar 10,12 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.

Dari sisi infrastruktur, masih lebih dari 40 persen kondisi jalan di Kalimantan Tengah dalam keadaan rusak dan rusak berat (satudata.kalteng.go.id, 2018). Hal ini tentunya menghambat proses distribusi karena belum semua kabupaten di Kalimantan Tengah memiliki bandara sehingga praktis akses yang dapat ditempuh hanya melalui perjalanan darat. Oleh karenanya, komitmen Gubernur Kalimantan Tengah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, khususnya jalan, merupakan hal yang tepat sebagai salah satu upaya mendukung kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Baca Juga :  Guru Merdeka dalam Kurikulum Merdeka

Keterkaitan Sektor Transportasi dengan Sektor Ekonomi Lainnya

Telah sama-sama kita ketahui bahwa sektor transportasi merupakan pintu gerbang yang dapat membuka jalan bagi aktivitas ekonomi lainnya. Keterbukaan aksesibilitas akan meningkatkan jumlah kedatangan orang maupun investor di Kalimantan Tengah. Dari Januari hingga September 2021, BPS mencatat terdapat 159.563 orang penumpang yang datang ke Kalimantan Tengah dengan kapal dan 449.050 orang penumpang yang datang dengan pesawat. Hal ini membuka jalan bagi aktivitas ekonomi pada sektor pariwisata, khususnya sektor akomodasi yang mengandalkan jumlah tamu menginap untuk keberlangsungan usahanya. Terlihat adanya peningkatan jumlah tamu yang menginap di hotel bintang maupun nonbintang sebesar 12,33 persen pada September 2021 dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kelancaran aktivitas perdagangan luar negeri juga salah satunya bergantung pada infrastruktur transportasi. Di Kalimantan Tengah, ekspor menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi jika dilihat melalui sisi pengeluaran. BPS mencatat neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Tengah mengalami surplus sebesar US$2.064,74 juta pada periode Januari – September 2021 di mana ekspor meningkat sebesar 56,62 persen dan impor meningkat sebesar 43,53 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020. Hal ini menunjukkan adanya sinyal pemulihan permintaan dunia dan perbaikan daya beli masyarakat seiring dengan perkembangan positif penanganan Covid-19. Maka sudah semestinya pemerintah memberi dukungan penuh bagi para pelaku usaha, baik dari sisi ekonomi maupun perbaikan infrastruktur. Pemerintah harus memastikan kesiapan infrastruktur pelabuhan dan bandar udara agar memenuhi standar pelayanan minimal dan proses bongkar-muat barang dapat berjalan lebih efektif dan efisien. (*)

(Penulis: Cynthia E. Yunitha, SST. Adalah ASN pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Seruyan)

UPAYA pemerintah untuk menekan penyebaran virus Covid-19 dengan mengimplementasikan kebijakan pembatasan mobilitas/Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)praktis mengharuskan sejumlah wilayah terisolir dan menyebabkan berbagai aktivitas ekonomi nyaris membeku karena distribusi logistik yang terganggu. Hal ini tercermin jelas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 yang jauh lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan performa perekonomian terburuk sejak krisis moneter tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan II tahun 2020 di mana ekonomi tumbuh negatif hingga 5,32 persen dibandingkan triwulan II tahun 2019 (year on year).

Seiring dengan penanganan kesehatan yang lebih siap dan program vaksinasi yang masih terus digenjot oleh pemerintah, tren kasus Covid-19 di Indonesia mulai menunjukkan grafik yang menurun. Hal ini membuat pemerintah perlahan-lahan melonggarkan kebijakan pembatasan mobilitas dengan harapan agar perekonomian dapat segara pulih kembali. Walaupun belum mencapai titik terbaiknya, namun performa perekonomian hingga triwulan III tahun 2021 menunjukkan adanya perbaikan. Di sinilah sektor transportasi memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastrukturnya sebagai pembuka isolasi suatu wilayah menjamin adanya konektivitas antarwilayah guna memudahkan proses distribusi yang lebih jauh akan merangsang aktivitas perekonomian untuk kembali bergerak.

Provinsi Kalimantan Tengah sebagai wilayah terluas kedua di Indonesia tentu sangat membutuhkan infrastruktur transportasi yang memadai untuk menjembatani berbagai aktivitas perekonomian. Dengan infrastruktur yang memadai, maka proses distribusi, baik orang maupun barang, dapat berjalan lebih lancar sehingga menghemat waktu dan biaya yang diperlukan. Keterkaitannya yang sangat erat dengan sektor ekonomi lainnya pun menjadikannya sangat wajar untuk mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, terlebih hingga saat ini infrastruktur masih menjadi salah satu fokus dari pemerintah provinsi Kalimantan Tengah (dikutip dari kaltengtimes.co.id).

Baca Juga :  Perpanjangan

Performa Sektor Transportasi Kalteng

Sektor transportasi memang bukanlah sektor ekonomi unggulan di Kalimantan Tengah, terlihat dari proporsinya dalam penyusunan perekonomian Kalimantan Tengah yang hanya sebesar 7,24 persen saja pada tahun 2020 (BPS, angka sangat sementara).Kendati demikian, sektor ini menjadi salah satu penyebab terkontraksinya laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah selama tahun 2020 karena pertumbuhannya yang selalu negatif sepanjang tahun sebagai akibat dari kebijakan PSBB. Barulah sejak triwulan II tahun 2021, sektor transportasi mampu tumbuh positif seiring dengan pelonggaran kebijakan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah.

Pukulan berat yang diterima sektor transportasi di Kalimantan Tengah selama pandemi terlihat jelas dari frekuensi penerbangan dan kedatangan kapal yang terjun bebas pada tahun 2020. BPS mencatat frekuensi penerbangan di Kalimantan Tengah mengalami penurunan sebesar 50,27 persen sementara kedatangan kapal mengalami penurunan sebesar 7,20 persen dibandingkan tahun 2019. Bahkan secara kumulatif dari Januari hingga September 2021, frekuensi penerbangan masih lebih rendah sebesar 6,10 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. Namun begitu, secara keseluruhan sektor transportasi telah mampu tumbuh positif dalam dua triwulan terakhir dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2020 (year on year), salah satunya dikarenakan frekuensi kedatangan kapal pada periode Januari – September 2021 yang meningkat sebesar 10,12 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.

Dari sisi infrastruktur, masih lebih dari 40 persen kondisi jalan di Kalimantan Tengah dalam keadaan rusak dan rusak berat (satudata.kalteng.go.id, 2018). Hal ini tentunya menghambat proses distribusi karena belum semua kabupaten di Kalimantan Tengah memiliki bandara sehingga praktis akses yang dapat ditempuh hanya melalui perjalanan darat. Oleh karenanya, komitmen Gubernur Kalimantan Tengah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, khususnya jalan, merupakan hal yang tepat sebagai salah satu upaya mendukung kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Baca Juga :  Guru Merdeka dalam Kurikulum Merdeka

Keterkaitan Sektor Transportasi dengan Sektor Ekonomi Lainnya

Telah sama-sama kita ketahui bahwa sektor transportasi merupakan pintu gerbang yang dapat membuka jalan bagi aktivitas ekonomi lainnya. Keterbukaan aksesibilitas akan meningkatkan jumlah kedatangan orang maupun investor di Kalimantan Tengah. Dari Januari hingga September 2021, BPS mencatat terdapat 159.563 orang penumpang yang datang ke Kalimantan Tengah dengan kapal dan 449.050 orang penumpang yang datang dengan pesawat. Hal ini membuka jalan bagi aktivitas ekonomi pada sektor pariwisata, khususnya sektor akomodasi yang mengandalkan jumlah tamu menginap untuk keberlangsungan usahanya. Terlihat adanya peningkatan jumlah tamu yang menginap di hotel bintang maupun nonbintang sebesar 12,33 persen pada September 2021 dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kelancaran aktivitas perdagangan luar negeri juga salah satunya bergantung pada infrastruktur transportasi. Di Kalimantan Tengah, ekspor menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi jika dilihat melalui sisi pengeluaran. BPS mencatat neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Tengah mengalami surplus sebesar US$2.064,74 juta pada periode Januari – September 2021 di mana ekspor meningkat sebesar 56,62 persen dan impor meningkat sebesar 43,53 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020. Hal ini menunjukkan adanya sinyal pemulihan permintaan dunia dan perbaikan daya beli masyarakat seiring dengan perkembangan positif penanganan Covid-19. Maka sudah semestinya pemerintah memberi dukungan penuh bagi para pelaku usaha, baik dari sisi ekonomi maupun perbaikan infrastruktur. Pemerintah harus memastikan kesiapan infrastruktur pelabuhan dan bandar udara agar memenuhi standar pelayanan minimal dan proses bongkar-muat barang dapat berjalan lebih efektif dan efisien. (*)

(Penulis: Cynthia E. Yunitha, SST. Adalah ASN pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Seruyan)

Terpopuler

Artikel Terbaru