Gunungan sampah material sisa produksi dari sektor industri ataupun sampah rumah tangga yang menumpuk di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) Jalan Tjilik Riwut Km 14 Kota Palangka Raya, menjadi sumber penghasilan bagi kalangan masyarakat tertentu. Ya, timbunan barang bekas yang sudah tak terpakai oleh pemiliknya, ternyata masih bisa menjadi sumber rezeki bagi para pemulung.
Marini, Palangka Raya
_
AKHIR pekan ini, penulis mencoba menyambangi lokasi TPA di Jalan Tjilik Riwut Km 14 Kota Palangka Raya. Tujuan utama penulis ke sana, tidak lain karena ingin melihat dan mengenal para pejuang rupiah yang berjibaku dengan barang bekas demi kehidupannya.
Cuaca hari ini memang tak sepanas hari sebelumnya. Mendung terlihat menggelayuti langit di Kota Cantik Palangka Raya. Sampai di tujuan, penulis disambut keriuhan anak-anak yang tengah bermain. Ya, mereka rata-rata warga yang bermungkim di sekitar kawasan TPA tersebut. Tak sedikit warga di sana yang menggantungkan peruntungannya sebagai seorang pemulung barang bekas untuk dijual kembali. Tak heran setiap sudut rumah tinggal mereka, selalu banyak tumpukan barang bekas yang biasa disebut dengan sampah.
Setiap truk pengangkut sampah tiba di lokasi, suasana keriangan dan raut sumringah terpancar di setiap raut para pemulung. Sebab, kehadiran sampah yang baru datang, bisa menjadi sebuah keberkahan bagi mereka untuk mendapatkan barang bekas yang bisa dimanfaatkan ataupun dijual kembali.
Usia muda hingga tua membaur mengais timbunan sampah yang baru saja ditumpahkan dari truk pengangkut. Entah wanita ataupun laki-laki sungguh tak mengenal istilah lelah di saat bekerja mengumpulkan barang bekas tersebut. Bahkan tak jarang terlihat anak-anak juga ikut berbaur. Seakan aroma tak sedap yang menyeruak dari sampah, sudah menjadi santapan hari-hari bagi mereka.
Hasan misalnya. Salah seorang pemulung yang disapa penulis, mengaku sudah terbiasa dengan aroma khas itu. Setiap hari dia mengaku mencari barang bekas jenis botol, kertas, dan besi. Bahkan barang bekas seperti alat elektronik pun pernah ia temukan di sana. Semuanya dikumpulkan untuk ia jual kembali kepada pengepul.
”Ya, itulah yang saya lakukan. Ini agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena saya tidak ada pekerjaan lain, selain menjadi pemulung di sini,”tuturnya saat dibincangi penulis, Sabtu (25/2/2023).
Tekadnya menjadi pemulung memang sudah didasari dirinya. Sebab, dia mengaku tak ingin menjadi orang yang menganggur. Sebagai pemulung, bagi dirinya adalah sebuah pekerjaan yang halal. Dari situ lah dia sangat mengharapkan keberkahan demi perekonomian keluarganya.
”Apapun saya lakukan yang penting halal. Asalkan tidak menjadi pengangguran. Mencari barang bekas di sini, sudah saya lakukan sekitar 2 tahun yang lalu,”katanya.
Di sisi lain, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut kabupaten atau kota tahun 2020-2022 Kota Palangka Raya memiliki persentase sebanyak 5,95 persen di tahun 2020. Sedangkan tahun 2021 sebanyak 5,86 persen dan tahun 2022 sebanyak 5,64 persen.
Untuk menanggulangi hal tersebut, Pemerintah Kota Palangka Raya telah membuka berbagai pelatihan dengan tujuan dapat menunjang karir tenaga kerja ke depannya. Terutama dalam hal pengelolaan sampah di Kota Palangka Raya.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Palangka Raya, Mesliani Tara. Menurutnya pengembangan SDM berupa pelatihan pengelolaan sampah tersebut, guna mengurangi angka pengangguran dan memberikan pekerjaan yang layak bagi masyarakat.
”Ke depannya, apa yang mereka buat dari limbah barang bekas bisa untuk menyokong menambah penghasilan perekonomian mereka,”katanya.