33.8 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Sungai Hantipan dan Janji yang Tak Pernah Tuntas

JAM tepat menunjukan pukul 17.22 WIB, ketika sebuah pesan WhatsApp masuk. Isinya adalah sebuah link menuju tulisan berjudul “Sungai Hatipan: Elegi Perjalanan Masyarakat Pinggiran”.

Karena masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan, saya pun hanya sepintas sempat membaca prolog tulisan yang dibuat Moh. Anis Romzi di blog komunitas Guru Menulis dengan alamat mohanisromzi.gurusiana.id itu. Itu pun hanya melalui browser ponsel.

Membaca tulisan pendidik yang juga penulis buku “Kepala Sekolah Belum Berpengalaman” itu memang bukan yang pertama. Sebelumnya, dia juga pernah mengirimkan sebuah tulisan opini untuk diterbitkan di Koran Kalteng Pos dan laman daring (prokalteng.co).

Setelah beberapa jam kemudian, saya mencoba kembali membuka dan membaca tulisan tersebut melalui notebook. Tulisan itu telah diunggah pada Oktober 2018 lalu. Sebuah tulisan yang menarik dan mengalir, yang menggambarkan bagaimana perjuangan masyarakat di pesisir Kabupaten Katingan, khususnya Kecamatan Mendawai dan Katingan Kuala untuk bisa keluar dan masuk daerahnya di saat musim kemarau.

Baca Juga :  Kodim 1014 Merajut Asa Masyarakat Untuk Kehidupan Lebih Baik Melalui T

Sejenak saya pun teringat sekitar setahun yang lalu, pernah membuatkan sebuah berita berdasarkan informasi yang dikirimkan seorang teman yang tinggal di daerah tersebut. Bagaimana seorang ibu yang harus meregang nyawa saat hendak melahirkan.

Sang ibu malang akhinya gagal dibawa ke rumah sakit karena kondisi terusan/sungai tak bisa dilalui. Beruntung anak di kandungan berhasil diselamatkan.

Itu hanya salah satu contoh. Begitu banyak berita lain yang menceritakan nestapa warga Mendawai dan Katingan Kuala dengan Sungai Hantipan.

JAM tepat menunjukan pukul 17.22 WIB, ketika sebuah pesan WhatsApp masuk. Isinya adalah sebuah link menuju tulisan berjudul “Sungai Hatipan: Elegi Perjalanan Masyarakat Pinggiran”.

Karena masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan, saya pun hanya sepintas sempat membaca prolog tulisan yang dibuat Moh. Anis Romzi di blog komunitas Guru Menulis dengan alamat mohanisromzi.gurusiana.id itu. Itu pun hanya melalui browser ponsel.

Membaca tulisan pendidik yang juga penulis buku “Kepala Sekolah Belum Berpengalaman” itu memang bukan yang pertama. Sebelumnya, dia juga pernah mengirimkan sebuah tulisan opini untuk diterbitkan di Koran Kalteng Pos dan laman daring (prokalteng.co).

Setelah beberapa jam kemudian, saya mencoba kembali membuka dan membaca tulisan tersebut melalui notebook. Tulisan itu telah diunggah pada Oktober 2018 lalu. Sebuah tulisan yang menarik dan mengalir, yang menggambarkan bagaimana perjuangan masyarakat di pesisir Kabupaten Katingan, khususnya Kecamatan Mendawai dan Katingan Kuala untuk bisa keluar dan masuk daerahnya di saat musim kemarau.

Baca Juga :  Kodim 1014 Merajut Asa Masyarakat Untuk Kehidupan Lebih Baik Melalui T

Sejenak saya pun teringat sekitar setahun yang lalu, pernah membuatkan sebuah berita berdasarkan informasi yang dikirimkan seorang teman yang tinggal di daerah tersebut. Bagaimana seorang ibu yang harus meregang nyawa saat hendak melahirkan.

Sang ibu malang akhinya gagal dibawa ke rumah sakit karena kondisi terusan/sungai tak bisa dilalui. Beruntung anak di kandungan berhasil diselamatkan.

Itu hanya salah satu contoh. Begitu banyak berita lain yang menceritakan nestapa warga Mendawai dan Katingan Kuala dengan Sungai Hantipan.

Terpopuler

Artikel Terbaru