34.9 C
Jakarta
Tuesday, October 8, 2024

Kisah Guru Honorer di Seruyan Lolos PPPK setelah 32 Tahun Mengabdi

Nyambi Jadi Guru Ngaji, Mampu Kuliahkan Anak di Arab Saudi

Kisah Akhmad Syukhtie, seorang pria yang mengabdi sebagai guru honorer selama 32 lebih tahun di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah ini bisa menjadi inspirasi bagi semua orang. Bukan hanya soal kesuksesannya saja. Namun, bagaimana perjuangan, kesabaran hingga keikhlasannya di balik apa yang telah diraih hingga saat ini.

Bahtiar Edy Faisal, KUALA PEMBUANG

PERJALANAN karir setiap orang memang berbeda – beda. Tak semuanya berjalan mulus. Hal itu pun juga dirasakan oleh Akhmad Syukhtie. Pasalnya apa yang dia petik saat ini, tentunya buah hasil dari jerih payah dan perjuangannya dari sekian puluh tahun pengabdian.

Bersyukur, sabar dan ikhlas menjadi kunci utama yang dipegang oleh Akhmad Syukhtie. Dia sudah puluhan tahun mengabdi di Yayasan Pondok Pesantren Asseruyaniyah Kabupaten Seruyan. Ia pun tidak mengira, anugerah yang diberikan kepadanya tahun ini.

Kado terindah di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia berhasil lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Kabupaten Seruyan tahun 2023 dan resmi menerima SK di tahun 2024 ini. Haru dan bahagia, dirasakan Akhmad Syukhtie yang telah menyandang status PPPK.

Tahun 1991, menjadi titik awal dimulainya perjuangan Akhmad Syukhtie mengabdikan diri di sekolah keagamaan pesantren setempat. Bapak yang memiliki tiga orang anak ini memang terlihat sederhana. Namun, kesabaran dan keikhlasan nya dalam memberikan ilmu kepada peserta didik sangat luar biasa.

“Alhamdulillah di tahun 1991 sampai dengan tahun 2023 itu, status saya masih honorer. Ya sekitar 32 tahun lebih lamanya. Sekarang alhamdulillah status saya lulus PPPK dengan hasil yang tidak mengecewakan, walaupun usia kita sudah tua, dan ditempatkan di SMPN 1 Kuala Pembuang,” tuturnya kepada Prokalteng.co belum lama ini.

Baca Juga :  Kisah Sedih Salma, Anak 4 Tahun di Palangka Raya Penderita Kanker Tula

Akhmad Syukhtie yang saat ini menjabat Kepala SMP Asseruyaniyah menceritakan, pada 33 tahun yang lalu, saat ia masih bujangan mengabdi di sekolah swasta itu memang perjuangannya tidak lah mudah.  Apalagi dengan gaji pertama saat jadi honorer hanyalah Rp 150 ribu.

Meskipun gaji pertama saat menjadi guru honorer hanya Rp 150 ribu per bulan, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus memberikan pendidikan kepada anak didik di lingkungan sekolah keagamaan setempat.

“Kalau secara finansial, saya akui selama puluhan tahun itu memang betul-betul harus punya jiwa keikhlasan. Kalau 100 persen berharap masalah finansial atau pendapatan jelas itu tidak mencukupi. Hanya cukup buat makan saja. Tetapi karena memang visi dan misi kita adalah perjuangan,” ucapnya saat menceritakan masa-masa perjuangan di masa itu.

Sebagai honorer dengan gaji yang terbilang rendah, ia pun harus mencari penghasilan tambahan dengan menjadi guru ngaji dan berkebun kelapa untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

“Pekerjaan sampingan yang sangat berkah itu adalah mengajar mengaji anak orang. Jadi dari situ tambahan yang mana orang tua memberikan insentif buat anaknya sampai sekarang kami tidak melepas mengajar mengaji itu. Alhamdulilah rupanya berkah dari situ paling besar yang kami rasakan. Kalau berkebun itu baru-baru saja,” ujarnya sembari bersyukur.

Ia pun merasa bangga dan bersyukur, apa yang telah diajarkan kepada anak-anak bisa bermanfaat. Sehingga sudah banyak anak-anak yang telah diajarkan itu bisa mengaji membaca Al- Quran.

Baca Juga :  Toko Sepi Akibat Pandemi, Rela Jadi Badut, Karena Tak Ingin Membebani

Bicara soalnya jerih payahnya, memang tak banyak diceritakan Akhmad Syukhtie. Namun, di balik semua perjalanan itu, ia pun berhasil menyekolahkan anak pertamanya hingga ke luar Negeri yaitu di salah satu perguruan tinggi di Arab Saudi.

Ia pun merasa bersyukur dengan apa yang telah diraih anaknya itu. Mengingat dia hanya sebagai orang tua bukan dari kalangan pejabat, maupun bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), melainkan hanya honorer yang biasa-biasa saja.

Kembali lagi, jalan yang diberikan oleh Allah SWT dengan memberikan kemudahan, hingga anaknya bisa meraih beasiswa dan bersekolah di salah satu perguruan tinggi di Arab Saudi itu sangat disyukuri olehnya.

“Alhamdulilah berkat pertolongan Allah. Kalau bicara finansial atau uang memang kami tidak mampu rupanya di berikan jalan, sehingga anak bisa sekolah ke luar negeri Arab Saudi berkat usahanya dapat beasiswa,” ujarnya.

Ia juga memberikan motivasi kepada rekan-rekan seperjuangan atau para tenaga pendidik atau guru – guru, agar selalu berusaha dan bersabar dengan apa yang dikerjakan.

Menurut dia, semua apa yang dilakukan dengan sabar dan ikhlas maka hasil yang diterima pun insya Allah akan sepadan dan memuaskan.

“Intinya bersabar, Insya Allah ada saja saja jalannya jangan sampai tergesa-gesa. Hidup ini memang adalah perjuangan. Kalau tidak ada kesabaran tidak mungkin perjuangan itu akan berhasil,” pungkas Akhmad Syukhtie memberi motivasi.(*)

Kisah Akhmad Syukhtie, seorang pria yang mengabdi sebagai guru honorer selama 32 lebih tahun di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah ini bisa menjadi inspirasi bagi semua orang. Bukan hanya soal kesuksesannya saja. Namun, bagaimana perjuangan, kesabaran hingga keikhlasannya di balik apa yang telah diraih hingga saat ini.

Bahtiar Edy Faisal, KUALA PEMBUANG

PERJALANAN karir setiap orang memang berbeda – beda. Tak semuanya berjalan mulus. Hal itu pun juga dirasakan oleh Akhmad Syukhtie. Pasalnya apa yang dia petik saat ini, tentunya buah hasil dari jerih payah dan perjuangannya dari sekian puluh tahun pengabdian.

Bersyukur, sabar dan ikhlas menjadi kunci utama yang dipegang oleh Akhmad Syukhtie. Dia sudah puluhan tahun mengabdi di Yayasan Pondok Pesantren Asseruyaniyah Kabupaten Seruyan. Ia pun tidak mengira, anugerah yang diberikan kepadanya tahun ini.

Kado terindah di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia berhasil lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Kabupaten Seruyan tahun 2023 dan resmi menerima SK di tahun 2024 ini. Haru dan bahagia, dirasakan Akhmad Syukhtie yang telah menyandang status PPPK.

Tahun 1991, menjadi titik awal dimulainya perjuangan Akhmad Syukhtie mengabdikan diri di sekolah keagamaan pesantren setempat. Bapak yang memiliki tiga orang anak ini memang terlihat sederhana. Namun, kesabaran dan keikhlasan nya dalam memberikan ilmu kepada peserta didik sangat luar biasa.

“Alhamdulillah di tahun 1991 sampai dengan tahun 2023 itu, status saya masih honorer. Ya sekitar 32 tahun lebih lamanya. Sekarang alhamdulillah status saya lulus PPPK dengan hasil yang tidak mengecewakan, walaupun usia kita sudah tua, dan ditempatkan di SMPN 1 Kuala Pembuang,” tuturnya kepada Prokalteng.co belum lama ini.

Baca Juga :  Kisah Sedih Salma, Anak 4 Tahun di Palangka Raya Penderita Kanker Tula

Akhmad Syukhtie yang saat ini menjabat Kepala SMP Asseruyaniyah menceritakan, pada 33 tahun yang lalu, saat ia masih bujangan mengabdi di sekolah swasta itu memang perjuangannya tidak lah mudah.  Apalagi dengan gaji pertama saat jadi honorer hanyalah Rp 150 ribu.

Meskipun gaji pertama saat menjadi guru honorer hanya Rp 150 ribu per bulan, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus memberikan pendidikan kepada anak didik di lingkungan sekolah keagamaan setempat.

“Kalau secara finansial, saya akui selama puluhan tahun itu memang betul-betul harus punya jiwa keikhlasan. Kalau 100 persen berharap masalah finansial atau pendapatan jelas itu tidak mencukupi. Hanya cukup buat makan saja. Tetapi karena memang visi dan misi kita adalah perjuangan,” ucapnya saat menceritakan masa-masa perjuangan di masa itu.

Sebagai honorer dengan gaji yang terbilang rendah, ia pun harus mencari penghasilan tambahan dengan menjadi guru ngaji dan berkebun kelapa untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

“Pekerjaan sampingan yang sangat berkah itu adalah mengajar mengaji anak orang. Jadi dari situ tambahan yang mana orang tua memberikan insentif buat anaknya sampai sekarang kami tidak melepas mengajar mengaji itu. Alhamdulilah rupanya berkah dari situ paling besar yang kami rasakan. Kalau berkebun itu baru-baru saja,” ujarnya sembari bersyukur.

Ia pun merasa bangga dan bersyukur, apa yang telah diajarkan kepada anak-anak bisa bermanfaat. Sehingga sudah banyak anak-anak yang telah diajarkan itu bisa mengaji membaca Al- Quran.

Baca Juga :  Toko Sepi Akibat Pandemi, Rela Jadi Badut, Karena Tak Ingin Membebani

Bicara soalnya jerih payahnya, memang tak banyak diceritakan Akhmad Syukhtie. Namun, di balik semua perjalanan itu, ia pun berhasil menyekolahkan anak pertamanya hingga ke luar Negeri yaitu di salah satu perguruan tinggi di Arab Saudi.

Ia pun merasa bersyukur dengan apa yang telah diraih anaknya itu. Mengingat dia hanya sebagai orang tua bukan dari kalangan pejabat, maupun bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), melainkan hanya honorer yang biasa-biasa saja.

Kembali lagi, jalan yang diberikan oleh Allah SWT dengan memberikan kemudahan, hingga anaknya bisa meraih beasiswa dan bersekolah di salah satu perguruan tinggi di Arab Saudi itu sangat disyukuri olehnya.

“Alhamdulilah berkat pertolongan Allah. Kalau bicara finansial atau uang memang kami tidak mampu rupanya di berikan jalan, sehingga anak bisa sekolah ke luar negeri Arab Saudi berkat usahanya dapat beasiswa,” ujarnya.

Ia juga memberikan motivasi kepada rekan-rekan seperjuangan atau para tenaga pendidik atau guru – guru, agar selalu berusaha dan bersabar dengan apa yang dikerjakan.

Menurut dia, semua apa yang dilakukan dengan sabar dan ikhlas maka hasil yang diterima pun insya Allah akan sepadan dan memuaskan.

“Intinya bersabar, Insya Allah ada saja saja jalannya jangan sampai tergesa-gesa. Hidup ini memang adalah perjuangan. Kalau tidak ada kesabaran tidak mungkin perjuangan itu akan berhasil,” pungkas Akhmad Syukhtie memberi motivasi.(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru