26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Toko Sepi Akibat Pandemi, Rela Jadi Badut, Karena Tak Ingin Membebani

Sulitnya ekonomi di tengah pandemi Covid-19 saat ini menjadi salah satu
alasan Bani (23), untuk memilih bekerja sebagai penghibur atau badut jalanan di
Kota Palangka Raya.

===============

TERIK panas dan hujan tidak menjadi
alasan bagi Bani, untuk menyerah. Pria asal Provinsi Kalimantan Selatan
(Kalsel) ini tetap harus semangat menjalani profesi yang digelutinya selama
kurang lebih sekitar tujuh bulan terakhir.

Meski baru menginjak bulan ke empat
bulan merantau di Kota Cantik, baginya apapun usaha yang dijalani tetap harus
disyukuri. Panas dan gerah saat menggunakan kostum badut dengan berbagai karakter,
memang sudah biasa dirasakan.

Bahkan, saat diguyur hujan, ia
dan teman-temannya pun harus mencari tempat berteduh. Agar kostum yang
digunakan untuk mengais rejeki itu tidak basah, mengingat kostum juga disewa
sebesar Rp75 ribu perhari.

Di tengah ramainya pengendara
yang melintas di Jalan Yos Sudarso menjelang petang itu, tepatnya sebelumnya deretan
kafe Taman Kuliner Tunggal Sangomang, Bani yang ditemui prokalteng.co tengah beristrahat sejenak untuk mengurangi lelahnya,
usai berdiri berjam-jam di pinggir jalan tersebut.

Waktu terus bergulir hingga gelapnya
malam pun sempurna. Bani melepaskan kostum kepala badut yang dikenakannya.
Sembari duduk, ia pun melepaskan sarung tangan badut dan mengipasi wajahnya
yang masih keringatan.

Baca Juga :  Resmikan PTSP, Diskusi, dan Pasar Murah

Saat ditemui prokalteng.co, Bani pun juga bersedia untuk dibincangi. Memang, saat
itu wajahnya masih terlihat capek, tetapi pemuda ini pun mulai menceritakan
tentang kehidupan yang dijalaninya di dunia rantau.

Anak dari seorang petani ini pun
bercerita, bahwa alasan dia bekerja sebagai badut, pertama faktor ekonomi.
Pasalnya, sebelumnya menjadi badut bahwa ia pun pernah bekerja di toko, karena
sepi di masa Pandemi Covid-19 hingga sebagian karyawan pun berhenti, termasuk
Bani.

Dia mengaku sempat menganggur
selama satu bulan. “Alasan menjadi badut, pertama karena ekonomi. Awalnya
ada teman menawarkan kerja kayak gini,
akhirnya daripada nganggur di rumah, saya ikut gabung. Ya, walaupun jauh
merantau kemana-mana, yang penting ada lebihnya dan alhamdulillah bisa ngirim untuk orang tua,” kata Bani mengawali
ceritanya kepada prokalteng.co, Jumat
(31/12) malam lalu.

Sebagai anak pertama dari dua
orang bersaudara, tutur Bani, dia ingin membantu orang tuanya dan tak mau terus
di rumah tanpa ada kerjaan atau penghasilan. Sehingga, setelah memegang izin
dan restu dari orang tua, Bani pun tak ragu pergi merantau mengais rezeki di
daerah orang.

Baca Juga :  Lulus “Tes Kejujuran” Biasa Traktir Temannya

“Gak apa-apa kerja jauh-jauh
ke sini, yang penting tidak membebani orang tua. Kata orang tua, buat apa malu
dengan kerjaan seperti ini yang penting bisa menghasilkan uang dan bisa untuk
makan,” ujarnya.

Lebih jauh Bani menceritakan,
jika biasanya kalau ada rezeki lebih, ia pun mengirim uang untuk keluarga nya.
Meskipun tidak banyak, ia berharap itu bisa membantu orang tuanya, terlebih
adiknya yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
kelas XII.

Tidak hanya itu, ia pun sempat
menceritakan selain diberi uang terkadang saat mereka beridiri di bahu jalan
dan menjadi badut, juga ada warga yang peduli dan berbagi rejeki dengan
memberikan makanan kepada mereka.

“Penghasilan enggak menentu
mas, apalagi kalau hujan gini. Kalau enggak memenuhi target (nombok sewa
kostum, red) ya pernah juga. Tapi ya disyukuri saja, Insya Allah nikmat akan
ditambah yang penting  bersyukur
dulu,” pungkasnya.

Sulitnya ekonomi di tengah pandemi Covid-19 saat ini menjadi salah satu
alasan Bani (23), untuk memilih bekerja sebagai penghibur atau badut jalanan di
Kota Palangka Raya.

===============

TERIK panas dan hujan tidak menjadi
alasan bagi Bani, untuk menyerah. Pria asal Provinsi Kalimantan Selatan
(Kalsel) ini tetap harus semangat menjalani profesi yang digelutinya selama
kurang lebih sekitar tujuh bulan terakhir.

Meski baru menginjak bulan ke empat
bulan merantau di Kota Cantik, baginya apapun usaha yang dijalani tetap harus
disyukuri. Panas dan gerah saat menggunakan kostum badut dengan berbagai karakter,
memang sudah biasa dirasakan.

Bahkan, saat diguyur hujan, ia
dan teman-temannya pun harus mencari tempat berteduh. Agar kostum yang
digunakan untuk mengais rejeki itu tidak basah, mengingat kostum juga disewa
sebesar Rp75 ribu perhari.

Di tengah ramainya pengendara
yang melintas di Jalan Yos Sudarso menjelang petang itu, tepatnya sebelumnya deretan
kafe Taman Kuliner Tunggal Sangomang, Bani yang ditemui prokalteng.co tengah beristrahat sejenak untuk mengurangi lelahnya,
usai berdiri berjam-jam di pinggir jalan tersebut.

Waktu terus bergulir hingga gelapnya
malam pun sempurna. Bani melepaskan kostum kepala badut yang dikenakannya.
Sembari duduk, ia pun melepaskan sarung tangan badut dan mengipasi wajahnya
yang masih keringatan.

Baca Juga :  Resmikan PTSP, Diskusi, dan Pasar Murah

Saat ditemui prokalteng.co, Bani pun juga bersedia untuk dibincangi. Memang, saat
itu wajahnya masih terlihat capek, tetapi pemuda ini pun mulai menceritakan
tentang kehidupan yang dijalaninya di dunia rantau.

Anak dari seorang petani ini pun
bercerita, bahwa alasan dia bekerja sebagai badut, pertama faktor ekonomi.
Pasalnya, sebelumnya menjadi badut bahwa ia pun pernah bekerja di toko, karena
sepi di masa Pandemi Covid-19 hingga sebagian karyawan pun berhenti, termasuk
Bani.

Dia mengaku sempat menganggur
selama satu bulan. “Alasan menjadi badut, pertama karena ekonomi. Awalnya
ada teman menawarkan kerja kayak gini,
akhirnya daripada nganggur di rumah, saya ikut gabung. Ya, walaupun jauh
merantau kemana-mana, yang penting ada lebihnya dan alhamdulillah bisa ngirim untuk orang tua,” kata Bani mengawali
ceritanya kepada prokalteng.co, Jumat
(31/12) malam lalu.

Sebagai anak pertama dari dua
orang bersaudara, tutur Bani, dia ingin membantu orang tuanya dan tak mau terus
di rumah tanpa ada kerjaan atau penghasilan. Sehingga, setelah memegang izin
dan restu dari orang tua, Bani pun tak ragu pergi merantau mengais rezeki di
daerah orang.

Baca Juga :  Lulus “Tes Kejujuran” Biasa Traktir Temannya

“Gak apa-apa kerja jauh-jauh
ke sini, yang penting tidak membebani orang tua. Kata orang tua, buat apa malu
dengan kerjaan seperti ini yang penting bisa menghasilkan uang dan bisa untuk
makan,” ujarnya.

Lebih jauh Bani menceritakan,
jika biasanya kalau ada rezeki lebih, ia pun mengirim uang untuk keluarga nya.
Meskipun tidak banyak, ia berharap itu bisa membantu orang tuanya, terlebih
adiknya yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
kelas XII.

Tidak hanya itu, ia pun sempat
menceritakan selain diberi uang terkadang saat mereka beridiri di bahu jalan
dan menjadi badut, juga ada warga yang peduli dan berbagi rejeki dengan
memberikan makanan kepada mereka.

“Penghasilan enggak menentu
mas, apalagi kalau hujan gini. Kalau enggak memenuhi target (nombok sewa
kostum, red) ya pernah juga. Tapi ya disyukuri saja, Insya Allah nikmat akan
ditambah yang penting  bersyukur
dulu,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru