29.3 C
Jakarta
Sunday, June 8, 2025

Telan Pil Pahit di Final French Open, Aryna Sabalenka Ingin Liburan Sejenak

Aryna Sabalenka tak ingin memikirkan persiapan menuju Wimbledon. Petenis nomor 1 dunia asal Rusia itu ingin rehat sejenak usai kekalahan pahit di final French Open melawan petenis AS Coco Gauff, dikutip dari ANTARA.

“Saya sudah memesan tiket pesawat ke Mykonos, alkohol dan gula. Saya hanya butuh beberapa hari untuk benar-benar melupakan dunia gila ini dan kejadian gila yang terjadi hari ini,” kata Sabalenka dikutip dari laman resmi Roland Garros, Minggu (8/6).

“Ya, tequila, gummy bear, dan entahlah, berenang, menjadi seperti turis selama beberapa hari.”

Sabalenka kembali kalah di final Grand Slam setelah ia juga kalah di babak akhir Australian Open 2025 dari petenis AS Madison Keys. Namun, peraih tiga gelar turnamen major itu melihat kesamaan dari kekalahan dari Gauff 7(5)-6, 2-6, 4-6.

“Dengan cara yang berbeda, saya sebenarnya dapat melihat hal yang sama,” kata Sabalenka.

“Dia (Gauff) pada dasarnya melakukan pukulan yang gila, dan bola itu masuk. Hari ini, Anda tahu, dia benar-benar menempatkan bola tambahan di sisi lain daripada yang saya lakukan, jadi ya, saya pasti harus mundur dan belajar sesuatu karena saya tidak bisa terus melakukan kesalahan yang sama,” ujar petenis berusia 27 tahun itu.

Baca Juga :  DEMI JUARA GRUP

Kekalahan itu mengakhiri langkah kuat Sabalenka di lapangan tanah liat. Ia mengangkat trofi di Madrid yang merupakan gelar ketiganya musim ini. Ia juga mengalahkan juara empat kali Iga Swiatek di semifinal, menghentikan 26 kemenangan beruntun petenis Polandia itu di Paris.

Setelah kemenangan menggetarkan di semifinal itu, ketika ia tidak melakukan kesalahan sendiri dalam set terakhir yang nyaris sempurna, Sabalenka kecewa karena tidak dapat menemukan level yang sama saat melawan Gauff dalam kondisi berangin yang menguji.

“Dalam dua minggu terakhir saya memainkan pertandingan yang sangat sulit, pemain yang sangat luar biasa,” kata Sabalenka.

“Ya, saya bermain dengan level yang lebih baik daripada di final. Sejujurnya, itu adalah tenis terburuk yang pernah saya mainkan dalam beberapa bulan terakhir.”

Baca Juga :  Penyertaan Modal Rp 10 Miliar

“Dia memang lebih baik dalam kondisi seperti ini daripada saya. Terkadang itu terjadi. Anda baru saja bangun, dan Anda tidak merasa dalam kondisi terbaik, lalu pemain lain mencoba apa pun dan itu berhasil, dan bagi Anda tidak ada yang berhasil,” ujar juara US Open 2024 itu.

“Ya, saya sangat kesulitan, dan saya berusaha sebaik mungkin untuk mencari cara bermain dalam kondisi seperti ini, tetapi saya rasa hari ini bukan harinya.”

Catatan head to head Sabalenka melawan Gauff merosot menjadi 5-6 dan 1-2 di turnamen major.

Sabalenka berharap saat bertanding melawan petenis Amerika itu berikutnya, ia akan bermain sedikit lebih cerdas, tidak terburu-buru dalam pemilihan pukulannya, dan mampu mempertahankan perlawanan.(jpc)

Aryna Sabalenka tak ingin memikirkan persiapan menuju Wimbledon. Petenis nomor 1 dunia asal Rusia itu ingin rehat sejenak usai kekalahan pahit di final French Open melawan petenis AS Coco Gauff, dikutip dari ANTARA.

“Saya sudah memesan tiket pesawat ke Mykonos, alkohol dan gula. Saya hanya butuh beberapa hari untuk benar-benar melupakan dunia gila ini dan kejadian gila yang terjadi hari ini,” kata Sabalenka dikutip dari laman resmi Roland Garros, Minggu (8/6).

“Ya, tequila, gummy bear, dan entahlah, berenang, menjadi seperti turis selama beberapa hari.”

Sabalenka kembali kalah di final Grand Slam setelah ia juga kalah di babak akhir Australian Open 2025 dari petenis AS Madison Keys. Namun, peraih tiga gelar turnamen major itu melihat kesamaan dari kekalahan dari Gauff 7(5)-6, 2-6, 4-6.

“Dengan cara yang berbeda, saya sebenarnya dapat melihat hal yang sama,” kata Sabalenka.

“Dia (Gauff) pada dasarnya melakukan pukulan yang gila, dan bola itu masuk. Hari ini, Anda tahu, dia benar-benar menempatkan bola tambahan di sisi lain daripada yang saya lakukan, jadi ya, saya pasti harus mundur dan belajar sesuatu karena saya tidak bisa terus melakukan kesalahan yang sama,” ujar petenis berusia 27 tahun itu.

Baca Juga :  DEMI JUARA GRUP

Kekalahan itu mengakhiri langkah kuat Sabalenka di lapangan tanah liat. Ia mengangkat trofi di Madrid yang merupakan gelar ketiganya musim ini. Ia juga mengalahkan juara empat kali Iga Swiatek di semifinal, menghentikan 26 kemenangan beruntun petenis Polandia itu di Paris.

Setelah kemenangan menggetarkan di semifinal itu, ketika ia tidak melakukan kesalahan sendiri dalam set terakhir yang nyaris sempurna, Sabalenka kecewa karena tidak dapat menemukan level yang sama saat melawan Gauff dalam kondisi berangin yang menguji.

“Dalam dua minggu terakhir saya memainkan pertandingan yang sangat sulit, pemain yang sangat luar biasa,” kata Sabalenka.

“Ya, saya bermain dengan level yang lebih baik daripada di final. Sejujurnya, itu adalah tenis terburuk yang pernah saya mainkan dalam beberapa bulan terakhir.”

Baca Juga :  Penyertaan Modal Rp 10 Miliar

“Dia memang lebih baik dalam kondisi seperti ini daripada saya. Terkadang itu terjadi. Anda baru saja bangun, dan Anda tidak merasa dalam kondisi terbaik, lalu pemain lain mencoba apa pun dan itu berhasil, dan bagi Anda tidak ada yang berhasil,” ujar juara US Open 2024 itu.

“Ya, saya sangat kesulitan, dan saya berusaha sebaik mungkin untuk mencari cara bermain dalam kondisi seperti ini, tetapi saya rasa hari ini bukan harinya.”

Catatan head to head Sabalenka melawan Gauff merosot menjadi 5-6 dan 1-2 di turnamen major.

Sabalenka berharap saat bertanding melawan petenis Amerika itu berikutnya, ia akan bermain sedikit lebih cerdas, tidak terburu-buru dalam pemilihan pukulannya, dan mampu mempertahankan perlawanan.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/