PALANGKA RAYA,KALTENGPOS.COโ Diawali alunan lahap atau
pekikan khas suku Dayak dari para penyanyi latar yang disengaja dibuat pelan, lalu muncul
asap mengepul memenuhi panggung pertunjukan.
Usai lantunan suara lahap berakhir dan asap yang
muncul tersebut hilang, tiba tiba hentakan pukulan suara drum yang bertubi-tubi dan
petikan suara gitar dicampur dengan suara alat musik tradisional yang
memperdengarkan musik khas suku Dayak, mengiringi kemunculan enam
orang penari perempuan ke atas panggung.
Dengan gerakan mereka yang serba dinamis,
keenam
orang penari ini berhasil menggambarkan
isi narasi yang dibacakan seorang narator
pada awal
pertujukan tentang kondisi kesengsaraan suku Dayak ketika terbelenggu di masa penjajahan kolonial Belanda.
Seiring berubahnya suara musik, kemunculan
deretan penari berbaju kuning itu kemudian terganti dengan munculnya delapan
orang penari. Kali ini bajunya identic warna merah. Menarikan
tarian yang berisi gambaran munculnya kesadaran masyarakat suku Dayak khususnya
para pemuda Dayak untuk bangkit melawan penjajah Belanda.
Tepuk tangan dari penonton pun ramai terdengar ketika
akhirnya muncul puluhan orang penari dengan
berpakaian khas Dayak ke atas panggung
pertunjukan. Kemunculan puluhan penari yang berpakaian khas Dayak ini menggambarkan semua pemuda pemudi Dayak yang digambarkan sepakat bersatu melawan
penjajahan Belanda.
Sambil membawa mandau dan talawang,
para penari ini terlihat kompak bergerak seirama dengan suara musik yang terdengar semakin bertempo
cepat dan menghentakโ hentak
hasil garapan
Riduansyah.
Tidak saja berada di atas panggung, bahkan sebagian
dari para penari ini juga ada yang
menari hingga turun di depan halaman panggung pertunjukan.
Demikianlah suasana pertujukan sendratari
garapan Pakat Dayak 2020 yang dilaksanakan di Gedung UPT taman Budaya Kalteng,
Jalan
Temenggung Tilung, Palangka Raya, Jumat ( 25/9) lalu.
Adapun sendratari kolosal garapan Pakat Dayak 2020 ini berdurasi hampir satu jam, digarap oleh duet pimpinan produksi Marini
dan sutradara M Saifullah. Pertunjukan sendratari tari kolosal ini
sendiri memang menampilkan kisah
perjuangan pemuda suku Dayak tempo dulu ketika masa penjajahan hingga
muncul kesadaran suku Dayak untuk bersatu menghadapi penjajahan Belanda.
Menurut Marini, pertujukan sendratari ini sendiri adalah
perpaduan antara seni pertunjukan teater, musik dan tari.
รขโฌลIni
merupakan kolaborasi dari pertunjukan seni teater,
tarian khas
Dayak dan musik,รขโฌย ucapnya
kepada Kalteng Pos
(Grup Kaltengpos.co).
Marini menyebutkan jumlah seniman tari dan musik yang terlibat dalam kegiatan pertujukan
sendratari Pakat Dayak 2020 ini sendiri berjumlah 65 orang dari perwakilan
dari 21 sanggar tari atau komunitas
musik serta budaya yang ada di kota Palangka
Raya.