PALANGKA RAYA- Berat
badan sebelum dioperasi sekitar 220 kilogram. Pada Februari 2019, ditimbang
lagi. Berat badannya turun jadi 211 kilogram. Terakhir ditimbang, tepatnya awal
Juli, berat badannya 209 kilogram. Lalu, bagaimana kondisi saat ini? Ia sendiri
pun tak tahu. Tak pernah lagi ditimbang.
Titi Wati masih sama seperti dahulu. Murah senyum. Senyuman itu kembali
terlihat ketika penulis menyambangi rumahnya di Jalan G Obos XXV, Palangka
Raya, dua hari lalu. Ia masih berada di atas ranjang. Dalam posisi tengkurap.
Bingkai jendela persis di samping ranjangnya menjadi penghibur untuk melihat
halaman depan rumah. Tubuhnya dibalut selimut. Sesekali jari-jarinya
mengutak-atik ponsel. Menjelajah dunia maya menjadi hiburan baginya.
Saat
penulis mengajaknya berbincang-bincang terkait kondisi berat badannya,
perempuan paruh baya itu menerima dengan tangan terbuka. Anak semata wayang
yang selalu berada di sampingnya, Herlina, juga tak keberatan.
Titi
Wati mengatakan, saat ini ia menyibukkan diri dengan mengasuh bayi tetangga. Di
teras depan rumahnya, ia membuka usaha kecil-kecilan. Jualan minuman saset dan
jajan anak-anak. “Lumayan, buat meringankan biaya menyambung hidup,†ucapnya.
Ia
membeberkan bahwa terakhir dirinya menjalani kontrol berat badan yakni pada
awal Juli 2019 lalu. Bobot tubuhnya saat itu 209 kilogram. Hari berganti hari,
bulan berganti bulan. Dan sampai hari ini, ia tak tahu lagi berapa berat badannya.
Ditanya
soal pola makan, Titi Wati mengatakan, hingga kini ia masih tetap menjalankan
saran dokter. Makan dalam porsi sedikit dua kali sehari,serta menghindari konsumsi
kerupuk dan ikan asin. Tak disangkanya, kini ia malah doyan mengonsumsi ikan
gabus dan patin.
“Sesekali
minum air
es,†ucapnya sembari tertawa kecil.
Ibu
satu anak yang memiliki hobi menyanyi itu mengakui, saat ini dirinya tak fokus
lagi menjalani diet. Ada banyak hambatan baginya untuk menjalani program yang
disarankan petugas medis.
Perempuan
berambut panjang itu juga merasa miris akan
kabar yang beredar di dunia maya, yang
justru memojokkan dan menghancurkan
perasaannya. Bahkan pada media sosial
TikTok yang saban hari ia
mainkan,
malah ada yang mengatakan jika
dirinya
sudah meninggal.
“Saya hanya bisa mengelus dada,†ucapnya.
Titi
menuturkan, selama ini ia sering berbagi cerita soal
diet dengan salah
satu dokter dari Bali yang menanganinya. Akan tetapi selalu ada oknum yang mencibirnya,
bahkan membuatnya takut untuk kembali menjalani
operasi. Tak hanya itu. Titi Wati juga mengaku sering di-bully oleh para netizen. Tak sedikit yang berkomentar jika dirinya hanya mencari sensasi
dan tidak menjalankan program diet dengan sungguh-sungguh.
Komentar-komentar itu pun membuat Titi jadi tidak percaya diri.
“Anak
saya
sampai menangis di dekat saya setelah mendengar kabar itu,†beber
Titi.
Bukan
hanya alasan itu yang membuatnya tak fokus menjalani diet. Bahtera rumah
tangganya bersama sang suami kandas. Padahal ia tengah semangat menurunkan
berat badan agar bisa kembali memiliki bodi ideal seperti dahulu.
“Tiga bulan pascaoperasi, ada permasalahan yang membuat kami berpisah,†ungkapnya.
“(Tak fokus diet,
red) mungkin ada
bawaan faktor emosi juga. Ngapain juga saya harus mati-matian menjalani diet,
kalau ujung-ujungnya hubungan rumah tangga harus berakhir seperti ini,”
tambahnya.
Dengan
mata yang berkaca-kaca, Titi Wati menyebut bahwa ia sudah mengikhlaskan mantan suaminya itu
untuk mencari wanita lain sebagai pengganti
dirinya.
Namun, tiga bulan 10 hari kemudian, Titi Wati menemukan
tambahan hati yang baru. Seorang pria berusia 40 tahun datang meminangnya.
Herlina
yang saat itu menemani Titi, juga ikut menyambung pembicaraan. Ia mengatakan bahwa saat ini tak ada
perubahan signifikan pada ibunya itu. Tak ada perubahaan (penurunan berat badan,
red) meski menjalani
puasa. “Sewaktu bulan Ramadan, ibu
jalani puasa
penuh.
Bukannya turun (berat badan, red), tapi malah
bertambah,” jelasnya.
Untuk
mencegah penambahan berat badan ibunya itu, Herlina mencoba mengatur porsi
makan Titi. Dikurangi porsinya.
Dalam hatinya, ia berdoa agar apa
yang menjadi harapan masyarakat, pemerintah,
dan semua pihak yang mendukung ibunya untuk mendapat bobot
ideal, suatu saat menjadi kenyataan.
“Harapan itu masih ada. Tapi jika tidak
bisa sama sekali, saya juga pasrah,†ujar Herlina.
â€Kalau memang masih ada
harapan, siapa yang tidak mau untuk melanjutkan (diet, red) lagi. Jujur,
saya juga tidak mau merepotkan orang lain. Keadaan
sekarang jauh lebih baik lagi daripada sebelum operasi.
Sudah banyak perubahan. Saya ucapkan
banyak terima kasih kepada semua yang telah berjasa,â€
timpal Titi Wati. (fiq/ram)