28 C
Jakarta
Monday, April 21, 2025

Melestarikan Kearifan Lokal dengan Menggelar Lomba Jukung Tradisional

LOKASI
wisata
kota (city tour) tepat di bawah Jembatan Kahayan tidak selalu ramai. Padahal
lokasinya berdekatan dengan Taman Pasuk Kameloh yang selalu dipadati pengunjung
dari sore hingga malam hari.

Lokasi tersebut tampak
berbeda ketika diselenggarakannya Festival Budaya Isen Mulang (FBIM). Rabu (19/6),
perlombaan jukung tradisioanal digelar di lokasi tersebut. Sungai Kahayan menjadi
pemandangan utama. Sejak pagi hingga siang, masyarakat terus berdatangan
memadati lokasi.

Melestarikan kearifan
lokal dengan menggelar lomba jukung tradisional, menggugah antusiasme
masyarakat untuk datang menyaksikan balapan kontingen dari 14 kabupaten/kota se-Kalteng.

Ada yang menyaksikan
dari bawah Jembatan Kahayan, masjid, maupun Taman Pasuk Kameloh. Bahkan ada
yang menyaksikan sembari bersantai menikmati kuliner.

Baca Juga :  Menjelang Pengumuman Lokasi Ibu Kota Baru, Gubernur Mendadak di Undang

“Jumlah peserta
sebanyak 8 regu (putra) dan 4 regu (putri). Uang pembinaan diberikan kepada peraih
juara I senilai Rp6,5 juta, juara II senilai Rp5 juta, dan juara III senilai Rp3,2
juta,” ungkap koordinator lomba, Smaliyati, kemarin (19/6).

Seperti layaknya
balapan pada umumnya, peserta lomba jukung tradisional dinyatakan sebagai juara
jika terlebih dahulu menyentuh finish. Sebelumnya mereka harus melalui babak
penyisihan.

“Kendati baru turun ke sini
(bawah jembatan, red), sangat antusias dengan adanya tempat wisata yang berada
di dermaga, persis di bawah Jembatan Kahayan ini,” ungkap Yuweni, warga Jalan
Kecubung II, Palangka Raya, saat dibincangi Kalteng Pos di lokasi perlombaan.

Melihat wisata dan
budaya yang tersaji dalam rangkaian FBIM 2019 ini, kata dia, seharusnya saat
lomba jukung tradisional, di pinggiran sungai dilengkapi dengan musik dan
sejumlah gazebo yang memadai untuk menghibur para pengunjung dan penonton.

Baca Juga :  Soal Penerapan Sistem Pemilu, KPU Diminta Tegas

“Ini kita masih kurang dan belum lengkap. Selain
itu, lokasi ini cukup sepi kalau tidak ada event seperti ini. Hanya Taman Pasuk
Kameloh yang banyak pengunjung,” terangnya sembari mengakui kebersihan di
lokasi tersebut sudah cukup terjaga, tapi perlu dibenahi lagi, agar bisa menjadi
lokasi wisata pilihan, baik sekadar bersantai bersama keluarga maupun untuk tamu
dari luar daerah. (nue/ce/abe)

LOKASI
wisata
kota (city tour) tepat di bawah Jembatan Kahayan tidak selalu ramai. Padahal
lokasinya berdekatan dengan Taman Pasuk Kameloh yang selalu dipadati pengunjung
dari sore hingga malam hari.

Lokasi tersebut tampak
berbeda ketika diselenggarakannya Festival Budaya Isen Mulang (FBIM). Rabu (19/6),
perlombaan jukung tradisioanal digelar di lokasi tersebut. Sungai Kahayan menjadi
pemandangan utama. Sejak pagi hingga siang, masyarakat terus berdatangan
memadati lokasi.

Melestarikan kearifan
lokal dengan menggelar lomba jukung tradisional, menggugah antusiasme
masyarakat untuk datang menyaksikan balapan kontingen dari 14 kabupaten/kota se-Kalteng.

Ada yang menyaksikan
dari bawah Jembatan Kahayan, masjid, maupun Taman Pasuk Kameloh. Bahkan ada
yang menyaksikan sembari bersantai menikmati kuliner.

Baca Juga :  Menjelang Pengumuman Lokasi Ibu Kota Baru, Gubernur Mendadak di Undang

“Jumlah peserta
sebanyak 8 regu (putra) dan 4 regu (putri). Uang pembinaan diberikan kepada peraih
juara I senilai Rp6,5 juta, juara II senilai Rp5 juta, dan juara III senilai Rp3,2
juta,” ungkap koordinator lomba, Smaliyati, kemarin (19/6).

Seperti layaknya
balapan pada umumnya, peserta lomba jukung tradisional dinyatakan sebagai juara
jika terlebih dahulu menyentuh finish. Sebelumnya mereka harus melalui babak
penyisihan.

“Kendati baru turun ke sini
(bawah jembatan, red), sangat antusias dengan adanya tempat wisata yang berada
di dermaga, persis di bawah Jembatan Kahayan ini,” ungkap Yuweni, warga Jalan
Kecubung II, Palangka Raya, saat dibincangi Kalteng Pos di lokasi perlombaan.

Melihat wisata dan
budaya yang tersaji dalam rangkaian FBIM 2019 ini, kata dia, seharusnya saat
lomba jukung tradisional, di pinggiran sungai dilengkapi dengan musik dan
sejumlah gazebo yang memadai untuk menghibur para pengunjung dan penonton.

Baca Juga :  Soal Penerapan Sistem Pemilu, KPU Diminta Tegas

“Ini kita masih kurang dan belum lengkap. Selain
itu, lokasi ini cukup sepi kalau tidak ada event seperti ini. Hanya Taman Pasuk
Kameloh yang banyak pengunjung,” terangnya sembari mengakui kebersihan di
lokasi tersebut sudah cukup terjaga, tapi perlu dibenahi lagi, agar bisa menjadi
lokasi wisata pilihan, baik sekadar bersantai bersama keluarga maupun untuk tamu
dari luar daerah. (nue/ce/abe)

Terpopuler

Artikel Terbaru