26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Waspada, Wabah Campak Mengancam Dunia

ORGANISASI Kesehatan Dunia di bawah naungan PBB (WHO) merilis
sebuah laporan terbaru yang mencatat terjadinya lonjakan kasus campak secara
global.

Laporan itu telah mencatat
440.200 kasus campak pada 5 November, jauh melampaui jumlah kasus campak yang
terjadi pada 2018, yakni 350.000 kasus. Penyakit mematikan ini sejatinya mudah
dicegah dengan vaksinasi, namun nyatanya masih tersebar di seluruh dunia.

Jumlah yang paling mengejutkan
berasal dari Republik Demokratik Kongo (RDC), yang mendaftarkan total 250.270
kasus sampai dengan 17 November 2019, meningkat sebanyak 8.000 kasus dari
minggu sebelumnya. Selain itu, sekitar 5.100 kasus campak berujung kematian
juga turut dilaporkan terjadi di negara itu.

“Wabah campak yang terjadi di DRC
menjadi yang terbesar di seluruh dunia. Salah satu yang terbesar yang pernah
kita lihat,” ujar Kate O’Brien, Direktur Departemen Imunisasi WHO.

Baca Juga :  Strategi Cegah Kekurangan Gizi pada Anak Pasien Kanker

Di negara lain, yaitu di Chad,
Afrika, dilaporkan sudah terjadi sebanyak 25.596 kasus campak. Sampai dengan
tanggal 17 November 2019, disebut bahwa wabah campak telah ditemukan di 94
persen distrik negara itu.

“Saat ini, DRC tengah
melangsungkan vaksinasi, sementara Chad belum juga melakukannya,” ujarnya.

Di Brasil, tercatat sebanyak
11.887 kasus campak, yang sebagian besar dilaporkan berasal dari Sao Paulo. Dua
wabah di New York, Amerika Serikat, telah dinyatakan berakhir, namun who
mengatakan kasus lain bermunculan di seantero negeri. Sementara di Eropa,
khususnya Ukraina, jumlah kasus campaknya jauh melebihi negara lain, yaitu sekitar
56.802 kasus.

Laporan terbaru dari WHO itu
menunjukkan, bahwa meski imunisasi rutin sudah dilakukan, campak terus menyebar
secara global karena cakupan vaksinasi yang kurang optimal dan kesenjangan
imunitas populasi.

Baca Juga :  Malas Melepas Lensa Kontak Saat Mandi? Waspadai hal ini

WHO mencatat, adanya kenaikan
tajam jumlah kematian akibat campak. Salah satunya, di negara kepulauan Samoa.
Organisasi PBB menyalahkan penurunan tajam dalam tindakan imunisasi, akibat
kampanye menentang vaksinasi yang dinilai membuka jalan bagi terjadinya wabah
besar di negara itu.

Imunisasi campak dihentikan
selama beberapa bulan dan ketidakpercayaan publik meningkat setelah dua bayi di
Samoa diketahui meninggal, tidak lama setelah menerima suntikan imunisasi tahun
lalu. Hasil investigasi mengungkapkan bahwa vaksin yang disiapkan adalah vaksin
yang salah.

Sekitar 2.500 kasus campak telah
dilaporkan terjadi di negara berpenduduk sebanyak 200.000 itu. WHO melaporkan
bahwa 37 orang kini meningggal akibat campak di Samoa. (der/fin/kpc)

ORGANISASI Kesehatan Dunia di bawah naungan PBB (WHO) merilis
sebuah laporan terbaru yang mencatat terjadinya lonjakan kasus campak secara
global.

Laporan itu telah mencatat
440.200 kasus campak pada 5 November, jauh melampaui jumlah kasus campak yang
terjadi pada 2018, yakni 350.000 kasus. Penyakit mematikan ini sejatinya mudah
dicegah dengan vaksinasi, namun nyatanya masih tersebar di seluruh dunia.

Jumlah yang paling mengejutkan
berasal dari Republik Demokratik Kongo (RDC), yang mendaftarkan total 250.270
kasus sampai dengan 17 November 2019, meningkat sebanyak 8.000 kasus dari
minggu sebelumnya. Selain itu, sekitar 5.100 kasus campak berujung kematian
juga turut dilaporkan terjadi di negara itu.

“Wabah campak yang terjadi di DRC
menjadi yang terbesar di seluruh dunia. Salah satu yang terbesar yang pernah
kita lihat,” ujar Kate O’Brien, Direktur Departemen Imunisasi WHO.

Baca Juga :  Strategi Cegah Kekurangan Gizi pada Anak Pasien Kanker

Di negara lain, yaitu di Chad,
Afrika, dilaporkan sudah terjadi sebanyak 25.596 kasus campak. Sampai dengan
tanggal 17 November 2019, disebut bahwa wabah campak telah ditemukan di 94
persen distrik negara itu.

“Saat ini, DRC tengah
melangsungkan vaksinasi, sementara Chad belum juga melakukannya,” ujarnya.

Di Brasil, tercatat sebanyak
11.887 kasus campak, yang sebagian besar dilaporkan berasal dari Sao Paulo. Dua
wabah di New York, Amerika Serikat, telah dinyatakan berakhir, namun who
mengatakan kasus lain bermunculan di seantero negeri. Sementara di Eropa,
khususnya Ukraina, jumlah kasus campaknya jauh melebihi negara lain, yaitu sekitar
56.802 kasus.

Laporan terbaru dari WHO itu
menunjukkan, bahwa meski imunisasi rutin sudah dilakukan, campak terus menyebar
secara global karena cakupan vaksinasi yang kurang optimal dan kesenjangan
imunitas populasi.

Baca Juga :  Malas Melepas Lensa Kontak Saat Mandi? Waspadai hal ini

WHO mencatat, adanya kenaikan
tajam jumlah kematian akibat campak. Salah satunya, di negara kepulauan Samoa.
Organisasi PBB menyalahkan penurunan tajam dalam tindakan imunisasi, akibat
kampanye menentang vaksinasi yang dinilai membuka jalan bagi terjadinya wabah
besar di negara itu.

Imunisasi campak dihentikan
selama beberapa bulan dan ketidakpercayaan publik meningkat setelah dua bayi di
Samoa diketahui meninggal, tidak lama setelah menerima suntikan imunisasi tahun
lalu. Hasil investigasi mengungkapkan bahwa vaksin yang disiapkan adalah vaksin
yang salah.

Sekitar 2.500 kasus campak telah
dilaporkan terjadi di negara berpenduduk sebanyak 200.000 itu. WHO melaporkan
bahwa 37 orang kini meningggal akibat campak di Samoa. (der/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru