KEJADIAN wabah Covid-19 di Indonesia hingga hari tanggal 29 Mei
2020 telah menyebabkan kematian 1520 orang dari 25.216 orang yang dinyatakan
positif. Berbagai upaya pencegahan penularan dan tata laksana penyakit telah
dilakukan, namun pada saat ini angka kejadian Covid-19 masih terus meningkat.
Menurut dokter Wahyu Adhitya
Prawirasatra dari RSUD Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan, Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) telah melaksanakan upaya deteksi kasus pada anak secara
mandiri dan mendapatkan data bahwa hingga tanggal 18 Mei 2020 yakni 584 anak
terkonfirmasi positif Covid-19 dan 14 anak meninggal akibat Covid-19.
“Angka kesakitan dan kematian
anak akibat Covid-19 di Indonesia tinggi, sehingga tidak benar bahwa usia anak
tidak rentan terhadap Covid-19 atau hanya akan menderita sakit ringan saja,â€
kata Wahyu melalui rilisnya yang diterima kaltengpos.co.
Lulusan profesi dokter Universitas
Diponegoro itu menerangkan, banyak hal yang dilakukan dalam menangkal dan
melawan infeksi Covid-19, salah satunya yang paling mudah adalah berjemur. “Aktivitas
ini bisa dilakukan di depan rumah tanpa harus keluar dari rumah. Sinar matahari
merupakan salah satu yang bermanfaat di dalam metabolisme vitamin D,†ujarnya.
Vitamin D, jelas dia, sebagian
besar didapat dari sinar matahari dan makanan yang berfungsi sebagai
mineralisasi tulang, yakni membantu penyerapan kalsium di dalam tulang.
Selain itu, vitamin D juga
berfungsi sebagai sistem imunologi atau kekebalan tubuh. Suplementasi vitamin D
membantu membentuk sistem kekebalan, tidak hanya untuk penyakit Covid-19 saja,
tetapi semua penyakit infeksi dapat dilawan dengan sistem kekebalan yang
dibentuk salah satunya oleh vitamin D.
Salah satu sumber vitamin D
adalah sinar matahari, yakni sinar Ultraviolet tipe B (UVB).
Peraih predikat cumlaude profesi
dokter UNDIP ini menjelaskan, terdapat tiga tipe sinar Ultraviolet sinar matahari
yakni tipe A, B dan C.
Ultraviolet tipe C tidak sampai
ke bumi karena terhalang ozon. Ultraviolet tipe A yang didapatkan sepanjang
waktu. Sedangkan Ultraviolet tipe B didapatkan paling banyak pada tengah hari
(yakni jam 10 sampai jam 2 siang).
Meski demikian, imbuh Wahyu, perkumpulan
dokter anak Amerika (AAP) menyatakan, untuk bayi kurang dari 6 bulan harus
dicegah dari paparan sinar UV dan dianjurkan
terhindar dari sinar matahari, karena berisiko meningkatkan risiko
kanker kulit. Apalagi banyak ibu yang menjemur anaknya akibat kuning, padahal
panjang gelombang UVB hanya 300 nm, sedangkan panjang foto sinar yang biasanya
diberikan pada bayi kuning sebesar 400 nm. Sehingga kurang efektif menjemur
bayi pada bayi yang kuning.
Mengenai durasi dan frekuensi
waktu berjemur tidak ada rekomendasi dari AAP maupun IDAI.
Jika anak lebih dari 6 bulan
ingin dibawa berjemur, hendaknya menggunakan tabir surya minimal SPF 15,
digunakan 15-20 menit sebelum paparan dan ulangi pemakaian setiap 2 jam.
“Jika ingin berjemur sebaiknya
jam 10 dan 2 siang, karena banyak mengandung UVB. Sedangkan dibawah jam 10
lebih banyak mengandung UVA yang tidak mengandung sumber vitamin D,†ujarnya.
Jika takut berisiko untuk terkena
risiko kanker kulit, kata Wahyu lagi, vitamin D juga bisa didapat dari makanan
yakni susu, keju, ikan, ikan salmon, sarden dan margarin. “Tanpa harus berjemur
pun kita masih bisa mendapat vitamin D yang berasal dari makanan. Semoga
informasi ini dapat berguna dan menjadi pertimbangan para orang tua di tengah
pendemi Covid-19 ini,†pungkas penulis jurnal hubungan demam neutropenia dengan severitas indeks
infeksi dengue ini.