25.8 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Bisa Hambat Pertumbuhan Anak, Waspadai Galon Plastik dengan BPA

Ada
dua jenis kemasan galon isi ulang, yakni yang terbuat dari Polikarbonat yang
mengandung zat kimia sintetis biphenol-A atau BPA, dan kemasan galon sekali
pakai yang terbuat dari PET yang tidak mengandung BPA (BPA Free). Kendati sudah
ada larangan penggunaan galon plastik yang mengandung BPA, tapi penggunaan
galon plastik isi ulang dengan kandungan tersebut masih tinggi.

Hal
ini menjadi perhatian Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka
Sirait. Ia mengingatkan kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu agar berhati-hati
dalam memilih produk atau produk makanan dan minuman dengan kemasan plastik.

“Persoalan
plastik ini sebenarnya menjadi konsentrasi Komnas Perlindungan Anak sejak tiga
tahun silam. Dampaknya memang bukan hanya kesehatan. Tapi menghambat
pertumbuhan anak secara mental, dan intelektual,” papar Arist Merdeka Sirait
dalam siaran pers yang diterima JawaPos.com.

Arist
juga sempat mengingatkan kepada Badan POM untuk mengawasi produk yang dikemas
dengan kemasan plastik. Terutama pada kemasan galon air isi ulang. Pasalnya,
BPA mengandung racun yang berbahaya bagi anak-anak.

Untuk
diketahui, beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPA baik dalam bentuk aktif
maupun inaktif mampu menembus plasenta. BPA bebas yang telah menembus plasenta
dan mencapai fetus, kebanyakan tetap berada dalam bentuk aktifnya. Sedangkan
bila senyawa yang menembus plasenta adalah bentuk inaktifnya maka senyawa
tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA bentuk aktif.

Baca Juga :  Apakah Nutrisi dalam Susu Soya Setara dengan Susu Sapi?

Hasil
penelitian di atas menunjukkan, fetus mempunyai kemungkinan tertinggi terpapar
BPA melalui plasenta. Di dalam rahim, paparan estrogen pada waktu yang tidak
tepat dalam kadar yang melebihi atau kurang dari normal dapat menyebabkan efek
merugikan terhadap perkembangan berbagai organ dan sistem, termasuk sistem
reproduksi, perkembangan otak, kelenjar susu dan sistem imun. Jika rute
paparannya melalui pangan atau minuman yang tertelan, maka bayi mempunyai
kemungkinan untuk terpapar BPA dari pada kelompok umur lainnya.

“Komnas
Perlindungan anak merekomendasikan untuk menghentikan penggunaan kemasan yang
mengandung BPA. BPOM juga tidak bisa berbuat banyak kalau masyarakat tidak
diberi tahu,” ungkap Arist.

Hal
senada diungkapkan anggota DPR RI Komisis IX, Arzeti Bilbina Huzaimi.
Menurutnya, kemungkinan paparan BPA bisa melalui botol-botol plastik yang
dibawa anak-anak sekolah, juga dari air minum galon isi ulang yang ada di
sekolah.

“Apa
yang ingin kita lakukan adalah proses menjadi lebih baik. Jadi jangan sampai
apa yang kita ingin lakukan membuat produk menjadi baik saja. Tapi jadikanlah
produk itu menjadi sehat,” ungkap Arzeti.

Baca Juga :  Ancaman Osteoporosis Intai Perempuan, Cegah sejak dalam Kandungan

Arzeti
juga menyampaikan betapa buruk ancaman kepada anak-anak sekolah yang setiap
hari membawa botol plastik untuk kemudian diisi air di sekolah dari air galon
isi ulang.

“Anak-anak
sekolah butuh sekali minum. Semua anak-anak diwajibkan menggunakan air galon
isi ulang sebagai tempat pengisian air minum. Jadi memang ini yang langsung
harus ditarik. Pemerintah harus langsung memberi ultimatum agar semua menjadi
satu komando. Kepentingannya adalah untuk kesehatan anak-anak,” tandasnya.

Demi
mencegah bahaya terpapar BPA, Kementerian Kesehatan melalui akun Facebook sudah
memberikan tips agar aman dalam memilih air minum kemasan galon yang tidak
mengandung BPA. Cara memilihnya adalah hindari kemasan minum yang kode daur
ulangnya 3 atau 7, terutama botol minum untuk anak-anak.

Untuk
kemasan minum yang aman untuk digunakan adalah yang memiliki kode daur ulang
bernomor 2,4 yang terbuat dari polyethylene dan kode daur ulang 5 terbuat dari
polypropylene atau pilih kode daur ulang No.1 yang terbuat dari PET.

Selain
itu, cari kemasan plastik yang mencantumkan label BPA-free. Selalu pilih
kemasan minum yang transparan, bukannya berwarna atau buram (tak tembus cahaya)
meskipun terlihat lebih menarik.

Ada
dua jenis kemasan galon isi ulang, yakni yang terbuat dari Polikarbonat yang
mengandung zat kimia sintetis biphenol-A atau BPA, dan kemasan galon sekali
pakai yang terbuat dari PET yang tidak mengandung BPA (BPA Free). Kendati sudah
ada larangan penggunaan galon plastik yang mengandung BPA, tapi penggunaan
galon plastik isi ulang dengan kandungan tersebut masih tinggi.

Hal
ini menjadi perhatian Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka
Sirait. Ia mengingatkan kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu agar berhati-hati
dalam memilih produk atau produk makanan dan minuman dengan kemasan plastik.

“Persoalan
plastik ini sebenarnya menjadi konsentrasi Komnas Perlindungan Anak sejak tiga
tahun silam. Dampaknya memang bukan hanya kesehatan. Tapi menghambat
pertumbuhan anak secara mental, dan intelektual,” papar Arist Merdeka Sirait
dalam siaran pers yang diterima JawaPos.com.

Arist
juga sempat mengingatkan kepada Badan POM untuk mengawasi produk yang dikemas
dengan kemasan plastik. Terutama pada kemasan galon air isi ulang. Pasalnya,
BPA mengandung racun yang berbahaya bagi anak-anak.

Untuk
diketahui, beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPA baik dalam bentuk aktif
maupun inaktif mampu menembus plasenta. BPA bebas yang telah menembus plasenta
dan mencapai fetus, kebanyakan tetap berada dalam bentuk aktifnya. Sedangkan
bila senyawa yang menembus plasenta adalah bentuk inaktifnya maka senyawa
tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA bentuk aktif.

Baca Juga :  Apakah Nutrisi dalam Susu Soya Setara dengan Susu Sapi?

Hasil
penelitian di atas menunjukkan, fetus mempunyai kemungkinan tertinggi terpapar
BPA melalui plasenta. Di dalam rahim, paparan estrogen pada waktu yang tidak
tepat dalam kadar yang melebihi atau kurang dari normal dapat menyebabkan efek
merugikan terhadap perkembangan berbagai organ dan sistem, termasuk sistem
reproduksi, perkembangan otak, kelenjar susu dan sistem imun. Jika rute
paparannya melalui pangan atau minuman yang tertelan, maka bayi mempunyai
kemungkinan untuk terpapar BPA dari pada kelompok umur lainnya.

“Komnas
Perlindungan anak merekomendasikan untuk menghentikan penggunaan kemasan yang
mengandung BPA. BPOM juga tidak bisa berbuat banyak kalau masyarakat tidak
diberi tahu,” ungkap Arist.

Hal
senada diungkapkan anggota DPR RI Komisis IX, Arzeti Bilbina Huzaimi.
Menurutnya, kemungkinan paparan BPA bisa melalui botol-botol plastik yang
dibawa anak-anak sekolah, juga dari air minum galon isi ulang yang ada di
sekolah.

“Apa
yang ingin kita lakukan adalah proses menjadi lebih baik. Jadi jangan sampai
apa yang kita ingin lakukan membuat produk menjadi baik saja. Tapi jadikanlah
produk itu menjadi sehat,” ungkap Arzeti.

Baca Juga :  Ancaman Osteoporosis Intai Perempuan, Cegah sejak dalam Kandungan

Arzeti
juga menyampaikan betapa buruk ancaman kepada anak-anak sekolah yang setiap
hari membawa botol plastik untuk kemudian diisi air di sekolah dari air galon
isi ulang.

“Anak-anak
sekolah butuh sekali minum. Semua anak-anak diwajibkan menggunakan air galon
isi ulang sebagai tempat pengisian air minum. Jadi memang ini yang langsung
harus ditarik. Pemerintah harus langsung memberi ultimatum agar semua menjadi
satu komando. Kepentingannya adalah untuk kesehatan anak-anak,” tandasnya.

Demi
mencegah bahaya terpapar BPA, Kementerian Kesehatan melalui akun Facebook sudah
memberikan tips agar aman dalam memilih air minum kemasan galon yang tidak
mengandung BPA. Cara memilihnya adalah hindari kemasan minum yang kode daur
ulangnya 3 atau 7, terutama botol minum untuk anak-anak.

Untuk
kemasan minum yang aman untuk digunakan adalah yang memiliki kode daur ulang
bernomor 2,4 yang terbuat dari polyethylene dan kode daur ulang 5 terbuat dari
polypropylene atau pilih kode daur ulang No.1 yang terbuat dari PET.

Selain
itu, cari kemasan plastik yang mencantumkan label BPA-free. Selalu pilih
kemasan minum yang transparan, bukannya berwarna atau buram (tak tembus cahaya)
meskipun terlihat lebih menarik.

Terpopuler

Artikel Terbaru