29.6 C
Jakarta
Monday, December 9, 2024

Ancaman Osteoporosis Intai Perempuan, Cegah sejak dalam Kandungan

Osteoporosis
kerap dianggap kondisi normal yang akan dialami semua manusia bila sudah
memasuki usia lanjut. Padahal, faktanya, penyakit tersebut bisa menyerang semua
umur. Perempuan punya risiko lebih besar daripada laki-laki.

Osteoporosis
merupakan penurunan kualitas dan kepadatan tulang yang mengakibatkan tulang
gampang rapuh, bahkan patah. Penyakit itu menjadi salah satu ancaman nyata bagi
perempuan Indonesia.

Perhimpunan
Osteoporosis Indonesia (Perosi) mencatat, 90 persen perempuan di Indonesia mengalami
osteopenia yang berujung pada osteoporosis. Hanya ada sekitar 41,8 persen
laki-laki yang mengalami kondisi tersebut.

”Satu
banding tiga untuk perempuan, sedangkan laki-laki satu banding lima,” ujar
pakar gizi medik FKUI-RSCM Jakarta Prof Dr dr Saptawati Bardosono MSc. Sebab,
lanjut dia, masyarakat Indonesia umumnya hanya memenuhi sekitar 25 persen
kalsium setiap hari.

Dia
menjelaskan, perempuan memang berisiko empat kali lipat terkena osteoporosis
jika dibandingkan dengan laki-laki. Sebab, secara fisiologis perempuan
mengalami kehamilan, laktasi, dan menopause.

Fase-fase
itu mengakibatkan hilangnya hormon estrogen yang menjadi andalan menjaga
kesehatan tulang. Terlebih bila sudah mencapai usia 55 tahun. Tidak bisa
dimungkiri, keroposnya tulang manusia juga berkaitan dengan perubahan
metabolisme tubuh seiring dengan bertambahnya usia. Lebih dari itu, berat badan
yang kurang menjadi salah satu faktor osteoporosis.

Baca Juga :  5 Tips Memilih Skincare agar Dapat Hasil Maksimal

Osteoporosis
menyerang tulang manusia secara diam-diam dan mengakibatkan tubuh bungkuk hingga
mudah mengalami patah tulang. Yang paling dikhawatirkan, patahan itu terjadi
pada bagian tulang panggul. ”Kalau sudah terjadi, seseorang itu hanya bisa
tidur. Bahkan dapat mengakibatkan kematian,” ungkapnya.

Padahal,
papar Saptawati, osteoporosis bisa dicegah saat kita masih berada dalam
kandungan. Nutrisi ibu hamil bakal berpengaruh pada kepadatan tulang bayi
hingga dewasa. Saat lahir dan masa anak-anak, tulang akan tumbuh pesat sehingga
kebutuhan kalsiumnya juga meningkat.

Kemudian,
puncaknya adalah masa pubertas. Menurut dia, perkembangan dan kepadatan tulang
pada usia remaja mencapai 95 persen. Pertumbuhan tulang bakal berhenti saat
manusia berusia 30 tahun.

”Makanya,
30 tahun pertama itu masanya perempuan harus menabung massa tulang. Memenuhi kalsium
yang cukup. Sebab, usia itu puncaknya pertumbuhan,” terang dia.

Setelah
melewati usia tersebut, massa tulang akan berangsur-angsur menurun. Setidaknya
kehilangan sekitar 0,5 persen massa tulang jika sudah berusia 40 tahun.

Saat
itu pula tulang bakal memperbaiki kerusakan dengan sendirinya. Kondisi tersebut
bisa terjadi jika sejak awal tubuh kita cukup mineral, kalsium, protein, dan
jaringan ikat.

Baca Juga :  Kaum Muda yang Terjangkit Covid-19 Alami Kerusakan pada Sejumlah Organ

Saptawati
mengimbau masyarakat lebih aware dengan kesehatan tulang. Melihat faktor risiko
osteoporosis sejak dini. Yakni, mencukupi pemenuhan asupan kalsium dan vitamin
D. Suplementasi kalsium bisa ditambahkan. Selain itu, dewasa muda dapat
melakukan aktivitas fisik guna mengetahui bagian tulang mana saja yang perlu
diperbaiki.

DAMPAK
OSTEOPOROSIS

Mengakibatkan
badan bungkuk

Menghambat
mobilitas sehari-hari seperti duduk, berjalan, bergerak, dan lainnya

Merasakan
sakit pada tulang di sekujur tubuh yang mengakibatkan ketidaknyamanan

Tidak
lagi bisa mengurus diri sendiri seperti biasa

Bisa
memunculkan rasa cemas hingga depresi

TIP
AGAR TULANG SEHAT

Cukupi
asupan kalsium dan vitamin D setiap hari

Menjaga
berat badan yang ideal

Diet
nutrisi seimbang, termasuk asupan protein yang memadai

Latihan
menahan beban atau kegiatan yang membantu membangun massa tulang. Misalnya,
jalan kaki, lari, menari, serta latihan kekuatan.

Hindari
merokok, alkohol, serta konsumsi garam dan kafein berlebih

*Sumber:
Pakar gizi medik FKUI-RSCM Jakarta Prof Dr dr Saptawati Bardosono MSc

Osteoporosis
kerap dianggap kondisi normal yang akan dialami semua manusia bila sudah
memasuki usia lanjut. Padahal, faktanya, penyakit tersebut bisa menyerang semua
umur. Perempuan punya risiko lebih besar daripada laki-laki.

Osteoporosis
merupakan penurunan kualitas dan kepadatan tulang yang mengakibatkan tulang
gampang rapuh, bahkan patah. Penyakit itu menjadi salah satu ancaman nyata bagi
perempuan Indonesia.

Perhimpunan
Osteoporosis Indonesia (Perosi) mencatat, 90 persen perempuan di Indonesia mengalami
osteopenia yang berujung pada osteoporosis. Hanya ada sekitar 41,8 persen
laki-laki yang mengalami kondisi tersebut.

”Satu
banding tiga untuk perempuan, sedangkan laki-laki satu banding lima,” ujar
pakar gizi medik FKUI-RSCM Jakarta Prof Dr dr Saptawati Bardosono MSc. Sebab,
lanjut dia, masyarakat Indonesia umumnya hanya memenuhi sekitar 25 persen
kalsium setiap hari.

Dia
menjelaskan, perempuan memang berisiko empat kali lipat terkena osteoporosis
jika dibandingkan dengan laki-laki. Sebab, secara fisiologis perempuan
mengalami kehamilan, laktasi, dan menopause.

Fase-fase
itu mengakibatkan hilangnya hormon estrogen yang menjadi andalan menjaga
kesehatan tulang. Terlebih bila sudah mencapai usia 55 tahun. Tidak bisa
dimungkiri, keroposnya tulang manusia juga berkaitan dengan perubahan
metabolisme tubuh seiring dengan bertambahnya usia. Lebih dari itu, berat badan
yang kurang menjadi salah satu faktor osteoporosis.

Baca Juga :  5 Tips Memilih Skincare agar Dapat Hasil Maksimal

Osteoporosis
menyerang tulang manusia secara diam-diam dan mengakibatkan tubuh bungkuk hingga
mudah mengalami patah tulang. Yang paling dikhawatirkan, patahan itu terjadi
pada bagian tulang panggul. ”Kalau sudah terjadi, seseorang itu hanya bisa
tidur. Bahkan dapat mengakibatkan kematian,” ungkapnya.

Padahal,
papar Saptawati, osteoporosis bisa dicegah saat kita masih berada dalam
kandungan. Nutrisi ibu hamil bakal berpengaruh pada kepadatan tulang bayi
hingga dewasa. Saat lahir dan masa anak-anak, tulang akan tumbuh pesat sehingga
kebutuhan kalsiumnya juga meningkat.

Kemudian,
puncaknya adalah masa pubertas. Menurut dia, perkembangan dan kepadatan tulang
pada usia remaja mencapai 95 persen. Pertumbuhan tulang bakal berhenti saat
manusia berusia 30 tahun.

”Makanya,
30 tahun pertama itu masanya perempuan harus menabung massa tulang. Memenuhi kalsium
yang cukup. Sebab, usia itu puncaknya pertumbuhan,” terang dia.

Setelah
melewati usia tersebut, massa tulang akan berangsur-angsur menurun. Setidaknya
kehilangan sekitar 0,5 persen massa tulang jika sudah berusia 40 tahun.

Saat
itu pula tulang bakal memperbaiki kerusakan dengan sendirinya. Kondisi tersebut
bisa terjadi jika sejak awal tubuh kita cukup mineral, kalsium, protein, dan
jaringan ikat.

Baca Juga :  Kaum Muda yang Terjangkit Covid-19 Alami Kerusakan pada Sejumlah Organ

Saptawati
mengimbau masyarakat lebih aware dengan kesehatan tulang. Melihat faktor risiko
osteoporosis sejak dini. Yakni, mencukupi pemenuhan asupan kalsium dan vitamin
D. Suplementasi kalsium bisa ditambahkan. Selain itu, dewasa muda dapat
melakukan aktivitas fisik guna mengetahui bagian tulang mana saja yang perlu
diperbaiki.

DAMPAK
OSTEOPOROSIS

Mengakibatkan
badan bungkuk

Menghambat
mobilitas sehari-hari seperti duduk, berjalan, bergerak, dan lainnya

Merasakan
sakit pada tulang di sekujur tubuh yang mengakibatkan ketidaknyamanan

Tidak
lagi bisa mengurus diri sendiri seperti biasa

Bisa
memunculkan rasa cemas hingga depresi

TIP
AGAR TULANG SEHAT

Cukupi
asupan kalsium dan vitamin D setiap hari

Menjaga
berat badan yang ideal

Diet
nutrisi seimbang, termasuk asupan protein yang memadai

Latihan
menahan beban atau kegiatan yang membantu membangun massa tulang. Misalnya,
jalan kaki, lari, menari, serta latihan kekuatan.

Hindari
merokok, alkohol, serta konsumsi garam dan kafein berlebih

*Sumber:
Pakar gizi medik FKUI-RSCM Jakarta Prof Dr dr Saptawati Bardosono MSc

Terpopuler

Artikel Terbaru