28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Kenali NDMA pada Ranitidin, Disebut Dapat Memicu Kanker Hati

BADAN Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) menarik 5 jenis obat Ranitidin karena mengandung cemaran NDMA
sebagai karsinogen. Keputusan tersebut berdasarkan temuan US Food and Drug
Administration (US FDA) dan European Medicine Agency (EMA) tentang adanya
temuan cemaran NDMA dalam jumlah yang relatif kecil pada sampel produk yang
mengandung bahan aktif Ranitidin.

NDMA merupakan turunan zat Nitrosamin
yang dapat terbentuk secara alami. Studi global memutuskan nilai ambang batas
cemaran NDMA yang diperbolehkan adalah 96 ng/hari (acceptable daily intake).
Zat ini bersifat karsinogenik (memicu kanker) jika dikonsumsi di atas ambang
batas secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

Dokter Spesialis Penyakit
Dalam, Internist & Vaccinologis dari In Harmony Clinic, dr Kristoforus HD,
SpPD mengatakan NDMA dikategorikan sebagai suatu zat yang diduga dapat
menyebabkan kanker (karsinogen), berdasarkan riset di laboratorium. NDMA
ternyata juga bisa ditemukan dalam berbagai makanan yang jika dalam jumlah
kecil tidak berbahaya.

Baca Juga :  Bentengi dari Penyakit Berbahaya, Yuk Lengkapi Imunisasi Anak!

“Sebetulnya NDMA merupakan
cemaran (kontaminan) alami yang terdapat di berbagai makanan dan air, termasuk
di daging, produk susu, dan sayur-sayuran. Jadi dalam jumlah kecil sebetulnya
keberadaan NDMA ini masih wajar,” jelasnya kepada JawaPos.com, Selasa (8/10).

Hanya saja, kalau
terakumulasi, lanjut dr Kristoforus, penumpukan NDMA itu bisa makin banyak dan
akibatnya pun muncul. Nitrosamin sendiri bisa menyebabkan berbagai macam kanker
tergantung zat itu berada.

“Bisa di kerongkongan, lidah,
liver, pankreas, ginjal. Tapi, NDMA secara spesifik, bisa merusak hati dan
bahkan kanker hati,” ungkapnya.

NDMA digunakan dalam percobaan
laboratorium untuk merangsang terjadinya kanker pada tikus-tikus uji coba.
Menurutnya, konsumsi Ranitidin dalam jangka panjang dan terakumulasi, bisa saja
memicu terjadinya kanker.

“Rasanya (jangka pendek)
enggak sih ya, karena cemaran NDMA yang ada di Ranitidin hanya sedikit di atas
batas minimum harian yang boleh terpapar ke tubuh kita. Dalam jangka pendek,
harusnya enggak apa-apa. Tapi dalam jangka panjang, akumulasinya mungkin bisa
menyebabkan kanker,” tuturnya.

Baca Juga :  Lawan Lemak dengan Kafein

Maka para dokter akan
meresepkan obat lambung lainnya dengan efektivitas yang sama. Saat ini sudah
ada banyak, salah satu yg terkenal golongan penghambat pompa proton misalnya
Omeprazole. “Kalau pemberian Ranitidin terakumulasi jangka panjang, mungkin
bisa jadi masalah,” lanjutnya.

Lalu bagaimana jika pasien
selama ini sudah telanjur sering meminum obat itu sesuai resep dokter? Apakah
ada cara mendetoks NDMA dari dalam tubuh? “Setahu saya belum ada obat untuk
detoks NDMA, tapi saat ini tampaknya sedang diteliti para ahli. Apakah
probiotik dengan lactobacillus bisa mendetoksifikasi NDMA. Kita tunggu dan
ikuti petunjuk BPOM setelah dipelajari mereka,” pungkasnya. (jpc)

BADAN Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) menarik 5 jenis obat Ranitidin karena mengandung cemaran NDMA
sebagai karsinogen. Keputusan tersebut berdasarkan temuan US Food and Drug
Administration (US FDA) dan European Medicine Agency (EMA) tentang adanya
temuan cemaran NDMA dalam jumlah yang relatif kecil pada sampel produk yang
mengandung bahan aktif Ranitidin.

NDMA merupakan turunan zat Nitrosamin
yang dapat terbentuk secara alami. Studi global memutuskan nilai ambang batas
cemaran NDMA yang diperbolehkan adalah 96 ng/hari (acceptable daily intake).
Zat ini bersifat karsinogenik (memicu kanker) jika dikonsumsi di atas ambang
batas secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

Dokter Spesialis Penyakit
Dalam, Internist & Vaccinologis dari In Harmony Clinic, dr Kristoforus HD,
SpPD mengatakan NDMA dikategorikan sebagai suatu zat yang diduga dapat
menyebabkan kanker (karsinogen), berdasarkan riset di laboratorium. NDMA
ternyata juga bisa ditemukan dalam berbagai makanan yang jika dalam jumlah
kecil tidak berbahaya.

Baca Juga :  Bentengi dari Penyakit Berbahaya, Yuk Lengkapi Imunisasi Anak!

“Sebetulnya NDMA merupakan
cemaran (kontaminan) alami yang terdapat di berbagai makanan dan air, termasuk
di daging, produk susu, dan sayur-sayuran. Jadi dalam jumlah kecil sebetulnya
keberadaan NDMA ini masih wajar,” jelasnya kepada JawaPos.com, Selasa (8/10).

Hanya saja, kalau
terakumulasi, lanjut dr Kristoforus, penumpukan NDMA itu bisa makin banyak dan
akibatnya pun muncul. Nitrosamin sendiri bisa menyebabkan berbagai macam kanker
tergantung zat itu berada.

“Bisa di kerongkongan, lidah,
liver, pankreas, ginjal. Tapi, NDMA secara spesifik, bisa merusak hati dan
bahkan kanker hati,” ungkapnya.

NDMA digunakan dalam percobaan
laboratorium untuk merangsang terjadinya kanker pada tikus-tikus uji coba.
Menurutnya, konsumsi Ranitidin dalam jangka panjang dan terakumulasi, bisa saja
memicu terjadinya kanker.

“Rasanya (jangka pendek)
enggak sih ya, karena cemaran NDMA yang ada di Ranitidin hanya sedikit di atas
batas minimum harian yang boleh terpapar ke tubuh kita. Dalam jangka pendek,
harusnya enggak apa-apa. Tapi dalam jangka panjang, akumulasinya mungkin bisa
menyebabkan kanker,” tuturnya.

Baca Juga :  Lawan Lemak dengan Kafein

Maka para dokter akan
meresepkan obat lambung lainnya dengan efektivitas yang sama. Saat ini sudah
ada banyak, salah satu yg terkenal golongan penghambat pompa proton misalnya
Omeprazole. “Kalau pemberian Ranitidin terakumulasi jangka panjang, mungkin
bisa jadi masalah,” lanjutnya.

Lalu bagaimana jika pasien
selama ini sudah telanjur sering meminum obat itu sesuai resep dokter? Apakah
ada cara mendetoks NDMA dari dalam tubuh? “Setahu saya belum ada obat untuk
detoks NDMA, tapi saat ini tampaknya sedang diteliti para ahli. Apakah
probiotik dengan lactobacillus bisa mendetoksifikasi NDMA. Kita tunggu dan
ikuti petunjuk BPOM setelah dipelajari mereka,” pungkasnya. (jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru