26.1 C
Jakarta
Friday, April 19, 2024

Harga Rapid Test Produk Dalam Negeri Hanya Rp 75 Ribu

Indonesia
akhirnya memiliki alat rapid test inovasi dalam negeri. Namanya RI-GHA
Covid-19. Alat yang diluncurkan kemarin (9/7) itu diklaim memiliki akurasi
nyaris sempurna.

Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir
Effendy mengatakan, inovasi itu diharapkan mampu menjadi solusi atas pemenuhan
kebutuhan rapid test yang sangat mendesak.

Dengan
produk dalam negeri tersebut, Indonesia tak lagi bergantung pada produk luar.

Penggunaan
RI-GHA Covid-19 juga akan terus didorong. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan
bahwa regulasi yang berkaitan dengan belanja pemerintah lebih disederhanakan
sesuai kebutuhan saat ini. Selain itu, belanja pemerintah harus mengutamakan
produk-produk dalam negeri. Dengan begitu, belanja pemerintah di dalam negeri
akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Menurut
dia, perlu ada revolusi mental untuk bangga pada produk dalam negeri dan bisa
menggunakan secara penuh percaya diri. ’’Saya mohon, dengan kehadiran kepala
LKPP, upaya kita untuk menunaikan arahan presiden bisa betul-betul dilaksanakan
dengan baik,’’ ujarnya dalam peluncuran RI-GHA Covid-19 di kantor Kemenko PMK
kemarin.

Para
produsen dan peneliti juga diminta untuk tidak berhenti berinovasi. Sebab,
setiap produk pasti memiliki kekurangan dan menuntut penyempurnaan dari waktu
ke waktu.

Baca Juga :  Benarkah Teh Hijau Bisa Kurangi Lemak Tubuh?

Pada
kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan
Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan secara lebih
detail mengenai RI-GHA Covid-19. Alat itu buatan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) bersama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga,
Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Mataram. Alat tersebut terbilang
cepat dan praktis dalam penggunaannya. Hanya butuh waktu 15 menit untuk
mengetahui hasil deteksi.

Mantan
kepala Bappenas itu juga mengklaim bahwa alat buatan dalam negeri tersebut
terbilang baik dari segi akurasi dan reliabilitasnya. Hal itu sudah dibuktikan
melalui sejumlah pengujian yang dilakukan para peneliti.

Dia
mengatakan, RI-GHA Covid-19 sudah melalui uji validasi skala laboratorium
dengan hasil nilai sensitivitas untuk Immunoglobulin M-nya (IgM) 96,8 persen
dan Immunoglobulin G (IgG) sebesar 74 persen. Tes dilakukan melalui pengujian
pada 40 serum pasien positif dari Balitbangkes. Kemudian, tingkat spesifisitas
IgM 98 persen, bahkan spesifisitas IgG-nya 100 persen pada 100 koleksi serum.

Pengetesan
juga telah dilakukan di sejumlah rumah sakit. Menurut dia, sudah dilakukan uji
akurasi terhadap rapid test lokal tersebut. Sekitar 4 ribu kit sudah digunakan
di sejumlah rumah sakit di Jogjakarta, Solo, Semarang, dan Surabaya. Uji
lapangan dengan menggunakan sekitar 6 ribu kit pun dilakukan di sejumlah
puskesmas.

Baca Juga :  Ketahuilah, 7 Manfaat Mengonsumsi Sayuran Hijau untuk Kesehatan

’’Alat
uji ini tergolong fleksibel karena mampu mendeteksi OTG, ODP, PDP, dan
pasca-infeksi dengan menggunakan sampel serum, plasma, atau whole blood,’’
paparnya.

Produk
tersebut telah mendapat izin edar dari Kemenkes. Proses produksi dilakukan dua
mitra industri, yakni PT Hepatika Mataram dan PT Prodia Diagnostic Line. Dia
berharap akan lebih banyak industri yang tertarik untuk bergabung. Dengan
begitu, upaya pemenuhan rapid test untuk kebutuhan dalam negeri bisa tercapai.

Untuk
saat ini, rapid test tersebut hanya diproduksi sekitar 200 ribu. Ditargetkan
bakal naik dua kali lipat pada bulan depan. ’’Kami masih terus mencari mitra
industri tambahan sehingga produksinya nanti bisa menutup kebutuhan,’’ katanya.

Disinggung
soal harga, Bambang mengatakan sangat murah. Hanya Rp 75 ribu. Dengan harga
itu, tentu rumah sakit masih bisa menutupi biaya lainnya sehingga tak melampaui
batasan harga yang ditetapkan Kemenkes. ’’Aturan itu bukan monopoli. Memang kan
kita tidak pernah tahu harga sebenarnya berapa. Tapi, dibanderol di rumah sakit
sangat mahal,’’ ungkapnya.

Indonesia
akhirnya memiliki alat rapid test inovasi dalam negeri. Namanya RI-GHA
Covid-19. Alat yang diluncurkan kemarin (9/7) itu diklaim memiliki akurasi
nyaris sempurna.

Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir
Effendy mengatakan, inovasi itu diharapkan mampu menjadi solusi atas pemenuhan
kebutuhan rapid test yang sangat mendesak.

Dengan
produk dalam negeri tersebut, Indonesia tak lagi bergantung pada produk luar.

Penggunaan
RI-GHA Covid-19 juga akan terus didorong. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan
bahwa regulasi yang berkaitan dengan belanja pemerintah lebih disederhanakan
sesuai kebutuhan saat ini. Selain itu, belanja pemerintah harus mengutamakan
produk-produk dalam negeri. Dengan begitu, belanja pemerintah di dalam negeri
akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Menurut
dia, perlu ada revolusi mental untuk bangga pada produk dalam negeri dan bisa
menggunakan secara penuh percaya diri. ’’Saya mohon, dengan kehadiran kepala
LKPP, upaya kita untuk menunaikan arahan presiden bisa betul-betul dilaksanakan
dengan baik,’’ ujarnya dalam peluncuran RI-GHA Covid-19 di kantor Kemenko PMK
kemarin.

Para
produsen dan peneliti juga diminta untuk tidak berhenti berinovasi. Sebab,
setiap produk pasti memiliki kekurangan dan menuntut penyempurnaan dari waktu
ke waktu.

Baca Juga :  Benarkah Teh Hijau Bisa Kurangi Lemak Tubuh?

Pada
kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan
Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan secara lebih
detail mengenai RI-GHA Covid-19. Alat itu buatan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) bersama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga,
Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Mataram. Alat tersebut terbilang
cepat dan praktis dalam penggunaannya. Hanya butuh waktu 15 menit untuk
mengetahui hasil deteksi.

Mantan
kepala Bappenas itu juga mengklaim bahwa alat buatan dalam negeri tersebut
terbilang baik dari segi akurasi dan reliabilitasnya. Hal itu sudah dibuktikan
melalui sejumlah pengujian yang dilakukan para peneliti.

Dia
mengatakan, RI-GHA Covid-19 sudah melalui uji validasi skala laboratorium
dengan hasil nilai sensitivitas untuk Immunoglobulin M-nya (IgM) 96,8 persen
dan Immunoglobulin G (IgG) sebesar 74 persen. Tes dilakukan melalui pengujian
pada 40 serum pasien positif dari Balitbangkes. Kemudian, tingkat spesifisitas
IgM 98 persen, bahkan spesifisitas IgG-nya 100 persen pada 100 koleksi serum.

Pengetesan
juga telah dilakukan di sejumlah rumah sakit. Menurut dia, sudah dilakukan uji
akurasi terhadap rapid test lokal tersebut. Sekitar 4 ribu kit sudah digunakan
di sejumlah rumah sakit di Jogjakarta, Solo, Semarang, dan Surabaya. Uji
lapangan dengan menggunakan sekitar 6 ribu kit pun dilakukan di sejumlah
puskesmas.

Baca Juga :  Ketahuilah, 7 Manfaat Mengonsumsi Sayuran Hijau untuk Kesehatan

’’Alat
uji ini tergolong fleksibel karena mampu mendeteksi OTG, ODP, PDP, dan
pasca-infeksi dengan menggunakan sampel serum, plasma, atau whole blood,’’
paparnya.

Produk
tersebut telah mendapat izin edar dari Kemenkes. Proses produksi dilakukan dua
mitra industri, yakni PT Hepatika Mataram dan PT Prodia Diagnostic Line. Dia
berharap akan lebih banyak industri yang tertarik untuk bergabung. Dengan
begitu, upaya pemenuhan rapid test untuk kebutuhan dalam negeri bisa tercapai.

Untuk
saat ini, rapid test tersebut hanya diproduksi sekitar 200 ribu. Ditargetkan
bakal naik dua kali lipat pada bulan depan. ’’Kami masih terus mencari mitra
industri tambahan sehingga produksinya nanti bisa menutup kebutuhan,’’ katanya.

Disinggung
soal harga, Bambang mengatakan sangat murah. Hanya Rp 75 ribu. Dengan harga
itu, tentu rumah sakit masih bisa menutupi biaya lainnya sehingga tak melampaui
batasan harga yang ditetapkan Kemenkes. ’’Aturan itu bukan monopoli. Memang kan
kita tidak pernah tahu harga sebenarnya berapa. Tapi, dibanderol di rumah sakit
sangat mahal,’’ ungkapnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru