30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Kegunaan Ozon Pada Terapi Antimikroba dan Dekontaminasi Bahan Obat

 Ozon diproduksi
melalui teknologi plasma dengan bahan baku udara maupun oksigen. Pemanfaatan
ozon pada dosis yang tepat akan menjadikannya sebagai antioksidan alami, namun
pada konsentrasi tinggi ozon justru dapat menjadi racun bagi beberapa organisme
hidup.

Ozon (O3) adalah
molekul yang terdiri atas tiga atom oksigen yang tidak stabil. Tidak seperti
oksidator umumnya, ozon merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat (powerful
oxidizing agent) yang juga dapat sebagai non-chemical desinfectant. Ciri-ciri
dan spesifikasi ozon yaitu tidak beracun (non-toxic) dalam konsentrasi rendah,
ramah lingkungan, relatif tidak berbahaya, dan hampir serupa dengan oksigen.

Ozon mampu membunuh
mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, dan jamur. Aplikasi teknologi
ozon pada penanganan hasil pertanian mampu meluruhkan kontaminasi pestisida,
bakteri, dan logam berat yang menempel pada permukaan kulit sayuran dan
buah-buahan, sehingga aman dikonsumsi bagi kesehatan manusia.

Prof. Dr. Muhammad
Nur, DEA dari Universitas Diponegoro (UNDIP) telah membuat dan mengaplikasikan
produk inovasi berbasis teknologi plasma untuk pangan dan lingkungan. Aplikasi
dari teknologi itu kemudian dikembangkan oleh Dr. Suryani Dyah Astuti, M.Si.,
dari Departemen Fisika di Universitas Airlangga bersama tim dari ITS dan
Farmasi UNAIR (Nike Grevika, Putri S Puspita dan Derian Faridsa) memanfaatkan
ozon untuk meningkatkan efektivitas terapi fotodinamik dan
dekontaminasisimplisia (bahan alami yang digunakan sebagai obat).

“Teknologi plasma
merupakan produk inovasi dari UNDIP yang telah dimanfaatkan untuk pengawetan
produk pertanian hortikultura. Plasma merupakan gas yang terionisasi dalam
lucutan listrik atau dapat didefinisikan sebagai percampuran dari elektron,
radikal, ion positif, dan negatif. Salah satu produknya adalah ozon,” jelasnya.

“Pada tahun 2018 kami
mengadakan kunjungan ke teaching industry teknologi plasma di UNDIP. Hasil
diskusi dengan Pak Nur memberikan ide untuk memanfaatkan ozon hasil teknologi
plasma untuk meningkatkan efektivitas metode photodynamictherapy(PDT). Aplikasi
metode PDT merupakan salah satu contoh terapi yang digunakan pada bidang
kesehatan yaitu menyembuhkan luka karena infeksi mikroba. Selain itu, ozon juga
dapat digunakan untuk reduksi biofilm, sterilisasi dan dekontaminasi pada bahan
pangan dan obat,” tambahnya.

Baca Juga :  7 Cara Tepat Usir Lendir dari Dalam Dada

Pemanfaatan Ozon untuk
Kesehatan

Salah satu pemanfaatan teknologi ozon adalah untuk meningkatkan efektivitas
reduksi biofilm pada terapi fotodinamik antimikroba. Penyelidikan ini
menargetkan mikroorganisme dalam fase biofilm. Dr. Dyah menuturkan bahwa,
bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi kronis pada manusia umumnya mampu
membentuk biofilm.

“Biofilm merupakan
suatu komunitas sel mikroorganisme yang terstruktur, saling menempel dan
memproduksi matriks polimer yang mampu melekat pada permukaan biologis maupun
benda mati. Karakteristik biofilm adalah resistensinya terhadap
agenantibiotic,” terang Dyah.

“Terapi menggunakan
agen antibiotic pada umumnya hanya akan membunuh sel-sel mikroorganisme dalam
faseplanktonic (yang berenang-berenang di luar biofilm) sedang bentuk bakteri
yang tersusun rapat dalam biofilm akan tetap hidup dan berkembang serta akan
melepaskan sel-sel planktonic untuk kemudian berkembang kembali. Sehingga,
infeksi yang diderita akibat pertumbuhan mikroorganisme dalam fase biofilm
menjadi sulit untuk ditangani,” tambahnya.

Pada prinsipnya, PDT
menggunakan tiga bahan utama, yaitu cahaya, photosensitizer, dan oksigen. Ozon
yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi PDT ini diharapkan mampu
meningkatkan produksi oksigen saat terapi, karena lack of oxygen terjadi pada
dasar biofilm (tempat sel mikroorganisme berkumpul). Dengan tersedianya ozon
maka mekanisme fotosensitisasi akan terjadi.

Hasil penelitian
Aplikasi ozon untuk terapi fotodinamik memiliki 2 tahap penelitian, yakni pre
klinis (in vitro dan in vivo) dan klinis. Pada tahap in vitro, penelitian yang
dilakukan menggunakan ozon telah dipublikasikan di jurnal internasional Journal
of Biomedical Photonics. Karena ozon bersifat toksik pada konsentrasi tinggi,
maka pemberian konsentrasi perlu disesuaikan supaya aman untuk pasien saat
terapi.

Pada tahap in vivo,
ozon dipaparkan langsung pada hewan coba model luka dengan konsentrasi rendah.
Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa penggunaan ozon mampu meningkatkan
efektifitas reduksi biofilm sekitar 80 persen lebih tinggi jika dibandingkan
dengan menggunakan laser saja (60 persen). Sementara itu, pada tahap klinis,
metode itu diaplikasikan untuk penyembuhan luka yang disebabkan oleh infeksi
bakteri/biofilm. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas ozon dan PDT untuk
terapi luka infeksi.

Baca Juga :  Pentingnya Asupan Gizi agar Tidak Defisiensi dan Gangguan Kesehatan

Pemanfaatan Ozon untuk
dekontaminasi Simplisia

Dr. Dyah menambahkan, ozon juga dapat digunakan untuk dekontaminasi bahan-bahan
obat dan simplisia. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau
menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme.  Seperti diketahui banyak
masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi obat-obatan herbal. Penyucian dan
penyimpanan obat herbal yang kurang baik menyebabkan bahan tersebut mudah
dicemari oleh mikro organisme seperti bakteri, kapang, dan khamir, sehingga
tidak layak untuk dikonsumsi.

Penelitian itu bekerja
sama dengan Dr. Idha Kusumawati, M.Si dari Fakultas Farmasi UNAIR. Hasil
penelitian menunjukkan efektivitas ozon dosis 7 mg/l sebagai dekontaminan
simplisia buah cabe Jawa (Piper retrofractumVahl) dan ozon dosis 6 mg/l untuk
serbuk simplisia buah cabe Jawa dengan kemampuan reduksi ALT (Angka Lempeng
Total) dan AKK (Angka Kapang Khamir) sebesar 90 persen.

Dengan adanya riset
tersebut, Dr. Dyah berharap bisa menghasilkan karya-karya berbasis inovasi yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan kualitas yang baik dan harga yang
terjangkau.

“Di Indonesia,
dominasi alat kesehatan impor sangat besar. Pemerintah berupaya membatasi alkes
impor dan mensupport hilirisasi produk-produk alat kesehatan hasil inovasi
dalam negeri. Kita inginnya bisa membuat dan mengembangkan alat-alat kesehatan
dalam negeri dari komponen yang ada. Menurut saya inovasi juga dapat dimulai
dari hal sederhana dikembangkan lebih lanjut akan menghasilkan produk yang luar
biasa yg dapat dimanfaatkan masyarakat,” pungkasnya.(jpg)

 

 Ozon diproduksi
melalui teknologi plasma dengan bahan baku udara maupun oksigen. Pemanfaatan
ozon pada dosis yang tepat akan menjadikannya sebagai antioksidan alami, namun
pada konsentrasi tinggi ozon justru dapat menjadi racun bagi beberapa organisme
hidup.

Ozon (O3) adalah
molekul yang terdiri atas tiga atom oksigen yang tidak stabil. Tidak seperti
oksidator umumnya, ozon merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat (powerful
oxidizing agent) yang juga dapat sebagai non-chemical desinfectant. Ciri-ciri
dan spesifikasi ozon yaitu tidak beracun (non-toxic) dalam konsentrasi rendah,
ramah lingkungan, relatif tidak berbahaya, dan hampir serupa dengan oksigen.

Ozon mampu membunuh
mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, dan jamur. Aplikasi teknologi
ozon pada penanganan hasil pertanian mampu meluruhkan kontaminasi pestisida,
bakteri, dan logam berat yang menempel pada permukaan kulit sayuran dan
buah-buahan, sehingga aman dikonsumsi bagi kesehatan manusia.

Prof. Dr. Muhammad
Nur, DEA dari Universitas Diponegoro (UNDIP) telah membuat dan mengaplikasikan
produk inovasi berbasis teknologi plasma untuk pangan dan lingkungan. Aplikasi
dari teknologi itu kemudian dikembangkan oleh Dr. Suryani Dyah Astuti, M.Si.,
dari Departemen Fisika di Universitas Airlangga bersama tim dari ITS dan
Farmasi UNAIR (Nike Grevika, Putri S Puspita dan Derian Faridsa) memanfaatkan
ozon untuk meningkatkan efektivitas terapi fotodinamik dan
dekontaminasisimplisia (bahan alami yang digunakan sebagai obat).

“Teknologi plasma
merupakan produk inovasi dari UNDIP yang telah dimanfaatkan untuk pengawetan
produk pertanian hortikultura. Plasma merupakan gas yang terionisasi dalam
lucutan listrik atau dapat didefinisikan sebagai percampuran dari elektron,
radikal, ion positif, dan negatif. Salah satu produknya adalah ozon,” jelasnya.

“Pada tahun 2018 kami
mengadakan kunjungan ke teaching industry teknologi plasma di UNDIP. Hasil
diskusi dengan Pak Nur memberikan ide untuk memanfaatkan ozon hasil teknologi
plasma untuk meningkatkan efektivitas metode photodynamictherapy(PDT). Aplikasi
metode PDT merupakan salah satu contoh terapi yang digunakan pada bidang
kesehatan yaitu menyembuhkan luka karena infeksi mikroba. Selain itu, ozon juga
dapat digunakan untuk reduksi biofilm, sterilisasi dan dekontaminasi pada bahan
pangan dan obat,” tambahnya.

Baca Juga :  7 Cara Tepat Usir Lendir dari Dalam Dada

Pemanfaatan Ozon untuk
Kesehatan

Salah satu pemanfaatan teknologi ozon adalah untuk meningkatkan efektivitas
reduksi biofilm pada terapi fotodinamik antimikroba. Penyelidikan ini
menargetkan mikroorganisme dalam fase biofilm. Dr. Dyah menuturkan bahwa,
bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi kronis pada manusia umumnya mampu
membentuk biofilm.

“Biofilm merupakan
suatu komunitas sel mikroorganisme yang terstruktur, saling menempel dan
memproduksi matriks polimer yang mampu melekat pada permukaan biologis maupun
benda mati. Karakteristik biofilm adalah resistensinya terhadap
agenantibiotic,” terang Dyah.

“Terapi menggunakan
agen antibiotic pada umumnya hanya akan membunuh sel-sel mikroorganisme dalam
faseplanktonic (yang berenang-berenang di luar biofilm) sedang bentuk bakteri
yang tersusun rapat dalam biofilm akan tetap hidup dan berkembang serta akan
melepaskan sel-sel planktonic untuk kemudian berkembang kembali. Sehingga,
infeksi yang diderita akibat pertumbuhan mikroorganisme dalam fase biofilm
menjadi sulit untuk ditangani,” tambahnya.

Pada prinsipnya, PDT
menggunakan tiga bahan utama, yaitu cahaya, photosensitizer, dan oksigen. Ozon
yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi PDT ini diharapkan mampu
meningkatkan produksi oksigen saat terapi, karena lack of oxygen terjadi pada
dasar biofilm (tempat sel mikroorganisme berkumpul). Dengan tersedianya ozon
maka mekanisme fotosensitisasi akan terjadi.

Hasil penelitian
Aplikasi ozon untuk terapi fotodinamik memiliki 2 tahap penelitian, yakni pre
klinis (in vitro dan in vivo) dan klinis. Pada tahap in vitro, penelitian yang
dilakukan menggunakan ozon telah dipublikasikan di jurnal internasional Journal
of Biomedical Photonics. Karena ozon bersifat toksik pada konsentrasi tinggi,
maka pemberian konsentrasi perlu disesuaikan supaya aman untuk pasien saat
terapi.

Pada tahap in vivo,
ozon dipaparkan langsung pada hewan coba model luka dengan konsentrasi rendah.
Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa penggunaan ozon mampu meningkatkan
efektifitas reduksi biofilm sekitar 80 persen lebih tinggi jika dibandingkan
dengan menggunakan laser saja (60 persen). Sementara itu, pada tahap klinis,
metode itu diaplikasikan untuk penyembuhan luka yang disebabkan oleh infeksi
bakteri/biofilm. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas ozon dan PDT untuk
terapi luka infeksi.

Baca Juga :  Pentingnya Asupan Gizi agar Tidak Defisiensi dan Gangguan Kesehatan

Pemanfaatan Ozon untuk
dekontaminasi Simplisia

Dr. Dyah menambahkan, ozon juga dapat digunakan untuk dekontaminasi bahan-bahan
obat dan simplisia. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau
menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme.  Seperti diketahui banyak
masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi obat-obatan herbal. Penyucian dan
penyimpanan obat herbal yang kurang baik menyebabkan bahan tersebut mudah
dicemari oleh mikro organisme seperti bakteri, kapang, dan khamir, sehingga
tidak layak untuk dikonsumsi.

Penelitian itu bekerja
sama dengan Dr. Idha Kusumawati, M.Si dari Fakultas Farmasi UNAIR. Hasil
penelitian menunjukkan efektivitas ozon dosis 7 mg/l sebagai dekontaminan
simplisia buah cabe Jawa (Piper retrofractumVahl) dan ozon dosis 6 mg/l untuk
serbuk simplisia buah cabe Jawa dengan kemampuan reduksi ALT (Angka Lempeng
Total) dan AKK (Angka Kapang Khamir) sebesar 90 persen.

Dengan adanya riset
tersebut, Dr. Dyah berharap bisa menghasilkan karya-karya berbasis inovasi yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan kualitas yang baik dan harga yang
terjangkau.

“Di Indonesia,
dominasi alat kesehatan impor sangat besar. Pemerintah berupaya membatasi alkes
impor dan mensupport hilirisasi produk-produk alat kesehatan hasil inovasi
dalam negeri. Kita inginnya bisa membuat dan mengembangkan alat-alat kesehatan
dalam negeri dari komponen yang ada. Menurut saya inovasi juga dapat dimulai
dari hal sederhana dikembangkan lebih lanjut akan menghasilkan produk yang luar
biasa yg dapat dimanfaatkan masyarakat,” pungkasnya.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru