28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Tukang Pijat Tertua

AAN Abdurrachman adalah satu dari sekian banyak
tukang pijat yang membantu tim Indonesia di 
SEA
Games 2019
yang sedang berlangsung di Filipina saat ini. Dia sudah
berperan memulihkan performa atlet nasional Indonesia sejak 1997. Aan pun
disebut sebagai tukang pijat tertua dalam kontingen Indonesia di berbagai
event.

Aan, begitu ia disapa,
sudah melanglang buana ke luar negeri, mengikuti berbagai event olahraga.
“Saya sudah jadi tukang pijat sejak SEA Games 1997. Asian Games juga saya
ikut,” kata Aan di Jakarta, Kamis (28/11) lalu.

Sejak 1997 menekuni
profesi masseur, Aan tak pernah absen di berbagai ajang olahraga multievent
seperti SEA Games dan Asian Games. Tidak hanya itu, ia juga menjadi masseur
tetap di pelatnas modern pentathalon, judo dan karate.

Aan juga ikut bertolak ke SEA Games 2019 Filipina
pada 30 November mendatang. Aan pun menjadi masseur tertua, sekaligus yang
telah mengabdi paling lama di antara yang lainnya.

Baca Juga :  Tak Hanya Cantik, Juga Sarat Prestasi

Sebelum menjadi
masseur, Aan bercerita bahwa ia merupakan seorang sopir seorang dokter khusus
untuk Ketua KONI Pusat. Ia mengabdi di sana sejak 1993 hingga 1995.

Kemudian, ia ditawarkan
oleh dokter yang bernama Choim Sumadilaga untuk mempelajari ilmu pijat di Pusat
Kesehatan Olahraga (PKO) Kemenpora. “Iya, Dokter Choim menawarkan saya
buat belajar massage. Saya kan minat, terus dokternya juga mau sekolahin
saya,” ujar pria asal Bandung itu.

Ia mengatakan bahwa
untuk menjadi seorang masseur tidak bisa sembarang orang karena profesi tersebut
dibutuhkan ilmu yang mumpuni seperti ilmu anatomi tubuh. Selama setahun,
tepatnya pada 1995, Aan belajar soal ilmu memijat termasuk etika dan cara
menghadapi atlet.

“Saya belajar
anatomi tubuh, terus etika dan menghadapi atlet itu harus gimana supaya hati
mereka juga ikut enak gitu saat dipijat,” tuturnya.

Baca Juga :  Hubungan Memburuk ! Iwan Bule Bicara Hati ke Hati dengan Shin Tae

Selama menjadi masseur atlet nasional, Aan mengaku
tak melulu memijat atlet yang mengalami cedera. Ia justru lebih banyak diminta
memijat atlet saat sebelum dan sesudah pertandingan sebagai upaya relaksasi. Ia
juga sudah banyak mendampingi atlet yang kini sudah pensiun.

“Sudah banyak
atlet yang saya pijat. Ada Kresna Bayu (mantan atlet judo), Umar Syarif (mantan
atlet karate). Dan mereka sekarang sudah menjadi pelatih,” ungkap pria 66
tahun itu.

Aan pun mengatakan bahwa dia menikmati
pekerjaannya saat ini walaupun selama mengabdi, dia belum pernah mendapatkan
penghargaan apa pun. “Ya namanya juga masih bisa, ya saya lakukan saja.
Banyak juga yang bilang ‘wah Pak Aan hebat’. Yang membuat saya bertahan juga
karena kejujuran dan etika,” katanya. (jpnn/jpg)

AAN Abdurrachman adalah satu dari sekian banyak
tukang pijat yang membantu tim Indonesia di 
SEA
Games 2019
yang sedang berlangsung di Filipina saat ini. Dia sudah
berperan memulihkan performa atlet nasional Indonesia sejak 1997. Aan pun
disebut sebagai tukang pijat tertua dalam kontingen Indonesia di berbagai
event.

Aan, begitu ia disapa,
sudah melanglang buana ke luar negeri, mengikuti berbagai event olahraga.
“Saya sudah jadi tukang pijat sejak SEA Games 1997. Asian Games juga saya
ikut,” kata Aan di Jakarta, Kamis (28/11) lalu.

Sejak 1997 menekuni
profesi masseur, Aan tak pernah absen di berbagai ajang olahraga multievent
seperti SEA Games dan Asian Games. Tidak hanya itu, ia juga menjadi masseur
tetap di pelatnas modern pentathalon, judo dan karate.

Aan juga ikut bertolak ke SEA Games 2019 Filipina
pada 30 November mendatang. Aan pun menjadi masseur tertua, sekaligus yang
telah mengabdi paling lama di antara yang lainnya.

Baca Juga :  Tak Hanya Cantik, Juga Sarat Prestasi

Sebelum menjadi
masseur, Aan bercerita bahwa ia merupakan seorang sopir seorang dokter khusus
untuk Ketua KONI Pusat. Ia mengabdi di sana sejak 1993 hingga 1995.

Kemudian, ia ditawarkan
oleh dokter yang bernama Choim Sumadilaga untuk mempelajari ilmu pijat di Pusat
Kesehatan Olahraga (PKO) Kemenpora. “Iya, Dokter Choim menawarkan saya
buat belajar massage. Saya kan minat, terus dokternya juga mau sekolahin
saya,” ujar pria asal Bandung itu.

Ia mengatakan bahwa
untuk menjadi seorang masseur tidak bisa sembarang orang karena profesi tersebut
dibutuhkan ilmu yang mumpuni seperti ilmu anatomi tubuh. Selama setahun,
tepatnya pada 1995, Aan belajar soal ilmu memijat termasuk etika dan cara
menghadapi atlet.

“Saya belajar
anatomi tubuh, terus etika dan menghadapi atlet itu harus gimana supaya hati
mereka juga ikut enak gitu saat dipijat,” tuturnya.

Baca Juga :  Hubungan Memburuk ! Iwan Bule Bicara Hati ke Hati dengan Shin Tae

Selama menjadi masseur atlet nasional, Aan mengaku
tak melulu memijat atlet yang mengalami cedera. Ia justru lebih banyak diminta
memijat atlet saat sebelum dan sesudah pertandingan sebagai upaya relaksasi. Ia
juga sudah banyak mendampingi atlet yang kini sudah pensiun.

“Sudah banyak
atlet yang saya pijat. Ada Kresna Bayu (mantan atlet judo), Umar Syarif (mantan
atlet karate). Dan mereka sekarang sudah menjadi pelatih,” ungkap pria 66
tahun itu.

Aan pun mengatakan bahwa dia menikmati
pekerjaannya saat ini walaupun selama mengabdi, dia belum pernah mendapatkan
penghargaan apa pun. “Ya namanya juga masih bisa, ya saya lakukan saja.
Banyak juga yang bilang ‘wah Pak Aan hebat’. Yang membuat saya bertahan juga
karena kejujuran dan etika,” katanya. (jpnn/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru