31.8 C
Jakarta
Wednesday, April 16, 2025

Panahan Kantongi 2 Tiket ke Olimpiade Tokyo

INDONESIA menambah dua kuota atlet yang bakal tampil di Olimpiade
Tokyo 2020 dari cabang panahan. Hasil tersebut diraih dua pemanah nomor
recurve, Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunisa. Panahan menjadi cabor kedua
yang memastikan tempat setelah sprinter Lalu Muhammad Zohri menembus limit
Olimpiade dengan catatan waktu 10,03 detik.

Nasib peraih emas SEA Games 2017
nomor recurve mixed team itu bisa dibilang mujur. Bagaimana tidak, penampilan
keduanya dalam kejuaraan dunia yang diselenggarakan pada 1016 Juni di
s-Hertogenbosch, Belanda, gagal total. Nisa panggilan Diananda Choirunisa tidak
bisa melangkah lebih jauh dari babak kualifikasi. Sedangkan Ega hanya sampai
putaran kedua. Padahal, PP Perpani sudah memasang target tinggi agar keduanya
bisa mendapat tiket ke Olimpiade.

Keberhasilan Nisa dan Ega
mengamankan kuota Olimpiade itu tidak terlepas dari prestasi mereka finis di
tiga besar pada nomor recurve perorangan di Asian Games 2018. Saat itu Nisa
menjadi runner-up, sedangkan Ega membawa pulang perunggu. Hasil tersebut belum
bisa mengantar keduanya meraih tempat di Olimpiade. Hanya peraih emas yang
lolos. Sesuai dengan aturan kualifikasi, mereka masih harus menunggu sampai
hasil kejuaraan dunia keluar.

“Ternyata di kejuaraan ini
pemanah ranking di atas mereka mendapat tiket (Olimpiade) dari nomor beregu.
Jadi, otomatis mereka (Nisa dan Ega) medapat tiket itu untuk nomor perorangan,”
ujar Sekretaris Jenderal PP Perpani Rizal Bernadi ketika dihubungi kemarin
(14/6).

Baca Juga :  The Exceptional One Menuju Turin

Pada kejuaraan dunia kali ini,
negara yang menempati posisi delapan besar secara otomatis langsung lolos ke
Olimpiade 2020. Untuk tim, recurve putri meloloskan Korea Selatan (Korsel),
Taiwan, Inggris Raya, Tiongkok, Ukraina, Rusia, Jerman, dan Belarusia. Di tim
recurve putra ada Tiongkok, India, Korea, Belanda, Australia, Kazakhstan,
Taiwan, dan Inggris Raya.

Dalam ranking dunia, Nisa
menempati posisi ke-63. Di atasnya ada Malaysia dan Korea sehingga begitu Ki Bo
Bae dkk (Korsel) mendapat kuota untuk tim, Nisa memperoleh tiket untuk
perorangan. Begitu pula halnya dengan Ega yang berada di oeringkat ke-50
setelah Kazakhstan.

Tetapi, kebahagiaan itu tidak
bisa dibiarkan terlalu lama. Performa tim recurve Indonesia menurun jauh dan
tidak mampu bersaing dengan pemanah dunia. Itu bisa menjadi sinyal buruk untuk
Olimpiade nanti.

Rizal menjelaskan, ada tiga
faktor yang memengaruhi performa skuad Merah Putih. Pertama, persiapan sangat
kurang yang disebabkan pelatnas baru berjalan sekitar 1,5 bulan, ditambah
adanya beberapa atlet yang bergabung beberapa saat sebelum kejurdun. Lalu, iklim
antara Belanda dan Indonesia sangat berbeda, Akibatnya, atlet agak kesulitan
beradaptasi dengan angin. Faktor terakhir, seluruh peralatan memanah belum
lengkap 100 persen.

Baca Juga :  Valentino Rossi Positif COVID-19, Ini Gejala yang Dirasakan

Keterlambatan pencairan dana
pelatnas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga turut menjadi penyebabnya. Timnas
sempat mengalami kesulitan soal itu. “Sebab, prosedur pencairan dana yang rumit
baru terima last minute. Kami menjadi negara terakhir yang mendaftar dan nyaris
nggak bisa ikut. Itu memberikan dampak psikologis kepada atlet dan berpengaruh
terhadap penampilan mereka,” ucap Rizal.

Meski enggan berkomentar lebih
jauh, pelatih recurve Nur Fitriyana Saiman sepakat dengan yang diungkapkan
Rizal. Selama ini Indonesia tidak punya prestasi mencolok dalam Olimpiade. Pada
edisi 2016, pemanah Ika Yuliana Rochmawati berhasil tampil di Rio de Janeiro.
Tetapi, dia hanya sebagai peserta.

Satu-satunya prestasi panahan di
Olimpiade adalah meraih perak pada 1988 di Seoul, Korsel, dari nomor recurve
women team. Meski begitu, raihan tersebut merupakan tonggak sejarah bagi
olahraga Indonesia. Sebab, medali pertama Olimpiade yang diraih kontingen Merah
Putih berasal dari panahan. (feb/cak/ful/FIN/KPC)

INDONESIA menambah dua kuota atlet yang bakal tampil di Olimpiade
Tokyo 2020 dari cabang panahan. Hasil tersebut diraih dua pemanah nomor
recurve, Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunisa. Panahan menjadi cabor kedua
yang memastikan tempat setelah sprinter Lalu Muhammad Zohri menembus limit
Olimpiade dengan catatan waktu 10,03 detik.

Nasib peraih emas SEA Games 2017
nomor recurve mixed team itu bisa dibilang mujur. Bagaimana tidak, penampilan
keduanya dalam kejuaraan dunia yang diselenggarakan pada 1016 Juni di
s-Hertogenbosch, Belanda, gagal total. Nisa panggilan Diananda Choirunisa tidak
bisa melangkah lebih jauh dari babak kualifikasi. Sedangkan Ega hanya sampai
putaran kedua. Padahal, PP Perpani sudah memasang target tinggi agar keduanya
bisa mendapat tiket ke Olimpiade.

Keberhasilan Nisa dan Ega
mengamankan kuota Olimpiade itu tidak terlepas dari prestasi mereka finis di
tiga besar pada nomor recurve perorangan di Asian Games 2018. Saat itu Nisa
menjadi runner-up, sedangkan Ega membawa pulang perunggu. Hasil tersebut belum
bisa mengantar keduanya meraih tempat di Olimpiade. Hanya peraih emas yang
lolos. Sesuai dengan aturan kualifikasi, mereka masih harus menunggu sampai
hasil kejuaraan dunia keluar.

“Ternyata di kejuaraan ini
pemanah ranking di atas mereka mendapat tiket (Olimpiade) dari nomor beregu.
Jadi, otomatis mereka (Nisa dan Ega) medapat tiket itu untuk nomor perorangan,”
ujar Sekretaris Jenderal PP Perpani Rizal Bernadi ketika dihubungi kemarin
(14/6).

Baca Juga :  The Exceptional One Menuju Turin

Pada kejuaraan dunia kali ini,
negara yang menempati posisi delapan besar secara otomatis langsung lolos ke
Olimpiade 2020. Untuk tim, recurve putri meloloskan Korea Selatan (Korsel),
Taiwan, Inggris Raya, Tiongkok, Ukraina, Rusia, Jerman, dan Belarusia. Di tim
recurve putra ada Tiongkok, India, Korea, Belanda, Australia, Kazakhstan,
Taiwan, dan Inggris Raya.

Dalam ranking dunia, Nisa
menempati posisi ke-63. Di atasnya ada Malaysia dan Korea sehingga begitu Ki Bo
Bae dkk (Korsel) mendapat kuota untuk tim, Nisa memperoleh tiket untuk
perorangan. Begitu pula halnya dengan Ega yang berada di oeringkat ke-50
setelah Kazakhstan.

Tetapi, kebahagiaan itu tidak
bisa dibiarkan terlalu lama. Performa tim recurve Indonesia menurun jauh dan
tidak mampu bersaing dengan pemanah dunia. Itu bisa menjadi sinyal buruk untuk
Olimpiade nanti.

Rizal menjelaskan, ada tiga
faktor yang memengaruhi performa skuad Merah Putih. Pertama, persiapan sangat
kurang yang disebabkan pelatnas baru berjalan sekitar 1,5 bulan, ditambah
adanya beberapa atlet yang bergabung beberapa saat sebelum kejurdun. Lalu, iklim
antara Belanda dan Indonesia sangat berbeda, Akibatnya, atlet agak kesulitan
beradaptasi dengan angin. Faktor terakhir, seluruh peralatan memanah belum
lengkap 100 persen.

Baca Juga :  Valentino Rossi Positif COVID-19, Ini Gejala yang Dirasakan

Keterlambatan pencairan dana
pelatnas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga turut menjadi penyebabnya. Timnas
sempat mengalami kesulitan soal itu. “Sebab, prosedur pencairan dana yang rumit
baru terima last minute. Kami menjadi negara terakhir yang mendaftar dan nyaris
nggak bisa ikut. Itu memberikan dampak psikologis kepada atlet dan berpengaruh
terhadap penampilan mereka,” ucap Rizal.

Meski enggan berkomentar lebih
jauh, pelatih recurve Nur Fitriyana Saiman sepakat dengan yang diungkapkan
Rizal. Selama ini Indonesia tidak punya prestasi mencolok dalam Olimpiade. Pada
edisi 2016, pemanah Ika Yuliana Rochmawati berhasil tampil di Rio de Janeiro.
Tetapi, dia hanya sebagai peserta.

Satu-satunya prestasi panahan di
Olimpiade adalah meraih perak pada 1988 di Seoul, Korsel, dari nomor recurve
women team. Meski begitu, raihan tersebut merupakan tonggak sejarah bagi
olahraga Indonesia. Sebab, medali pertama Olimpiade yang diraih kontingen Merah
Putih berasal dari panahan. (feb/cak/ful/FIN/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru