28.9 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Juventus Lebih Superior

MILAN– Mampukah Sarrismo, gaya main ala
Maurizio Sarri, melepaskan kutukan runner up liga domestik? Itulah yang sudah
menggelayuti awal musim Sarri sebagai allenatore Juventus. Maklum, dengan
Sarrismo, Sarri tak pernah memenangi kompetisi domestik bersama Napoli atau
Chelsea.
Nah, kemarin WIB (7/10) Sarri pun menjawabnya. Di Giuseppe Meazza, Milan, dia
pun menunjukkan kalau Sarrismo miliknya lebih baik dari Contismo, gaya main ala
Antonio Conte di Inter Milan. La Vecchia Signora, julukan Juve, mengakhiri masa
bulan madu Conte bersama Inter dengan menang 2-1 (1-1).
Agresi deras Leonardo Bonucci dkk pun menjadikan mereka sebagai klub pertama
Serie A yang dua kali membobol gawang Samir Handanovic. Menyudahi 274 menit
clean sheet Inter dalam laga-laga home Serie A. ”Kami menguasai bola dengan
nyaman, dan tak merasa tertekan dengan serangan Inter,” klaim Bonucci, kepada
Sky Sport Italia.
Memang, baru Juve klub Serie A yang bisa membuat Inter tak berdaya dengan
kelebihan penguasaan bolanya. Biasanya, dengan ball possession lebih superior,
Inter mampu mendulang banyak gol. Begitu pula kemampuan transisi
menyerang-bertahannya. ”Dengan intensitas tinggi maka butuh kekuatan fisik.
Tapi benar, saat ada permainan seperti Inter ini maka ini yang harus kami
lakukan,” sambung Leo, sapaan akrabnya.
Intensitas passing dengan akurasi tinggi jadi kunci dalam Sarrismo ala Sarri.
Semasa dia di Chelsea, dia butuh waktu lama untuk menanamkan filosofi itu
kepada anak buahnya. Tapi, di Juve, dia hanya butuh dua bulan pertama. Satu hal
yang membuat dia belajar dari kesalahan itu. Salah satunya dengan mengubah
pakem formasinya.
Formasi 4-3-3 yang dia pakai dia Napoli, dia “paksakan” ke pemain Chelsea.
Kini, Sarri sudah sadar jika itu salah. Makanya, di Juve dia memakai 4-3-1-2.
Dilansir dari Football Italia,  Sarri
menyebut Juve sudah klop dengan filosofinya. ”Ketika passing-passing mengalir,
gol dan peluang gol akan datang dengan sendirinya. Hanya tim dengan kualitas
seperti itu yang mampu melakukannya (Sarrismo),” tutur Mister 33, julukan
Sarri.
Sekedar diketahui, Sarri dijuluki Mister 33 karena dia selalu menekankan dalam
tiap gol klub yang dia latih, butuh maksimal 33 kali operan. Kemarin, gol kedua
Juve yang dicetak oleh Gonzalo Higuain tercipta dari 24 kali passing. ”Tim ini
sudah membuat langkah penting. Untuk ke depannya, kami harus biasakan
menghilangkan naluri menyerang lawan. Sehingga kami pun bisa menguasai sampai
separo area lawan. Ini baru tahapan kami,” tambah Sarri.
Selain gol Pipita, julukan Higuain, dua attaccante Argentino lain juga menulis
namanya di papan skor. Paulo Dybala yang membuka keunggulan Juve pada menit
keempat. Lalu, menit ke-18 ganti Lautaro Martinez yang mencetak gol dari titik
putih. Dybala jadi penyebab gol dari Cristiano Ronaldo pada menit ke-41
dianulir. Sebab, saat memberi passing ke Ronaldo, pemain berjuluk La Joya itu
sudah terperangkap offside.
Dengan total 488 kali passing, akurasi pemain Juve lebih baik, 86 persen.
Sementara itu, Inter hanya 82 persen tingkat akurasi dari 510 kali operannya.
Dikutip La Gazzetta Dello Sport,  Conte
beralasan cedera Stefano Sensi pada menit ke-34 mempengaruhi performa anak
asuhnya. ”Tetapi, aku akui Juve lebih bisa menunjukkan kekuatan serangan
terbaiknya, plus pengalaman mereka dalam mengontrol laga seperti ini,” sebut
The Godfather, julukan Conte.
Conte masih konfiden dengan kiprahnya sebagai pengusik dominasi Juve musim ini.
Dia tetap berkilah, skuadnya masih hijau ketimbang Juve. ”Buktinya, saat
mereka menciptakan gol, kami juga bisa melakukannya. Statistik kami pun tak
berbeda jauh. Saat ini, jangan bandingkan kami dengan Juve. Tapi, dengan musim
masih panjang, kami bisa mencapai level itu,” sambung Conte. (ren/jpg)

Baca Juga :  Bonus Berlimpah bagi Peraih Medali Olimpiade

MILAN– Mampukah Sarrismo, gaya main ala
Maurizio Sarri, melepaskan kutukan runner up liga domestik? Itulah yang sudah
menggelayuti awal musim Sarri sebagai allenatore Juventus. Maklum, dengan
Sarrismo, Sarri tak pernah memenangi kompetisi domestik bersama Napoli atau
Chelsea.
Nah, kemarin WIB (7/10) Sarri pun menjawabnya. Di Giuseppe Meazza, Milan, dia
pun menunjukkan kalau Sarrismo miliknya lebih baik dari Contismo, gaya main ala
Antonio Conte di Inter Milan. La Vecchia Signora, julukan Juve, mengakhiri masa
bulan madu Conte bersama Inter dengan menang 2-1 (1-1).
Agresi deras Leonardo Bonucci dkk pun menjadikan mereka sebagai klub pertama
Serie A yang dua kali membobol gawang Samir Handanovic. Menyudahi 274 menit
clean sheet Inter dalam laga-laga home Serie A. ”Kami menguasai bola dengan
nyaman, dan tak merasa tertekan dengan serangan Inter,” klaim Bonucci, kepada
Sky Sport Italia.
Memang, baru Juve klub Serie A yang bisa membuat Inter tak berdaya dengan
kelebihan penguasaan bolanya. Biasanya, dengan ball possession lebih superior,
Inter mampu mendulang banyak gol. Begitu pula kemampuan transisi
menyerang-bertahannya. ”Dengan intensitas tinggi maka butuh kekuatan fisik.
Tapi benar, saat ada permainan seperti Inter ini maka ini yang harus kami
lakukan,” sambung Leo, sapaan akrabnya.
Intensitas passing dengan akurasi tinggi jadi kunci dalam Sarrismo ala Sarri.
Semasa dia di Chelsea, dia butuh waktu lama untuk menanamkan filosofi itu
kepada anak buahnya. Tapi, di Juve, dia hanya butuh dua bulan pertama. Satu hal
yang membuat dia belajar dari kesalahan itu. Salah satunya dengan mengubah
pakem formasinya.
Formasi 4-3-3 yang dia pakai dia Napoli, dia “paksakan” ke pemain Chelsea.
Kini, Sarri sudah sadar jika itu salah. Makanya, di Juve dia memakai 4-3-1-2.
Dilansir dari Football Italia,  Sarri
menyebut Juve sudah klop dengan filosofinya. ”Ketika passing-passing mengalir,
gol dan peluang gol akan datang dengan sendirinya. Hanya tim dengan kualitas
seperti itu yang mampu melakukannya (Sarrismo),” tutur Mister 33, julukan
Sarri.
Sekedar diketahui, Sarri dijuluki Mister 33 karena dia selalu menekankan dalam
tiap gol klub yang dia latih, butuh maksimal 33 kali operan. Kemarin, gol kedua
Juve yang dicetak oleh Gonzalo Higuain tercipta dari 24 kali passing. ”Tim ini
sudah membuat langkah penting. Untuk ke depannya, kami harus biasakan
menghilangkan naluri menyerang lawan. Sehingga kami pun bisa menguasai sampai
separo area lawan. Ini baru tahapan kami,” tambah Sarri.
Selain gol Pipita, julukan Higuain, dua attaccante Argentino lain juga menulis
namanya di papan skor. Paulo Dybala yang membuka keunggulan Juve pada menit
keempat. Lalu, menit ke-18 ganti Lautaro Martinez yang mencetak gol dari titik
putih. Dybala jadi penyebab gol dari Cristiano Ronaldo pada menit ke-41
dianulir. Sebab, saat memberi passing ke Ronaldo, pemain berjuluk La Joya itu
sudah terperangkap offside.
Dengan total 488 kali passing, akurasi pemain Juve lebih baik, 86 persen.
Sementara itu, Inter hanya 82 persen tingkat akurasi dari 510 kali operannya.
Dikutip La Gazzetta Dello Sport,  Conte
beralasan cedera Stefano Sensi pada menit ke-34 mempengaruhi performa anak
asuhnya. ”Tetapi, aku akui Juve lebih bisa menunjukkan kekuatan serangan
terbaiknya, plus pengalaman mereka dalam mengontrol laga seperti ini,” sebut
The Godfather, julukan Conte.
Conte masih konfiden dengan kiprahnya sebagai pengusik dominasi Juve musim ini.
Dia tetap berkilah, skuadnya masih hijau ketimbang Juve. ”Buktinya, saat
mereka menciptakan gol, kami juga bisa melakukannya. Statistik kami pun tak
berbeda jauh. Saat ini, jangan bandingkan kami dengan Juve. Tapi, dengan musim
masih panjang, kami bisa mencapai level itu,” sambung Conte. (ren/jpg)

Baca Juga :  Bonus Berlimpah bagi Peraih Medali Olimpiade

Terpopuler

Artikel Terbaru