33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Prabowo Masuk Kabinet: PDIP Tak Masalah, Relawan Kecewa

Tak ada kawan dan
lawan abadi dalam politik. Yang abadi hanyalah kepentingan. Prinsip politik itu
tampak pula dalam penyusunan kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Prabowo Subianto
yang pernah dua kali menjadi lawan Jokowi dalam pilpres kini masuk kabinet.

Dia disebut bakal
menduduki kursi menteri pertahanan. Prabowo mengaku menerima mandat langsung
dari Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta kemarin (21/10). ”Kami
diminta memperkuat kabinet beliau. Dan saya sudah sampaikan, jika diminta,
Partai Gerindra siap membantu. Kali ini resmi diminta dan kami siap membantu,”
tegas dia setelah bertemu Jokowi. Prabowo mengatakan bahwa dirinya diminta
membantu presiden di sektor pertahanan. ”Beliau izinkan untuk menyampaikan
bahwa saya diminta membantu di bidang pertahanan,” imbuhnya.

Bahkan, lanjut dia,
Jokowi telah memberikan sejumlah arahan terkait visi bidang pertahanan. Prabowo
siap menanggung tugas tersebut. ”Saya akan bekerja serius untuk mencapai sasaran-sasaran
yang dibutuhkan,” imbuhnya. Prabowo kemarin ditemani Wakil Ketua Umum Partai
Gerindra Edhy Prabowo. Edhy disebut bakal menduduki kursi menteri pertanian.
Namun, Prabowo enggan membocorkan posisi untuk Edhy. Menurut dia, kepastiannya
disampaikan pada Rabu besok (23/10). Namun, dia mengisyaratkan bahwa partainya
mendapat jatah dua menteri. ”Yang dipanggil dua, jadi berapa?” kata dia sebelum
beranjak pergi. Selama ini kans masuknya Edhy santer terdengar. Mantan ketua
Komisi IV DPR itu disebut-sebut bakal ditempatkan sebagai menteri pertanian.

PDI Perjuangan (PDIP)
menanggapi santai masuknya Prabowo di kabinet. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
mengatakan, sosok yang diundang Jokowi ke istana merupakan hasil pembahasan
bersama para ketua umum partai koalisi dengan presiden. ”Seluruh Ketum partai
sudah diajak bicara dan berdiskusi,” terang dia di Gado-Gado Boplo, Cikini,
Jakarta Pusat, kemarin. Namun, Jokowi juga punya hak prerogatif dalam menyusun
kabinet. Pihaknya menghormati nama yang ditetapkan Jokowi. Sebab, presidenlah
yang mengambil keputusan dan menentukan pergerakan kemajuan Indonesia ke depan.

Begitu juga soal
posisi menteri pertahanan yang akan dijabat Prabowo. Hasto mengatakan, tentu
Jokowi sudah memikirkannya secara matang. Hasto yakin masuknya Gerindra tidak
akan mengganggu soliditas koalisi. ”Karena semangat gotong royong inilah yang
sebenarnya menjadi jiwa bangsa,” ungkapnya.

Baca Juga :  Serius Maju, Bersaing Secara Sehat tanpa Harus Menghujat

Ketua Umum Arus Bawah
Jokowi Michael Umbas mengatakan, soal masuknya Gerindra ke koalisi sudah
disampaikan Jokowi saat bertemu relawan Minggu malam (20/10). ”Pak Jokowi
menyampaikan dengan bahasa halus, tapi relawan tidak diberi ruang untuk
bertanya kenapa,” tutur dia.

Menurut dia, para
relawan merasa gelisah dengan keputusan itu. Sebab, secara psikologis mereka
masih terbawa kerasnya persaingan pilpres. Sulit menerima lawan masuk kabinet.

Yang menjadi
pertanyaan relawan, adakah keuntungan politik lebih besar bagi Jokowi dengan
masuknya Gerindra? Apakah itu hanya semata-mata untuk rekonsiliasi? Pihaknya
ingin memastikan dalam pemerintahan Jokowi lima tahun ke depan tidak terjadi
hal-hal buruk. Yaitu, adanya pihak yang memanfaatkan kekuasaan atau membajak
pemerintahan.

Sebenarnya, kata dia,
yang ingin diketahui para relawan adalah alasan Jokowi mengajak Gerindra.
”Apakah bisa dipastikan tidak ada ancaman dalam pemerintahan lima tahun
mendatang,” ucapnya. Dia juga masih mempertanyakan sikap Prabowo yang sangat
menggebu-gebu ingin berkuasa, kemudian bersikap baik sekali terhadap Jokowi,
kemudian masuk koalisi dan meminta jatah menteri. Apakah hanya jatah menteri
yang diinginkan Prabowo?

Sikap Prabowo itu
masih menimbulkan tanda tanya. Sebab, menurut Umbas, Prabowo datang ingin masuk
koalisi, kemudian menyodorkan posisi menteri yang diinginkan. Berbeda jika dia
ingin masuk kabinet, kemudian menyerahkan keputusan posisi menteri ke Jokowi.
Apalagi, dia bukan anggota koalisi.

Umbas menegaskan,
sebagian besar relawan kecewa dengan keputusan masuknya Prabowo ke kabinet.
Namun, para relawan berprinsip, Jokowi-lah yang akan menjalani pemerintahan dan
yang lebih tahu susunan kabinet. ”Tapi, jangan sampai keputusan itu berdampak
buruk,” tegasnya.

Direktur Eksekutif
Indo Barometer M. Qodari mengatakan, tidak mengherankan jika Prabowo bergabung
dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf. Menurut dia, fenomena politik tersebut tidak
terlepas dari hubungan baik Prabowo dengan Jokowi selama ini. Plus kedekatan
Prabowo dengan Megawati Soekarnoputri (ketua umum PDIP) yang menjadi tokoh
kunci dalam koalisi Jokowi-Ma’ruf. ”Hubungan yang harmonis inilah yang membuat
Prabowo dan Gerindra lebih mudah diterima. Tentu Pak Jokowi juga sudah membuat
kalkulasi,” ujarnya.

Menurut Qodari,
Prabowo dan Jokowi sebetulnya tidak memiliki persoalan secara pribadi. Justru
keduanya merupakan sahabat dan mitra dalam berdemokrasi. Itu terlihat dari
intensitas pertemuan Jokowi dengan Prabowo. ”Jika bicara terkait kontestasi
Pilpres 2019, Jokowi-Prabowo ini adalah 50 persen lawan dan 50 persen kawan,”
ulasnya.

Baca Juga :  Surya Paloh Ingatkan Kader Nasdem agar Tahu Diri

Soal sikap Prabowo
yang siap menjadi menteri Jokowi, Qodari menilai ketua umum Gerindra tersebut
hendak membuktikan ide dan gagasan yang selama ini dimilikinya. Khususnya soal
kedaulatan pangan dan energi, swasembada air, serta membangun pertahanan negara
yang kuat.

Dia yakin Prabowo
adalah sosok mantan tentara yang sangat lapangan. ”Jadi, kalau ditanya mana
yang dipilih, saya yakin Prabowo akan memilih menteri pertahanan,” katanya.

Pakar komunikasi
politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengungkapkan, cara Jokowi
memanggil calon menteri bak audisi hanyalah persoalan gaya kepemimpinan.
”Jokowi kan sudah ngomong kemarin bahwa hari ini dia akan mulai memperkenalkan
calon menterinya,” terangnya saat berbincang dengan Jawa Pos kemarin.

Begitulah cara yang
dipilih Jokowi untuk memperkenalkan calon menterinya kepada publik. Menyuruh calon
menterinya masuk lewat akses yang mudah dijangkau awak media. Sebelum mereka
diperkenalkan secara resmi Rabu pagi. Hanya, perkenalan tak resmi kemarin cuma
sebatas publikasi calon-calon menteri. ”Kalau diperhatikan, nggak ada satu pun
dari mereka yang berani ngomong posisinya ada di mana,” lanjutnya.

Pun demikian Prabowo.
Dia tidak menyatakan secara lugas posisi yang akan ditempati. Hanya sempat
menyebut dimintai bantuan di bidang pertahanan. Sangat mungkin Jokowi melarang
mereka untuk berbicara soal posisi.

Cara tersebut, jelas
Hendri, agak mirip dengan 2014. Bedanya, jumlah calon menteri yang diundang ke
istana kala itu lebih banyak ketimbang saat ini. Bagi Hendri, yang menjadi
pertanyaan justru bukan soal menteri. Melainkan apakah calon wakil menteri dan kepala
badan juga akan diperkenalkan lewat metode yang sama.

Selain itu, sistem
mirip audisi menjadi cara Jokowi untuk mengetahui reaksi publik atas
calon-calon menterinya. ”Seperti biasa, Pak Jokowi kan senangnya testing
the water
,” ucapnya. Bila ada masalah, tentu publik akan bereaksi. Bukan
tidak mungkin, reaksi publik akan berpengaruh terhadap jadi tidaknya seseorang
diangkat sebagai menteri.(jpg)

Tak ada kawan dan
lawan abadi dalam politik. Yang abadi hanyalah kepentingan. Prinsip politik itu
tampak pula dalam penyusunan kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Prabowo Subianto
yang pernah dua kali menjadi lawan Jokowi dalam pilpres kini masuk kabinet.

Dia disebut bakal
menduduki kursi menteri pertahanan. Prabowo mengaku menerima mandat langsung
dari Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta kemarin (21/10). ”Kami
diminta memperkuat kabinet beliau. Dan saya sudah sampaikan, jika diminta,
Partai Gerindra siap membantu. Kali ini resmi diminta dan kami siap membantu,”
tegas dia setelah bertemu Jokowi. Prabowo mengatakan bahwa dirinya diminta
membantu presiden di sektor pertahanan. ”Beliau izinkan untuk menyampaikan
bahwa saya diminta membantu di bidang pertahanan,” imbuhnya.

Bahkan, lanjut dia,
Jokowi telah memberikan sejumlah arahan terkait visi bidang pertahanan. Prabowo
siap menanggung tugas tersebut. ”Saya akan bekerja serius untuk mencapai sasaran-sasaran
yang dibutuhkan,” imbuhnya. Prabowo kemarin ditemani Wakil Ketua Umum Partai
Gerindra Edhy Prabowo. Edhy disebut bakal menduduki kursi menteri pertanian.
Namun, Prabowo enggan membocorkan posisi untuk Edhy. Menurut dia, kepastiannya
disampaikan pada Rabu besok (23/10). Namun, dia mengisyaratkan bahwa partainya
mendapat jatah dua menteri. ”Yang dipanggil dua, jadi berapa?” kata dia sebelum
beranjak pergi. Selama ini kans masuknya Edhy santer terdengar. Mantan ketua
Komisi IV DPR itu disebut-sebut bakal ditempatkan sebagai menteri pertanian.

PDI Perjuangan (PDIP)
menanggapi santai masuknya Prabowo di kabinet. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
mengatakan, sosok yang diundang Jokowi ke istana merupakan hasil pembahasan
bersama para ketua umum partai koalisi dengan presiden. ”Seluruh Ketum partai
sudah diajak bicara dan berdiskusi,” terang dia di Gado-Gado Boplo, Cikini,
Jakarta Pusat, kemarin. Namun, Jokowi juga punya hak prerogatif dalam menyusun
kabinet. Pihaknya menghormati nama yang ditetapkan Jokowi. Sebab, presidenlah
yang mengambil keputusan dan menentukan pergerakan kemajuan Indonesia ke depan.

Begitu juga soal
posisi menteri pertahanan yang akan dijabat Prabowo. Hasto mengatakan, tentu
Jokowi sudah memikirkannya secara matang. Hasto yakin masuknya Gerindra tidak
akan mengganggu soliditas koalisi. ”Karena semangat gotong royong inilah yang
sebenarnya menjadi jiwa bangsa,” ungkapnya.

Baca Juga :  Serius Maju, Bersaing Secara Sehat tanpa Harus Menghujat

Ketua Umum Arus Bawah
Jokowi Michael Umbas mengatakan, soal masuknya Gerindra ke koalisi sudah
disampaikan Jokowi saat bertemu relawan Minggu malam (20/10). ”Pak Jokowi
menyampaikan dengan bahasa halus, tapi relawan tidak diberi ruang untuk
bertanya kenapa,” tutur dia.

Menurut dia, para
relawan merasa gelisah dengan keputusan itu. Sebab, secara psikologis mereka
masih terbawa kerasnya persaingan pilpres. Sulit menerima lawan masuk kabinet.

Yang menjadi
pertanyaan relawan, adakah keuntungan politik lebih besar bagi Jokowi dengan
masuknya Gerindra? Apakah itu hanya semata-mata untuk rekonsiliasi? Pihaknya
ingin memastikan dalam pemerintahan Jokowi lima tahun ke depan tidak terjadi
hal-hal buruk. Yaitu, adanya pihak yang memanfaatkan kekuasaan atau membajak
pemerintahan.

Sebenarnya, kata dia,
yang ingin diketahui para relawan adalah alasan Jokowi mengajak Gerindra.
”Apakah bisa dipastikan tidak ada ancaman dalam pemerintahan lima tahun
mendatang,” ucapnya. Dia juga masih mempertanyakan sikap Prabowo yang sangat
menggebu-gebu ingin berkuasa, kemudian bersikap baik sekali terhadap Jokowi,
kemudian masuk koalisi dan meminta jatah menteri. Apakah hanya jatah menteri
yang diinginkan Prabowo?

Sikap Prabowo itu
masih menimbulkan tanda tanya. Sebab, menurut Umbas, Prabowo datang ingin masuk
koalisi, kemudian menyodorkan posisi menteri yang diinginkan. Berbeda jika dia
ingin masuk kabinet, kemudian menyerahkan keputusan posisi menteri ke Jokowi.
Apalagi, dia bukan anggota koalisi.

Umbas menegaskan,
sebagian besar relawan kecewa dengan keputusan masuknya Prabowo ke kabinet.
Namun, para relawan berprinsip, Jokowi-lah yang akan menjalani pemerintahan dan
yang lebih tahu susunan kabinet. ”Tapi, jangan sampai keputusan itu berdampak
buruk,” tegasnya.

Direktur Eksekutif
Indo Barometer M. Qodari mengatakan, tidak mengherankan jika Prabowo bergabung
dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf. Menurut dia, fenomena politik tersebut tidak
terlepas dari hubungan baik Prabowo dengan Jokowi selama ini. Plus kedekatan
Prabowo dengan Megawati Soekarnoputri (ketua umum PDIP) yang menjadi tokoh
kunci dalam koalisi Jokowi-Ma’ruf. ”Hubungan yang harmonis inilah yang membuat
Prabowo dan Gerindra lebih mudah diterima. Tentu Pak Jokowi juga sudah membuat
kalkulasi,” ujarnya.

Menurut Qodari,
Prabowo dan Jokowi sebetulnya tidak memiliki persoalan secara pribadi. Justru
keduanya merupakan sahabat dan mitra dalam berdemokrasi. Itu terlihat dari
intensitas pertemuan Jokowi dengan Prabowo. ”Jika bicara terkait kontestasi
Pilpres 2019, Jokowi-Prabowo ini adalah 50 persen lawan dan 50 persen kawan,”
ulasnya.

Baca Juga :  Surya Paloh Ingatkan Kader Nasdem agar Tahu Diri

Soal sikap Prabowo
yang siap menjadi menteri Jokowi, Qodari menilai ketua umum Gerindra tersebut
hendak membuktikan ide dan gagasan yang selama ini dimilikinya. Khususnya soal
kedaulatan pangan dan energi, swasembada air, serta membangun pertahanan negara
yang kuat.

Dia yakin Prabowo
adalah sosok mantan tentara yang sangat lapangan. ”Jadi, kalau ditanya mana
yang dipilih, saya yakin Prabowo akan memilih menteri pertahanan,” katanya.

Pakar komunikasi
politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengungkapkan, cara Jokowi
memanggil calon menteri bak audisi hanyalah persoalan gaya kepemimpinan.
”Jokowi kan sudah ngomong kemarin bahwa hari ini dia akan mulai memperkenalkan
calon menterinya,” terangnya saat berbincang dengan Jawa Pos kemarin.

Begitulah cara yang
dipilih Jokowi untuk memperkenalkan calon menterinya kepada publik. Menyuruh calon
menterinya masuk lewat akses yang mudah dijangkau awak media. Sebelum mereka
diperkenalkan secara resmi Rabu pagi. Hanya, perkenalan tak resmi kemarin cuma
sebatas publikasi calon-calon menteri. ”Kalau diperhatikan, nggak ada satu pun
dari mereka yang berani ngomong posisinya ada di mana,” lanjutnya.

Pun demikian Prabowo.
Dia tidak menyatakan secara lugas posisi yang akan ditempati. Hanya sempat
menyebut dimintai bantuan di bidang pertahanan. Sangat mungkin Jokowi melarang
mereka untuk berbicara soal posisi.

Cara tersebut, jelas
Hendri, agak mirip dengan 2014. Bedanya, jumlah calon menteri yang diundang ke
istana kala itu lebih banyak ketimbang saat ini. Bagi Hendri, yang menjadi
pertanyaan justru bukan soal menteri. Melainkan apakah calon wakil menteri dan kepala
badan juga akan diperkenalkan lewat metode yang sama.

Selain itu, sistem
mirip audisi menjadi cara Jokowi untuk mengetahui reaksi publik atas
calon-calon menterinya. ”Seperti biasa, Pak Jokowi kan senangnya testing
the water
,” ucapnya. Bila ada masalah, tentu publik akan bereaksi. Bukan
tidak mungkin, reaksi publik akan berpengaruh terhadap jadi tidaknya seseorang
diangkat sebagai menteri.(jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru