PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO– Anggota Komisi III DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Tengah (Kalteng) H Agustiar Sabran Skom. mengatakan, solidaritas bangsa merupakan modal besar untuk menapaki tahun yang akan datang.
“Tahun 2023 telah ditinggalkan dan jejak pertama tahun 2024 mulai kita jalani bersama. Perjalanan baru dan sejumlah harapan serta optimisme membuat kita tidak menjadi tertunduk menatap tahun 2024,” kata H Agustiar Sabran kepada Kalteng Pos (Grup prokalteng.co), Kamis (18/1).
Dalam menghadapi situasi saat ini, maka perlu untuk terus meningkatkan optimisme dan kreativitas, sehingga tetap menjadi energi positif dalam membangun bangsa dan daerah. Ditambahkan Ketua Umum Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng tersebut, inovasi dan kreativitas tidak boleh berhenti untuk dihasilkan dan dikembangkan. Meningkatkan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah tantangan agar bisa lepas melesat menjadi negara yang terus bersaing dengan negara lainnya.
“Investasi pada sektor pendidikan dan pengembangan SDM handal harus terus dilakukan tanpa henti. Kemajuan teknologi digitalisasi terus berkembang dan harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kreativitas dan optimisme untuk mewujudkan mimpi yang masih tertunda,” ucapnya.
Tahun 2024 ini juga memberikan optimisme yang tinggi. Pemerintah terus mengupayakan peningkatan dan pertumbuhan ekonomi melalui inovasi dan kreativitas, sehingga bangsa dan negara tetap sejahtera. Politikus PDIP tersebut mengajak semua pihak, baik pemerintah, unsur forkopimda, masyarakat, dan pihak lainnya untuk tetap fokus bekerja keras, berinovasi, dan berkreasi, serta bergandengan tangan dan bahu-membahu dalam semangat NKRI dan Huma Betang dalam solidaritas tanpa berhenti.
“Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika dan Isen Mulang maka diyakini semua persoalan dapat dituntaskan secara bersama. Persatuan dan kesatuan harus terus dipupuk dan ditumbuhkembangkan kapanpun dan di manapun,” tegasnya.
Ditambahkannya, arus globalisasi berpengaruh pada kehidupan masyarakat dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, kebudayaan, dan lainnya. Pengaruh tersebut dapat membawa nilai positif dan negatif. Dampak negatif dari globalisasi seperti rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, kebudayaan, dan lainnya.
Terutama generasi muda yang cenderung terbawa arus globalisasi. Globalisasi juga dapat menimbulkan hilangnya budaya asli, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, hilangnya kepercayaan diri. Budaya barat diterima begitu saja oleh masyarakat khususnya generasi muda, sehingga mudah terpengaruh dan lupa akan kebudayaan sendiri. Globalisasi telah merasuki berbagai nilai-nilai sosial dan budaya timur.
Karena itu H Agustiar mengajak masyarakat berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing dan budaya bangsa pada umumnya. Menyeleksi berbagai informasi dan hiburan agar tidak menimbulkan pergeseran tradisi dan budaya.
“Tidak mudah terjebak dalam pengaruh narkotika, hoaks, radikalisme, dan hal lainnya yang dapat menimbulkan turunnya optimisme dan kreativitas masyarakat, khususnya pemuda sebagai generasi penerus bangsa,” ucapnya. (nue/kpg)