26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

TEGAS! Prabowo Ingin Bawa Indonesia Jadi Negara Industri yang Berkembang

Jalani masa kampanye, calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menegaskan kembali komitmennya yakni ingin membawa Indonesia menjadi negara industri yang berkembang.

Dalam sebuah orasi politiknya pada kegiatan doa bersama 2000 kiai se-Banten di Lebak, Banten, Minggu (3/12), Menteri Pertahanan itu mengungkapkan jika tidak ingin Indonesia sekedar menjadi negara pasar.

 

“Kita sudah punya rencana, kita sudah punya kajian, kita sudah punya peta di depan yang kita beri nama pohon industri. Indonesia ingin jadi negara industri, kita tidak mau jadi negara pasar untuk barang-barang lain,” ungkap Prabowo.

Menurutnya, Indonesia adalah negara dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, di antaranya batu bara, nikel, dan kelapa sawit.Menyadari potensi tersebut, Prabowo meyakini bahwa pemanfaatan SDA secara optimal dapat menjadi pilar utama untuk mendorong pertumbuhan industri di Indonesia.

Politikus yang saat ini mendapat julukan Gemoy tersebut, menilai bahwa keberadaan batubara sebagai sumber energi, nikel untuk industri logam, dan kelapa sawit sebagai komoditas yang dibutuhkan industri pangan dan energi, dapat memberikan landasan yang kuat untuk mengembangkan sektor industri dengan mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada.

Baca Juga :  Cawapres Gibran Jadi Simbol dan Representasi Anak-Anak Muda Indonesia

“Batu bara, nikel, kelapa sawit, semua ada. Sebenarnya ini yang disebut pohon industri kalau diolah, harganya akan naik, kita akan jadi negara industri,” jelasnya, seperti yang dikutip dari Ant (4/12).

Ketua Umum Partai Gerindra itu memberi contoh kasus nikel yang bisa menjadi cermin kebijakan strategis bagi Indonesia.Sebelumnya, pada tahun 2017, nikel diekspor sebagai bahan mentah, dan berhasil menyumbang penghasilan sekitar 3,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp50 triliun.

Namun, pada tahun 2020, Presiden Jokowi mengeluarkan larangan ekspor nikel mentah, yang kemudian mewajibkan pengolahan di dalam negeri.Hasilnya, setelah kebijakan tersebut diterapkan, penerimaan dari sektor nikel melonjak drastis menjadi 33,8 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan sepuluh kali lipat atau 1000 persen.

Baca Juga :  Cak Imin Klaim Ingin Perubahan Jilid II Terealisasi

Selain itu, Prabowo juga berkomitmen akan meningkatkan kecerdasan anak-anak generasi bangsa sehingga bisa menjadi SDM yang unggul dan berdaya saing di level global dengan pendidikan yang memadai.

“Anak-anak kita harus kuat, harus pintar. Ibu-ibu yang hamil pun akan kita memberi dukungan gizi karena mereka adalah yang mengandung anak-anak Indonesia. Kita sekarang tidak mau lagi ada anak Indonesia yang kekurangan gizi, stunting, tidak boleh ada lagi istilah itu di bumi Indonesia,” ujar Prabowo.

Prabowo mengungkapkan harapannya agar Indonesia tidak hanya menjadi pemain utama dalam ekspor bahan mentah, tetapi juga mampu menciptakan produk bernilai tambah tinggi seperti menciptakan motor, mobil, pesawat terbang, kapal, dan perangkat elektronik.

Pria kelahiran 1951 tersebut mengaku optimistis bahwa transformasi itu akan menjadi kunci untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing negara serta menciptakan lapangan kerja, teknologi, dan memberikan nilai tambah bagi produk domestik.(jpc/ind)

Jalani masa kampanye, calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menegaskan kembali komitmennya yakni ingin membawa Indonesia menjadi negara industri yang berkembang.

Dalam sebuah orasi politiknya pada kegiatan doa bersama 2000 kiai se-Banten di Lebak, Banten, Minggu (3/12), Menteri Pertahanan itu mengungkapkan jika tidak ingin Indonesia sekedar menjadi negara pasar.

 

“Kita sudah punya rencana, kita sudah punya kajian, kita sudah punya peta di depan yang kita beri nama pohon industri. Indonesia ingin jadi negara industri, kita tidak mau jadi negara pasar untuk barang-barang lain,” ungkap Prabowo.

Menurutnya, Indonesia adalah negara dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, di antaranya batu bara, nikel, dan kelapa sawit.Menyadari potensi tersebut, Prabowo meyakini bahwa pemanfaatan SDA secara optimal dapat menjadi pilar utama untuk mendorong pertumbuhan industri di Indonesia.

Politikus yang saat ini mendapat julukan Gemoy tersebut, menilai bahwa keberadaan batubara sebagai sumber energi, nikel untuk industri logam, dan kelapa sawit sebagai komoditas yang dibutuhkan industri pangan dan energi, dapat memberikan landasan yang kuat untuk mengembangkan sektor industri dengan mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada.

Baca Juga :  Cawapres Gibran Jadi Simbol dan Representasi Anak-Anak Muda Indonesia

“Batu bara, nikel, kelapa sawit, semua ada. Sebenarnya ini yang disebut pohon industri kalau diolah, harganya akan naik, kita akan jadi negara industri,” jelasnya, seperti yang dikutip dari Ant (4/12).

Ketua Umum Partai Gerindra itu memberi contoh kasus nikel yang bisa menjadi cermin kebijakan strategis bagi Indonesia.Sebelumnya, pada tahun 2017, nikel diekspor sebagai bahan mentah, dan berhasil menyumbang penghasilan sekitar 3,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp50 triliun.

Namun, pada tahun 2020, Presiden Jokowi mengeluarkan larangan ekspor nikel mentah, yang kemudian mewajibkan pengolahan di dalam negeri.Hasilnya, setelah kebijakan tersebut diterapkan, penerimaan dari sektor nikel melonjak drastis menjadi 33,8 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan sepuluh kali lipat atau 1000 persen.

Baca Juga :  Cak Imin Klaim Ingin Perubahan Jilid II Terealisasi

Selain itu, Prabowo juga berkomitmen akan meningkatkan kecerdasan anak-anak generasi bangsa sehingga bisa menjadi SDM yang unggul dan berdaya saing di level global dengan pendidikan yang memadai.

“Anak-anak kita harus kuat, harus pintar. Ibu-ibu yang hamil pun akan kita memberi dukungan gizi karena mereka adalah yang mengandung anak-anak Indonesia. Kita sekarang tidak mau lagi ada anak Indonesia yang kekurangan gizi, stunting, tidak boleh ada lagi istilah itu di bumi Indonesia,” ujar Prabowo.

Prabowo mengungkapkan harapannya agar Indonesia tidak hanya menjadi pemain utama dalam ekspor bahan mentah, tetapi juga mampu menciptakan produk bernilai tambah tinggi seperti menciptakan motor, mobil, pesawat terbang, kapal, dan perangkat elektronik.

Pria kelahiran 1951 tersebut mengaku optimistis bahwa transformasi itu akan menjadi kunci untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing negara serta menciptakan lapangan kerja, teknologi, dan memberikan nilai tambah bagi produk domestik.(jpc/ind)

Terpopuler

Artikel Terbaru