26.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Perkuat Rupiah, BI Gelontorkan Rp100 Triliun

JAKARTA – Penyebaran virus corona bukan hanya melemahkan daya tahan
tubuh manusia, tetapi juga menggerogoti sektor keuangan global, termasuk
Indonesia. Hal ini tercermin Rupiah yang terus mengalami pelemahan, dan juga
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian tertekan berada di zona merah.

Nilai tukar Dolar Amerika Serikat
(AS) terhadap Rupiah hingga Jumat (28/2) sore tembus ke level Rp14.317.
Padahal, sehari sebelumnya di level Rp14.025.

Sementara, IHSG pada penutupan
perdagangan pada pekan ini, melemah 82,99 poin atau 1,50 persen ke posisi
5.452,70. Di penutupan sebelumnya, IHSG ditutup pada posisi 5.535,69

Oleh karenanya, untuk memperkuat
sektor keuangan di Tanah Air, Bank Indonesia (BI) melakukan tiga kebijakan
baru, yakni melakukan intervensi pada Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan
transaksi lindung nilai atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

Gubernur Bank Indonesia (BI)
Perry Warjiyo mengatakan, BI sejak awal 2020 telah memborong SBN di pasar
sekunder sebesar Rp100 triliun.

“Jadi SBN yang dilepas investor
asing, kami beli lagi. Termasuk perbankan dalam negeri juga beli SBN yang
dilepas oleh asing. Sejak awal tahun secara keseluruhan kami sudah beli Rp 100
triliun di pasar sekunder,” kata Perry di Jakarta, Jumat (28/2).

Baca Juga :  Honda Vario 160 dan Genio Kena Promo, Beli Sekarang Jangan Lewatkan

Adapun sebanyak Rp78 triliun,
kata dia, merupakan upaya untuk pertahanan saat virus corona yang menyebar ke
berbagai negara. Hal itu menyebabkan imbal hasil atau yield SBN meningkat dari
6,56 persen menjadi 6,95 persen.

Dia mengungkapan, sejak awal
tahun, Rupiah telah melemah 1,08 persen (ytd). Menurutnya, pelemahan ini masih
lebih baik dibandingkan negara lainnya.

“Negara lain relatif lebih
rendah. Won Korea melemah 5,07 persen (ytd), Baht Thailand melemah 6,42 persen
(ytd), Singapore Dolar melemah 3,76 persen (ytd), Ringgit Malaysia melemah 2,91
persen (ytd),” ujar dia.

Upaya lainnya, BI juga tidak lupa
untuk berkoordinasi dengan pemerintah untuk menaga stabilitas dan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasioanl. Dia meyakini, pada April ke depan akan ada
pemulihan ekonomi nasional.

BI juga melakukan stimulasi untuk
ekonomi, penurunan suku bunga, relaksasi kebijakan makroprudensial khususnya
rasio intermediasi makroprudensial. “Kami mempercepat elektronifikasi bansos
untuk transportasi, kemudian transaksi pemerintah ke daerah,” ujar dia.

Lanjut dia, BI akan memajukan
event nasional dan internasional yang seharusnya diselenggarakan pada semester
II menjadi kuartal I dan II. “Ada kurang lebih 10 event nasional dan
internasional kami lakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah mendorong
pariwisata dalam negeri,” imbuh dia.

Baca Juga :  Digital Banking Dorong Fee Based Income BRI Tumbuh Double Digit Capai 11,5%

Terpisah, Ekonom CORE Indonesia
Piter Abdullah mengatakan, akibat belum tertanganinya wabah virus corona di
Cina dan beberapa negara menyebabkan kekhawatiran yang tinggi di pasar keuangan
global.

“Investor global yang sudah
menunggu sekian lama sekarang meyakini bahwa wabah ini tidak akan mudah
diatasi. Butuh waktu yang lebih lama dan dampaknya terhadap perekonomian global
akan lebih besar daripada yang selama ini diperkirakan,” ujar Piter kepada
Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (28/2).

Untuk itu, saran dia, BI harus
melakukan intervensi demi tidak terjadi kepanikan pasar sehingga memberikan
keyakinan kepada investor hingga bisa membuat Rupiah menjadi perkasa seperti
semula.

Intervensi oleh BI memang
dibutuhkan untuk mencegah kepanikan pasar. Memberi keyakinan kepada investor
sehingga pelemahan Rupiah masih bisa dikembalikan,” katanya.

Ekonom INDEF Nailul Huda
berpendapat, pemerintah dan BI harus mengandalkan permintaan domestik untuk
memperkuat ekonomi saat ini. Dia setuju dengan kebijakan BI dengan
menggelontorkan senilia ratusan triliun untuk memperkuat nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS

“Mungkin dengan menggelontorkan
uang akan tetap menjaga permintaan namun ingat waspada dengan inflasinya,”
tukasnya kepada FIN. (fin/kpc)

JAKARTA – Penyebaran virus corona bukan hanya melemahkan daya tahan
tubuh manusia, tetapi juga menggerogoti sektor keuangan global, termasuk
Indonesia. Hal ini tercermin Rupiah yang terus mengalami pelemahan, dan juga
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian tertekan berada di zona merah.

Nilai tukar Dolar Amerika Serikat
(AS) terhadap Rupiah hingga Jumat (28/2) sore tembus ke level Rp14.317.
Padahal, sehari sebelumnya di level Rp14.025.

Sementara, IHSG pada penutupan
perdagangan pada pekan ini, melemah 82,99 poin atau 1,50 persen ke posisi
5.452,70. Di penutupan sebelumnya, IHSG ditutup pada posisi 5.535,69

Oleh karenanya, untuk memperkuat
sektor keuangan di Tanah Air, Bank Indonesia (BI) melakukan tiga kebijakan
baru, yakni melakukan intervensi pada Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan
transaksi lindung nilai atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

Gubernur Bank Indonesia (BI)
Perry Warjiyo mengatakan, BI sejak awal 2020 telah memborong SBN di pasar
sekunder sebesar Rp100 triliun.

“Jadi SBN yang dilepas investor
asing, kami beli lagi. Termasuk perbankan dalam negeri juga beli SBN yang
dilepas oleh asing. Sejak awal tahun secara keseluruhan kami sudah beli Rp 100
triliun di pasar sekunder,” kata Perry di Jakarta, Jumat (28/2).

Baca Juga :  Honda Vario 160 dan Genio Kena Promo, Beli Sekarang Jangan Lewatkan

Adapun sebanyak Rp78 triliun,
kata dia, merupakan upaya untuk pertahanan saat virus corona yang menyebar ke
berbagai negara. Hal itu menyebabkan imbal hasil atau yield SBN meningkat dari
6,56 persen menjadi 6,95 persen.

Dia mengungkapan, sejak awal
tahun, Rupiah telah melemah 1,08 persen (ytd). Menurutnya, pelemahan ini masih
lebih baik dibandingkan negara lainnya.

“Negara lain relatif lebih
rendah. Won Korea melemah 5,07 persen (ytd), Baht Thailand melemah 6,42 persen
(ytd), Singapore Dolar melemah 3,76 persen (ytd), Ringgit Malaysia melemah 2,91
persen (ytd),” ujar dia.

Upaya lainnya, BI juga tidak lupa
untuk berkoordinasi dengan pemerintah untuk menaga stabilitas dan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasioanl. Dia meyakini, pada April ke depan akan ada
pemulihan ekonomi nasional.

BI juga melakukan stimulasi untuk
ekonomi, penurunan suku bunga, relaksasi kebijakan makroprudensial khususnya
rasio intermediasi makroprudensial. “Kami mempercepat elektronifikasi bansos
untuk transportasi, kemudian transaksi pemerintah ke daerah,” ujar dia.

Lanjut dia, BI akan memajukan
event nasional dan internasional yang seharusnya diselenggarakan pada semester
II menjadi kuartal I dan II. “Ada kurang lebih 10 event nasional dan
internasional kami lakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah mendorong
pariwisata dalam negeri,” imbuh dia.

Baca Juga :  Digital Banking Dorong Fee Based Income BRI Tumbuh Double Digit Capai 11,5%

Terpisah, Ekonom CORE Indonesia
Piter Abdullah mengatakan, akibat belum tertanganinya wabah virus corona di
Cina dan beberapa negara menyebabkan kekhawatiran yang tinggi di pasar keuangan
global.

“Investor global yang sudah
menunggu sekian lama sekarang meyakini bahwa wabah ini tidak akan mudah
diatasi. Butuh waktu yang lebih lama dan dampaknya terhadap perekonomian global
akan lebih besar daripada yang selama ini diperkirakan,” ujar Piter kepada
Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (28/2).

Untuk itu, saran dia, BI harus
melakukan intervensi demi tidak terjadi kepanikan pasar sehingga memberikan
keyakinan kepada investor hingga bisa membuat Rupiah menjadi perkasa seperti
semula.

Intervensi oleh BI memang
dibutuhkan untuk mencegah kepanikan pasar. Memberi keyakinan kepada investor
sehingga pelemahan Rupiah masih bisa dikembalikan,” katanya.

Ekonom INDEF Nailul Huda
berpendapat, pemerintah dan BI harus mengandalkan permintaan domestik untuk
memperkuat ekonomi saat ini. Dia setuju dengan kebijakan BI dengan
menggelontorkan senilia ratusan triliun untuk memperkuat nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS

“Mungkin dengan menggelontorkan
uang akan tetap menjaga permintaan namun ingat waspada dengan inflasinya,”
tukasnya kepada FIN. (fin/kpc)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru