25.6 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Jahe Merah Laris Manis saat Pandemi Covid-19

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Minuman Jahe Merah Rossemi ternyata sempat menjadi produk yang digemari masyarakat saat pandemi Covid-19 melanda Kota Palangka Raya. Padahal, kondisi tersebut membuat aktivitas pergerakan masyarakat dibatasi. Namun demikian, produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Rossemi milik Rj Maryatmi atau biasa dipanggil Emi kebanjiran pembeli pada masa itu.

UMKM Rossemi tersebut merupakan binaan Bank Rakyat Indoonesia (BRI) yang beralamat di Jalan Manunggal, Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sabangau. Terbilang jauh dari wilayah perkotaan karena jaraknya kurang lebih 20 kilometer. Di lokasi, berjejer rapi berbagai macam produk herbal berkemasan rapi baik minuman ataupun teh. Baik minuman jahe merah, teh kelor, teh kelakai, teh bawang lemba dan bunga telang jahe.

Jarak pun tak menjadi penghalang agar dagangannya tetap terjual. Bahkan, usaha yang digelutinya selama 4 tahun ini pernah didatangi pembeli yang rela  ke rumah pribadi Emy untuk melihat langsung produknya.

Emy mengaku menjalankan bisnisnya selama 4 tahun. Dari sekian produk herbal yang ditawarkan, jahe merupakan minuman herbal yang paling di cari saat Covid-19.

Baca Juga :  BPJAMSOSTEK Palangka Raya Serahkan Santunan

“Teh kelor dan teh kelakai sudah dimulai 4 tahun sekitar 2019 mulainya. Terus rame waktu itu jahe produksinya lumayan, karena Covid-19 lagi dicari-cari dan kita produksi jahe. Sehingga yang lebih menonjol jahe,” ucapnya kepada prokalteng.co  Selasa (9/5).

Dalam penjualannya, Emi mengaku menaruh produk miliknya di swalayan-swalayan. Terkadang, pembeli memilih mendatangi rumahnya ataupun melalui pesan whatsapp.

“Jadi pemasarannya lewat mulut ke mulut yang memberikan testimoni, atau lewat telpon,” jelasnya.

Ibu dua anak ini menyebut pemasaran melalui merchant di market place membantu penjualannya. Meskipun dirinya tak begitu banyak mengetahui terkait market place, ia dibantu oleh anaknya dalam pemasangan produk miliknya melalui aplikasi market place.

Saat pandemi Covid-19, Emi mengaku mendapatkan kebanjiran orderan minuman jahe merah selama kurang lebih satu tahun saat itu. Sehingga, kenaikan omset yang didapatkan saat itu benar-benar dirasakan hingga dalam seharinya dapat sebanyak kurang lebih Rp 2,5 juta.

Baca Juga :  Optimalkan Peluang Pertumbuhan Ekonomi, Kinerja Bisnis Wholesale BRI Semakin Solid

“Masa Covid-19 pas ramai. Satu hari bisa 120 bungkus setiap hari waktu Covid-19. Sekarang dua minggu bikin se kali. Alasan pertama karena surat PRT (Surat Izin Usaha Penyalur Pekerja Rumah Tangga atau PRT) nya masih proses pengurusan, karena PRT tahun ini sudah kedaluwarsa. Hampir gak produksi, dan memang sepi sekarang. Pas Covid-19, pembeli kaya tengkulak mereka beli kesini 100 bungkus langsung di sebar, memang ada orang kesini beli untuk dijual lagi, yang paling rame jahe,” ungkapnya.

Dia mengaku pernah mendapat pesanan produknya hingga mencapai luar pulau Kalimantan yakni Yogyakarta. Ia sering mendapatkan pesanan produk yakni jahe, teh kelor, dan rossella. Dari bisnis yang digeluti Emi, ia juga menjalankan bisnis katering. Dua pencaharian yang dilakukannya bisa membeli tanah di dekat rumahnya dan membeli mobil.

“Saat ini turun penjualannya, meskipun turun masih bisa jalan lah,” tandasnya. (pri/hfz) 

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Minuman Jahe Merah Rossemi ternyata sempat menjadi produk yang digemari masyarakat saat pandemi Covid-19 melanda Kota Palangka Raya. Padahal, kondisi tersebut membuat aktivitas pergerakan masyarakat dibatasi. Namun demikian, produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Rossemi milik Rj Maryatmi atau biasa dipanggil Emi kebanjiran pembeli pada masa itu.

UMKM Rossemi tersebut merupakan binaan Bank Rakyat Indoonesia (BRI) yang beralamat di Jalan Manunggal, Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sabangau. Terbilang jauh dari wilayah perkotaan karena jaraknya kurang lebih 20 kilometer. Di lokasi, berjejer rapi berbagai macam produk herbal berkemasan rapi baik minuman ataupun teh. Baik minuman jahe merah, teh kelor, teh kelakai, teh bawang lemba dan bunga telang jahe.

Jarak pun tak menjadi penghalang agar dagangannya tetap terjual. Bahkan, usaha yang digelutinya selama 4 tahun ini pernah didatangi pembeli yang rela  ke rumah pribadi Emy untuk melihat langsung produknya.

Emy mengaku menjalankan bisnisnya selama 4 tahun. Dari sekian produk herbal yang ditawarkan, jahe merupakan minuman herbal yang paling di cari saat Covid-19.

Baca Juga :  BPJAMSOSTEK Palangka Raya Serahkan Santunan

“Teh kelor dan teh kelakai sudah dimulai 4 tahun sekitar 2019 mulainya. Terus rame waktu itu jahe produksinya lumayan, karena Covid-19 lagi dicari-cari dan kita produksi jahe. Sehingga yang lebih menonjol jahe,” ucapnya kepada prokalteng.co  Selasa (9/5).

Dalam penjualannya, Emi mengaku menaruh produk miliknya di swalayan-swalayan. Terkadang, pembeli memilih mendatangi rumahnya ataupun melalui pesan whatsapp.

“Jadi pemasarannya lewat mulut ke mulut yang memberikan testimoni, atau lewat telpon,” jelasnya.

Ibu dua anak ini menyebut pemasaran melalui merchant di market place membantu penjualannya. Meskipun dirinya tak begitu banyak mengetahui terkait market place, ia dibantu oleh anaknya dalam pemasangan produk miliknya melalui aplikasi market place.

Saat pandemi Covid-19, Emi mengaku mendapatkan kebanjiran orderan minuman jahe merah selama kurang lebih satu tahun saat itu. Sehingga, kenaikan omset yang didapatkan saat itu benar-benar dirasakan hingga dalam seharinya dapat sebanyak kurang lebih Rp 2,5 juta.

Baca Juga :  Optimalkan Peluang Pertumbuhan Ekonomi, Kinerja Bisnis Wholesale BRI Semakin Solid

“Masa Covid-19 pas ramai. Satu hari bisa 120 bungkus setiap hari waktu Covid-19. Sekarang dua minggu bikin se kali. Alasan pertama karena surat PRT (Surat Izin Usaha Penyalur Pekerja Rumah Tangga atau PRT) nya masih proses pengurusan, karena PRT tahun ini sudah kedaluwarsa. Hampir gak produksi, dan memang sepi sekarang. Pas Covid-19, pembeli kaya tengkulak mereka beli kesini 100 bungkus langsung di sebar, memang ada orang kesini beli untuk dijual lagi, yang paling rame jahe,” ungkapnya.

Dia mengaku pernah mendapat pesanan produknya hingga mencapai luar pulau Kalimantan yakni Yogyakarta. Ia sering mendapatkan pesanan produk yakni jahe, teh kelor, dan rossella. Dari bisnis yang digeluti Emi, ia juga menjalankan bisnis katering. Dua pencaharian yang dilakukannya bisa membeli tanah di dekat rumahnya dan membeli mobil.

“Saat ini turun penjualannya, meskipun turun masih bisa jalan lah,” tandasnya. (pri/hfz) 

Terpopuler

Artikel Terbaru