33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Gawat! 72,02 Persen UMKM Akan Tutup Setelah November 2020

JAKARTA– Perintah Presiden Joko Widodo
supaya stimulus ekonomi antisipasi dampak Covid-19 segera disalurkan, harus
secepatnya dieksekusi. Sebab Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis
hasil survey bahwa 72,02 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat
bertahan sampai November 2020.

 

Kali ini LIPI menggelar survei kajian
cepat dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja UMKM. Survei itu dilaksanakan
dalam rentang 1-20 Mei dan melibatkan 679 valid responden. Para responden ini
memiliki mata pencaharian utama sebagai pelaku usaha.

 

Survei itu diantaranya mengumpulkan
persepsi pengusaha terkait kerentanan UMKM jika pandemi tidak segera berakhir.
Sebanyak 47,13 persen usaha hanya mampu bertahan sampai Agustus 2020. Kemudian
72,02 persen usaha akan tutup setelah November 2020. Lalu ada 85,42 usaha dapat
bertahan paling lama dalam rentang waktu satu tahun sejak terjadi pandemi.

 

Baca Juga :  Kebijakan Wajib Tes PCR, Dibayar Rakyat, tapi Dinikmati Swasta

 
’’Terdapat beberapa preferensi strategi yang dilakukan UMKM,’’ kata
Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho, Selasa (30/6). Upaya itu
dilakukan supaya mereka tetap bisa bertahan di tengah pandemi. Diantara
upayanya adalah mencari pasar baru. Kemudian juga mencari pemasok bahan baku
yang lebih murah, mengurangi tenaga kerja, dan memohon penundaan pembayaran
tagihan-tagihan.

 

Agus menjelaskan responden paling banyak
adalah pelaku usaha mikro sejumlah 54,98 persen. Lalu pelaku usaha ultra-mikro
33,02 persen, pelaku usaha kecil 8,1 persen, dan pelaku usaha menengah 3,89
persen. Umumnya yang mengikuti survei adalah usaha yang sudah berjalan sampai
lima tahun. Kemudian disusul usaha berumur enam sampai sepuluh tahun.

 

Dari hasil survei itu tergambar pandemi
Covid-19 berimbas besar pada kelangsaungan UMKM di Indonesia. UMKM mengalami
krisis ekonomi dan bisa menjadi ancaman besar bagi perekonomian nasional. Sebab
UMKM selama ini menjadi penggerak ekonomi domestic dan penyerap tenaga kerja
terbesar di Indonesia. ’’UMKM menghadapi goncangan dari sisi penawaran dan
permintaan,’’ jelasnya. Kondisi itu berdampak pada penurunan kesejahteraan
masyarakat.

Baca Juga :  BI Luncurkan Fast Payment System Gantikan Kliring

 

Agus menjelaskan survei tersebut
merekomendasikan sejumlah mitigasi. Baik itu untuk jangka pendek maupun
menengah. Mitigasi prioritas jangka pendek adalah menciptakan stimulus pada
sisi permintaan. Kemudian mendorong platform online untuk memperluas kemitraan
dengan UMKM.

 

Kemudian mitigasi jangka menengah bisa
dilakukan diantaranya dengan adaptive supply chain untuk barang strategis.
Kemudian melakukan market intelligent untuk potensi pasar baru, perkuat sinergi
perbankan serta lembaga keuangan bukan bank untuk pembiayaan UMKM. Eko
mengatakan keseimbangan tidak akan bisa kembali secara alami. ’’Intervensi
pemerintah yang kuat dan terukur merupakan langkah yang tempat untuk memulihkan
ekonomi,’’ jelasnya.

 

JAKARTA– Perintah Presiden Joko Widodo
supaya stimulus ekonomi antisipasi dampak Covid-19 segera disalurkan, harus
secepatnya dieksekusi. Sebab Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis
hasil survey bahwa 72,02 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat
bertahan sampai November 2020.

 

Kali ini LIPI menggelar survei kajian
cepat dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja UMKM. Survei itu dilaksanakan
dalam rentang 1-20 Mei dan melibatkan 679 valid responden. Para responden ini
memiliki mata pencaharian utama sebagai pelaku usaha.

 

Survei itu diantaranya mengumpulkan
persepsi pengusaha terkait kerentanan UMKM jika pandemi tidak segera berakhir.
Sebanyak 47,13 persen usaha hanya mampu bertahan sampai Agustus 2020. Kemudian
72,02 persen usaha akan tutup setelah November 2020. Lalu ada 85,42 usaha dapat
bertahan paling lama dalam rentang waktu satu tahun sejak terjadi pandemi.

 

Baca Juga :  Kebijakan Wajib Tes PCR, Dibayar Rakyat, tapi Dinikmati Swasta

 
’’Terdapat beberapa preferensi strategi yang dilakukan UMKM,’’ kata
Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho, Selasa (30/6). Upaya itu
dilakukan supaya mereka tetap bisa bertahan di tengah pandemi. Diantara
upayanya adalah mencari pasar baru. Kemudian juga mencari pemasok bahan baku
yang lebih murah, mengurangi tenaga kerja, dan memohon penundaan pembayaran
tagihan-tagihan.

 

Agus menjelaskan responden paling banyak
adalah pelaku usaha mikro sejumlah 54,98 persen. Lalu pelaku usaha ultra-mikro
33,02 persen, pelaku usaha kecil 8,1 persen, dan pelaku usaha menengah 3,89
persen. Umumnya yang mengikuti survei adalah usaha yang sudah berjalan sampai
lima tahun. Kemudian disusul usaha berumur enam sampai sepuluh tahun.

 

Dari hasil survei itu tergambar pandemi
Covid-19 berimbas besar pada kelangsaungan UMKM di Indonesia. UMKM mengalami
krisis ekonomi dan bisa menjadi ancaman besar bagi perekonomian nasional. Sebab
UMKM selama ini menjadi penggerak ekonomi domestic dan penyerap tenaga kerja
terbesar di Indonesia. ’’UMKM menghadapi goncangan dari sisi penawaran dan
permintaan,’’ jelasnya. Kondisi itu berdampak pada penurunan kesejahteraan
masyarakat.

Baca Juga :  BI Luncurkan Fast Payment System Gantikan Kliring

 

Agus menjelaskan survei tersebut
merekomendasikan sejumlah mitigasi. Baik itu untuk jangka pendek maupun
menengah. Mitigasi prioritas jangka pendek adalah menciptakan stimulus pada
sisi permintaan. Kemudian mendorong platform online untuk memperluas kemitraan
dengan UMKM.

 

Kemudian mitigasi jangka menengah bisa
dilakukan diantaranya dengan adaptive supply chain untuk barang strategis.
Kemudian melakukan market intelligent untuk potensi pasar baru, perkuat sinergi
perbankan serta lembaga keuangan bukan bank untuk pembiayaan UMKM. Eko
mengatakan keseimbangan tidak akan bisa kembali secara alami. ’’Intervensi
pemerintah yang kuat dan terukur merupakan langkah yang tempat untuk memulihkan
ekonomi,’’ jelasnya.

 

Terpopuler

Artikel Terbaru