27.1 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

DAD Kalteng dan Disdik Dorong Penguatan Mata Pelajaran Muatan Lokal di Sekolah

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah, bersama Dinas Pendidikan (Disdik) terus mendorong penguatan Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) di sekolah-sekolah. Mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa budaya dan kearifan lokal Dayak tetap lestari dan diwariskan kepada generasi muda.

Disdik Kalteng bersama DAD Kalteng, mengupayakan agar mata pelajaran muatan lokal menjadi salah satu mata pelajaran yang memiliki nilai kredit bagi para guru. Hal ini penting untuk memberikan insentif dan dorongan kepada guru, agar lebih bersemangat dalam mengajar materi muatan local. Khususnya yang berkaitan dengan budaya Dayak.

Ketua tim perumus mata pelajaran muatan lokal DAD Kalteng, Jhon Retei Alfrisandi. Mengungkapkan, selama ini capaian pembelajaran (CP) menjadi kendala bagi para guru, karena mata pelajaran muatan lokal dayak tidak masuk dalam jam kredit pelajaran.

“Para guru merasa terbebani. Karena mereka harus mengajarkan muatan lokal tanpa adanya pengakuan dalam bentuk jam kredit, yang berimplikasi pada penilaian kinerja mereka,” ujar Jhon Retei, Senin (26/8).

Baca Juga :  Dunia Kampus Mengubah Pola Pikir, Teras Narang Kisahkan Pengalamannya

Jhon Retei menjelaskan. Bahwa penguatan muatan lokal di sekolah-sekolah sangat penting untuk menjaga identitas budaya Dayak di tengah arus globalisasi.

“Muatan lokal bukan hanya sekadar pelajaran. Tetapi juga menjadi medium penting untuk mengenalkan nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal kepada generasi muda,” tambahnya.

Melalui koordinasi yang intens antara DAD Kalteng dan Disdik, diharapkan mata pelajaran muatan lokal bisa mendapatkan status yang lebih strategis dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, para guru yang mengajarkan mata pelajaran ini akan mendapatkan pengakuan yang layak dalam bentuk jam kredit yang dihitung dalam beban kerja mereka.

Dengan penguatan muatan lokal, diharapkan siswa-siswa di Kalimantan Tengah tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan identitas mereka. DAD Kalteng dan Disdik juga ingin memastikan bahwa semua elemen pendukung sudah siap, sehingga pengajaran Muatan Lokal dapat dilakukan secara optimal dan memberi dampak positif bagi siswa.

Baca Juga :  Siapkan Sistem Penyaringan PPDB yang Ketat untuk Menghindari KKN

“Dalam waktu dekat DAD bersama Disdik Kalteng akan mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat, agar mata pelajaran muatan lokal bisa masuk dalam mata pelajaran yang diakui kreditnya bagi para guru. Dan kita juga akan merumuskan agar mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan kurikulum yang baru, seperti kurikulum merdeka belajar,” ungkapnya.

Menurutnya, jika angak kredit mapel mulok ini disetujui, tidak menutup kemungkinan perguruan tinggi membuka program pendidikan Mulok di kampus masing-masing.

“Saat ini kita sedang berupaya dan DAD mendorong agar ini bisa segera terwujud. Nanti pelajaran yang diberikan mulai dari bahasa dan adat budaya Dayak. Untuk bahasa nanti bisa menyelesaikan kearifan lokal daerah masing-masing, misalnya bahasa Dayak Ngaju, Maanyan dan Tumon dan bahasa Dayak lainnya sesuai daerah tersebut,” imbuhnya.

Dengan inisiatif ini, Kalteng berharap dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengintegrasikan pendidikan berbasis budaya lokal ke dalam sistem pendidikan formal.(hfz)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah, bersama Dinas Pendidikan (Disdik) terus mendorong penguatan Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) di sekolah-sekolah. Mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa budaya dan kearifan lokal Dayak tetap lestari dan diwariskan kepada generasi muda.

Disdik Kalteng bersama DAD Kalteng, mengupayakan agar mata pelajaran muatan lokal menjadi salah satu mata pelajaran yang memiliki nilai kredit bagi para guru. Hal ini penting untuk memberikan insentif dan dorongan kepada guru, agar lebih bersemangat dalam mengajar materi muatan local. Khususnya yang berkaitan dengan budaya Dayak.

Ketua tim perumus mata pelajaran muatan lokal DAD Kalteng, Jhon Retei Alfrisandi. Mengungkapkan, selama ini capaian pembelajaran (CP) menjadi kendala bagi para guru, karena mata pelajaran muatan lokal dayak tidak masuk dalam jam kredit pelajaran.

“Para guru merasa terbebani. Karena mereka harus mengajarkan muatan lokal tanpa adanya pengakuan dalam bentuk jam kredit, yang berimplikasi pada penilaian kinerja mereka,” ujar Jhon Retei, Senin (26/8).

Baca Juga :  Dunia Kampus Mengubah Pola Pikir, Teras Narang Kisahkan Pengalamannya

Jhon Retei menjelaskan. Bahwa penguatan muatan lokal di sekolah-sekolah sangat penting untuk menjaga identitas budaya Dayak di tengah arus globalisasi.

“Muatan lokal bukan hanya sekadar pelajaran. Tetapi juga menjadi medium penting untuk mengenalkan nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal kepada generasi muda,” tambahnya.

Melalui koordinasi yang intens antara DAD Kalteng dan Disdik, diharapkan mata pelajaran muatan lokal bisa mendapatkan status yang lebih strategis dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, para guru yang mengajarkan mata pelajaran ini akan mendapatkan pengakuan yang layak dalam bentuk jam kredit yang dihitung dalam beban kerja mereka.

Dengan penguatan muatan lokal, diharapkan siswa-siswa di Kalimantan Tengah tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan identitas mereka. DAD Kalteng dan Disdik juga ingin memastikan bahwa semua elemen pendukung sudah siap, sehingga pengajaran Muatan Lokal dapat dilakukan secara optimal dan memberi dampak positif bagi siswa.

Baca Juga :  Siapkan Sistem Penyaringan PPDB yang Ketat untuk Menghindari KKN

“Dalam waktu dekat DAD bersama Disdik Kalteng akan mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat, agar mata pelajaran muatan lokal bisa masuk dalam mata pelajaran yang diakui kreditnya bagi para guru. Dan kita juga akan merumuskan agar mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan kurikulum yang baru, seperti kurikulum merdeka belajar,” ungkapnya.

Menurutnya, jika angak kredit mapel mulok ini disetujui, tidak menutup kemungkinan perguruan tinggi membuka program pendidikan Mulok di kampus masing-masing.

“Saat ini kita sedang berupaya dan DAD mendorong agar ini bisa segera terwujud. Nanti pelajaran yang diberikan mulai dari bahasa dan adat budaya Dayak. Untuk bahasa nanti bisa menyelesaikan kearifan lokal daerah masing-masing, misalnya bahasa Dayak Ngaju, Maanyan dan Tumon dan bahasa Dayak lainnya sesuai daerah tersebut,” imbuhnya.

Dengan inisiatif ini, Kalteng berharap dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengintegrasikan pendidikan berbasis budaya lokal ke dalam sistem pendidikan formal.(hfz)

Terpopuler

Artikel Terbaru