PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Kalimantan Tengah (Kalteng) diprediksi akan mengalami puncak musim kemarau pada Agustus ini. Namun, hingga kini, sebagian besar wilayah Kalteng masih dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Chandra, menjelaskan bahwa prediksi BMKG menunjukkan bulan Agustus sebagai puncak musim kemarau, di mana curah hujan biasanya berkurang. Akan tetapi, gangguan atmosfer yang terjadi pada akhir Juli menyebabkan hujan masih turun di berbagai wilayah Kalteng, sehingga musim kemarau mengalami pergeseran.
“Gangguan atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan akan menambah potensi hujan di Kalteng dalam satu hingga dua hari ke depan. Fenomena ini menciptakan kondisi atmosfer yang labil, yang meningkatkan peluang hujan temporer, meskipun musim kemarau belum benar-benar dimulai,” jelasnya dilansir dari kalteng pos, Sabtu (10/8).
Ia juga menambahkan bahwa meski hujan terjadi, lapisan bawah tanah, terutama lahan gambut, masih belum terbasahi secara optimal, sehingga risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap tinggi. Oleh karena itu, kewaspadaan terhadap karhutla harus tetap ditingkatkan, meskipun hujan masih turun di beberapa wilayah.
“Untuk mencegah karhutla, BMKG telah melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) pada Juli lalu di wilayah selatan Kalteng, termasuk Pulang Pisau, Kapuas bagian selatan, dan Katingan bagian selatan. Upaya ini diharapkan dapat membantu mengurangi risiko karhutla di wilayah tersebut,” ungkapnya.
Chandra mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan tidak melakukan pembakaran lahan, meskipun hujan masih turun di beberapa wilayah. Jika curah hujan terus berkurang, lapisan bawah lahan gambut akan lebih mudah terbakar. (ovi/ce/ala/kpg)